10. EDELWEISS

58 28 14
                                    

Kehidupan masih akan terus berjalan dengan normal, seperti dipagi hari ini. Banyak ragam tawa yang menghiasi siswa dan siswi yang berdatangan ke sekolah. Seakan mereka tak ingin melepaskan gelar sebagai siswa dan siswi SMA Garuda suatu hari nanti.

Kirei dan Nathan baru saja sampai diperkarangan sekolahnya yang sudah lumayan ramai para murid-murid berdatangan.

"Lo ke kelas duluan aja, sorry ya gue nggak bisa nganter lo sampe depan kelas, soalnya gue juga mau keruang Osis," jelas Nathan, Kirei hanya mengangguk paham.

Gadis itu melepas helmnya, kemudian memberikan helm itu kepada Nathan. Banyak pasang mata yang melihat mereka dengan tatapan heran, bukan heran lagi melainkan mereka sudah terbiasa dengan kebersamaan Nathan dan Kirei.

Tentu saja, banyak cewek-cewek yang iri melihat Nathan lebih dekat dengan sosok Kirei ketimbang mereka.

"Wuih, tumben si anak sultan datang pagi?" tanya Kirei kepada Alvino dan gengnya.

"Woiya jelas, demi Ratu Kirei yang selalu datang pagi, kami juga harus datang pagi," celetuk Dion seraya menepuk pundak Alvino.

Kirei yang melihat Nathan datang bersama beberapa anak osis hanya bisa tersenyum canggung, kedekatan dirinya dengan Alvino dan geng membuat Nathan selalu memancarkan aura menyeramkan.

"Ke kantin aja yuk," ajak Kirei sebelum Nathan mendekat kearahnya.

"Ayok cepet!" seru Kirei lantas menarik pergelangan tangan Dion dan Alvino, tentu saja mereka berempat─ Arya namanya. Pria itu nampak kalem saja tak terlalu banyak berbuat ulah.

Sesampainya di kantin, Kirei hanya bisa menunduk dalam diam. Jujur saja tak biasa Kirei bersikap seperti ini, kantin yang semulanya ramai langsung senyap entah karna apa.

"Ki," panggil seseorang tepat di depan gadis itu.

Gadis itu mendongak, seketika matanya membulat. "Nathan?"

"Ikut gue." Tanpa meminta persetujuan dari gadis itu, Nathan langsung menggenggam tangan Kirei dengan lembut, mengabaikan panggilan dan tatapan tajam dari Alvino dan gengnya.

•••

Disinilah mereka─ dikelas Nathan. "Ki, gue kan udah bilang, jangan deket-deket sama orang berandalan kayak mereka," pinta Nathan namun Kirei hanya menunduk kaku.

"Lo dengerin gue kan?"

"Kenapa Nathan jadi ngatur hidup Kiki?" tanya Kirei setelah keberaniannya sudah terkumpul sepenuhnya.

"Lo sahabat yang paling berharga buat gue, gue nggak mau pergaulan lo rusak gara-gara main sama mereka," jelas Nathan.

"Kamu sering pandang anak-anak yang otaknya dibawah rata-rata dengan sebelah mata, Kiki cuma pengen mereka nggak ngulangin bikin ulah disekolah ini." Kirei menatap nanar mata Nathan yang setia menatapnya dengan tajam.

"Lo tahu? Dengan lo gabung ke mereka, itu semakin membuat mereka berbuat ulah, lo tahu kan semenjak lo gabung ke geng nggak jelas mereka. Nilai lo turun drastis!" ucap Nathan terus memojok 'kan Kirei.

Tanpa menjawab ucapan Nathan, gadis itu langsung pergi dari kelas sahabatnya. Dirinya sudah muak dengan omong kosong dari Nathan.

Cowok itu hanya geleng-geleng kepalanya seraya memijit pangkal hidungnya yang tidak sakit.

•••

Saat dikelas Kirei hanya bisa tersenyum lesu, hari ini dirinya merasa moodnya benar-benar hancur. Dia kesal dengan Nathan yanh terlalu ikut campur dalam hidupnya.

"Ki? Sheett, Ki?" panggil Alvino pelan takutnya guru yang tengah mengajar sekarang menyuruhnya untuk keluar.

Kirei menoleh kearah sumber suara dengan sebelah alisnya ia naik kan, seakan bertanya "Ada apa?"

"Lo nggak papa kan?" tanya Alvino dan Kirei hanya mengangguk.

Ada rasa kesal juga dihati Alvino melihat perubahan sikap Kirei terhadapnya dan itu adalah perbuatan Nathan, sungguh dirinya sangat tidak suka dengan kakak kelas songong seperti Nathan contohnya.

Tiga jam berlalu dengan cepat, guru yang tengah mengajar tadi pun langsung keluar kelas.

Gadis itu langsung beranjak dari kursinya tanpa berpamitan kepada Salsa yang sedari tadi ingin mengajaknya ke kantin.

Bola mata coklatnya menyelusuri setiap sudut sekolahnya, ia sekarang sedang berjalan dikoridor sekolah guna mencari angin dan jangan lupakan jika dirinya juga menghindari Nathan.

"Bego banget sih kamu Kiki," gumamnya, kemudian duduk dibawah pohon mangga yang sangat lebat beserta buahnya yang bergelantungan diatas sana.

Gadis itu memeluk dirinya sendiri, matanya masih menatap lurus ke arah lapangan basket yang tengah dipakai anak-anak basket untuk latihan sekarang ini.

"Jangan ngambek," ucap Nathan seraya menyodorkan susu kotak namun ditolak mentah-mentah.

"Buat Nathan aja, aku nggak haus," ucapnya masih terus berada diposisi tadi.

Nathan tampak mengela nafas pelan lalu memposisikan dirinya duduk disamping gadis itu. "Gue minta maaf, nggak seharusnya gue kek gitu sama lo. Maafin gue ya Ki?" pinta Nathan, Kirei hanya mengangguk.

Masih tetap dalam posisi itu, keduanya sama-sama saling bungkam. Tidak ada canda tawa yang selalu menghiasi diantara keduanya. Rasa canggung menghampiri gadis itu, dirinya tidak tahu harus berbuat apa saat ini.

Gadis itu bangkit dari duduknya tanpa mempedulikan Nathan yang memanggil namanya sedari tadi. "Tinggalin aku sendiri Than, aku perlu waktu buat sendiri," pinta Kirei, Nathan hanya bisa menghela nafas pasrah, ia melepaskan cengkeraman pergelangan tangan Kirei ditangannya membiarkan gadis itu pergi.

•••

Tiga hari telah berlalu, hari ini Papa dan Mama nya Kirei akan pulang hari ini. Senyuman tak luntur dari wajah gadis itu. Mata coklatnya berbinar ketika melihat kedatangan orang yang paling dirinya tunggu-tunggu.

Dan jangan lupakan Kirei yang masih merajuk kepada Nathan!

"Papa!" seru gadis itu langsung memeluk tubuh Andre erat.

"Anak Papa apa kabar? Nggak nakal 'kan sama kakak nya?" tanya Andre membalas pelukan putrinya.

"Baik kok, cuma kak Girald sering pergi terus pa ... Kiki sendirian terus dirumah," rengek Kirei.

Girald yang mendengar itu membulatkan matanya, dirinya maju menghampiri adiknya. "Ngadi-ngadi lo ya?! Bisa-bisanya ngefitnah gue, jahat banget lo Ki, padahal selama ini gue sering manjain lo. Beliin lo jajan, eh malah difitnah." Girald mengelus rambut hitam adiknya sesekali dirinya menarik sedikit rambut itu membuat sang empu meringkis.

"Kak Girald boong pa! Jangan percaya ya sama kak Girald?" Andre menatap kedua anaknya, ia mengedipkan sebalah matanya kepada Girald dan pastinya Girald tahu itu kode apa.

"Iya sayang, Papa nggak bakal percaya sama anak kampret itu." Girald mendengus kesal.

Yura yang melihat keakraban antara ayah dan anak itu hanya bisa memutar bola mata malas, dirinya sangat enggan untuk bergabung dengan obrolan tidak berfaedah dari anak-anaknya─ ah ralat lebih tepatnya bukan anak kandungnya.

Wanita berusia tiga puluhan itu menarik koper besarnya menuju kamar, Andre yang melihat perubahan sikap istrinya hanya bisa menghela nafas pelan. Namun, dirinya masih akan terus membuat anak-anaknya tertawa walaupun dihatinya sedang tidak baik-baik saja.


T B C

EDELWEISS [On Going]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora