31. Kesempatan Untuk Revan

15.3K 943 19
                                    

Happy Reading ❤️

Kenapa mau kembali sama orang yang jelas-jelas sudah menyakiti kita? Masih banyak pria yang lebih baik. Begitu kira-kira komentar orang lain tentang Zahra yang menerima kembali Revan di dalam hidupnya.

Terkadang kita perlu memberikan kesempatan kedua untuk memperbaiki apa yang telah dirusaknya, tapi jangan memberikan kesempatan ketiga, ataupun seterusnya.

Zahra melakukan itu demi kebahagiaan Meira. Anak kecil yang masih butuh kasih sayang dari kedua orangtuanya. Sekarang yang harus diperhatikan adalah kesehatan mental Meira. Gadis kecil itu sudah kerap kali menyaksikan pertengkaran Zahra dan Revan.

Bisa saja Zahra egois, memilih pria lain yang jauh lebih baik daripada Revan. Tapi, Zahra tidak melakukan semua itu. Zahra tidak se-egois itu.

"Dia sudah berhianat, Zahra. Kenapa mudah sekali menerimanya kembali?" tanya Aron heran.

"Aron, aku melakukannya demi anakku. Lagipula, Mas Revan sudah berubah. Aku sudah berulangkali mencoba membuka hati, tapi nggak bisa," jawab Zahra.

"Apa kamu yakin, Zahra? Kamu punya waktu untuk memikirkannya lagi," ucap Aron.

"Aku udah yakin, Aron. Semua berhak mendapatkan kesempatan kedua, kan? Begitupun, dengan Mas Revan," balas Zahra.

Kadang memperbaiki itu lebih mudah, daripada memulai. Zahra sudah memutuskan untuk kembali dengan Revan. Itu artinya, dia sudah memikirkannya matang-matang.

Revan sudah membuktikan bahwa dia benar-benar berubah. Perjuangannya, pengorbanannya. Itu tidak cukupkah? Revan juga sudah menerima balasannya. Kehilangan pekerjaan, kesulitan ekonomi, ibu dan keponakannya sakit-sakitan, dan dia merasa sangat hancur ketika Zahra pergi. Apa itu tidak cukup?

Kepergian Zahra telah berhasil menyadarkan Revan. Nafsu sesaat menghancurkan semuanya. Revan kehilangan semuanya. Tuhan sudah menghukumnya.

"Aron, aku tidak mau anakku bernasib sama seperti anaknya Dokter Ana," lirih Zahra.

"Kamu benar, Zahra. Tapi, nasib orang itu beda-beda," sahut Aron.

"Tapi, aku takut, Aron. Aku pasti hancur saat melihat anakku depresi, bahkan hampir bunuh diri. Aku gak mau anakku seperti itu, Aron. Aku sangat takut," timpal Zahra sembari membayangkan hal buruk.

"Sudahlah, Zahra. Mungkin, keputusanmu itu benar. Ya, aku doakan semoga kamu dan keluarga bahagia," ucap Aron tulus.

Jauh di dalam hati kecil Aron, dia tak rela Zahra kembali dengan mantan suaminya. Baru saja merasakan jatuh cinta, tapi malah dipatahkan. Padahal, baru saja dia mau mendekati Zahra dan anaknya. Mungkin, Zahra bukan jodohnya.

***
Revan bahagia. Sebahagia itu sampai-sampai menggratiskan semua menu di restorannya khusus untuk hari ini. Semua anak buahnya bingung, Revan gak takut bangkrut apa?

Zahra berkunjung ke restoran milik Revan. Dia mengajak Aron. Revan tidak marah, untuk apa marah kalau dirinyalah yang sudah dipilih oleh Zahra?

"Aku seneng kamu makan siang di sini. Ini pertama kalinya kamu ke sini, kan?"

"Iya. Restoran kamu besar juga, ya? Menunya juga makanan khas Indonesia semua. Aku suka," puji Zahra. Revan tersipu.

"Aku pesan rawon," ucap Aron pada Revan.

Revan menatap Aron tak suka. "Pesan sama pelayan sana! Gua itu owner, bukan pelayan!" sentak Revan.

"Maaf. Tapi, aku ini pembeli, harus dilayani. Lagipula, ada juga owner yang melayani pembeli," balas Aron tak mau kalah.

Revan semakin dongkol dibuatnya. Zahra menyenggol lengan Revan pelan. Revan mengerti dengan kode Zahra. Ia menghela nafas. Mengalah saja lah.

"Ok, tunggu. Minumnya paan?" ketus Revan.

"Es jeruk," jawab Aron singkat.

Revan menghela nafas lagi. Lalu, tatapannya beralih ke arah Zahra. "Aku soto Lamongan dan es teh," ucap Zahra.

Revan beranjak pergi. Menyisakan Zahra dan Aron saja. Namun, tiba-tiba Amel datang dengan wajah angkuhnya. Tanpa permisi, dia duduk di kursi dekat Zahra.

"Cowok lo?" tanya Amel dengan nada mengejek.

Zahra diam.

"Cupu!" cibir Amel.

"Cukup, Amel! Lo pergi!" Zahra tidak tahan dengan tingkah Amel.

"Ini restoran punya calon suami gue! Lo yang seharusnya pergi!" teriak Amel.

Mereka jadi bahan tontonan pengunjung restoran. Zahra tidak bisa menahan diri lagi. Amel sangat keterlaluan.

"Mimpi, Dek? Ngaku-ngaku calon suaminya Revan di depan calon istri aslinya lagi! Urat malunya udah putus, ya?" ejek Zahra.

"Lo---" Amel bersiap mengangkat tangannya hendak menampar Zahra.

PLAK!

Sebelum itu terjadi, Revan lebih dulu menampar Amel. Dia dengar kata-kata yang Amel lontarkan. Wanita itu sangat lancang.

"Zahra, calon istri gua!"

Deg!

  

                                ***
Jangan lupa vote and comment!

EX HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang