13. Perihal Jatuh Cinta dan Melupakan

23.5K 1.4K 26
                                    

Happy Reading ❤️

                            *****

Sudah berani mencintai, maka bersiap-siaplah patah hati. Nyatanya, jatuh cinta itu tidak selalu indah. Cinta yang tak terbalaskan membuat hati sesak. Mungkin, itu yang dirasakan oleh Amel.

Jatuh cinta malah membuatnya sakit hati. Dua orang yang pernah mengisi hatinya malah mencintai wanita yang sama. Amel memang mendapatkan Revan, namun semuanya berakhir karena Revan lebih memilih mengejar maaf dari Zahra.

Penyesalan tinggallah penyesalan. Amel sampai tak berani menampakkan wajahnya di depan Zahra. Ia malu. Ia tak pantas disebut seorang sahabat. Amel mengakui, ini salahnya. Amel berperilaku seperti Zahra di depan Revan dan membuat Revan luluh.

"Kata maaf saja tidak akan cukup mengobati rasa sakit yang kamu rasakan, Ra. Tapi, aku bisa apa? Aku hanya bisa minta maaf." Amel menyeka air matanya.

"Aku pergi, Ra. Semoga kamu bisa menerima Mas Revan lagi. Dia sangat mencintaimu. Maaf, karena sudah berencana untuk merebut Mas Revan dari kamu," gumam Amel sembari beranjak pergi.

***
Zahra, Meira, dan Joffy sedang berada di taman dekat rumah. Cilok, cilor, cireng, sempol, dan cimol tertata di depan Zahra. Hanya Zahra dan Joffy yang menikmati jajanan yang digemari banyak orang itu. Meira hanya makan kue dan permen kapas.

Mereka bertiga sudah seperti keluarga bahagia. Membuat orang-orang yang melihatnya merasa iri. Betapa beruntungnya Zahra jika memang hal itu terjadi. Kini ia sedang berusaha membuka hati, sebisa mungkin.

"Enak. Kenapa nggak dari dulu aja aku tinggal di sini, ya?" Joffy terkekeh.

"Mau tinggal di sini?" tanya Zahra sembari menyantap sempol.

"Mau. Tapi sayangnya, keluarga dan kerjaan aku ada di Jerman," jawab Joffy disertai kekehan kecil.

"Aku mau di sini. Tapi, ya ... aku gak bisa. Aku udah memutuskan buat memulai semuanya di Jerman," ucap Zahra sembari tersenyum tipis membayangkan masa depannya.

"Kamu gak ada niatan untuk buka hati, gitu?" Zahra menghela napas berat ketika mendengarkan pertanyaan dari Joffy.

"Jop, aku pengen buka hati. Gak tau kenapa, susah banget. Semakin aku mencoba, aku malah semakin mengingat tentang dia," balas Zahra.

"Gak usah dipaksakan kalau gak bisa. Cinta kamu ke dia bakal hilang seiring berjalannya waktu. Ini cuma masalah waktu aja. Kamu harus yakin, Ra. Akan ada hari di mana saat kamu melihatnya terasa biasa saja. Gak ada cinta, gak ada luka. Waktu bakal nyembuhin luka hati kamu," jelas Joffy sembari menatap Zahra lekat.

"Pak Dosen bijak juga, ya." Zahra dan Joffy tertawa. Membuat Meira yang sedang asyik menikmati permen kapasnya itu menoleh.

Meira menghampiri mamah dan daddy-nya itu. Ia langsung duduk di pangkuan Joffy. Mereka menghentikan tawanya, menatap Meira heran karena wajah Meira yang cemberut. Perasaan tadi baik-baik saja.

"Mamah sama Daddy asik sendiri! Meira dilupain! Pokoknya, Meira ngambek!" Meira mempoutkan bibirnya.

Zahra dan Joffy menahan tawa melihat tingkah Meira. Jangan sampai gadis kecil itu menangis.

"Papah bawa es krim vanilla buat Meira."

                             ****

EX HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang