12. Pernyataan Zahra

25.9K 1.6K 24
                                    

Happy Reading ❤️

                                    ****

Umpatan demi umpatan Revan layangkan pada Joffy yang berani-beraninya menyuruhnya untuk menjauhi Zahra. Revan tidak akan melakukan hal itu. Apapun caranya, ia akan mengambil hati Zahra kembali.

Saat ini, Revan sedang ada di kamarnya. Mengamati potret Zahra yang sedang menyiapkan makanan. Zahra tampak sangat cantik dan awet muda di foto itu. Foto itu ia ambil diam-diam saat mereka sedang makan siang.

Revan meletakkan ponselnya di meja. Ia memikirkan ucapan Pak Fadli sewaktu mereka hanya bicara empat mata. Ada rasa takut dan semangat menjadi satu.

'Saya lihat masih ada cinta diantara kalian berdua. Saya setuju saja kalau memang kalian akan rujuk, tapi kalau kamu kembali menyakiti hati anak saya dan kamu tidak bisa membahagiakannya. Jangan harap mendapatkan kepercayaan dari saya lagi. Dan saya juga melihat, Joffy menyukai Zahra. Jujur saja, Joffy itu lebih baik daripada kamu.'

'Kalau kamu mengulangi kesalahan itu lagi. Saya akan menikahkan Zahra dengan Joffy.'

Revan menghela napas berat sembari memejamkan matanya. Mengembalikan kepercayaan dari Zahra itu tidak mudah. Mantan istrinya itu bahkan tadi hanya sepatah-dua patah saja bicara dengannya. Zahra masih marah padanya.

Restu dari mantan mertuanya sudah ada. Tapi, restu itu bakal menghilang apabila dirinya melakukan kesalahan. Revan tidak bisa berjanji. Kita tidak tau apa yang akan terjadi ke depannya, bukan?

"Om, dipanggil Nenek!" Revan membuka matanya dan mendapati keponakannya yang paling kecil sedang berdiri di depan pintu sembari menenteng kantong plastik.

"Iya." Revan tersenyum tipis. Dulu, ia menginginkan anak laki-laki dari Zahra. Tapi, entahlah.

***
Zahra mulai melangkahkan kakinya dengan sedikit ragu. Kesalahan Revan padanya tidak membuat Zahra membenci keluarganya Revan juga. Ia semakin mengeratkan genggaman tangannya pada Meira. Ia mulai mengetuk pintu rumah mantan mertuanya.

Derap langkah kaki terdengar di belakang Zahra. Zahra menoleh, mendapati Revan yang sedang menenteng kantong plastik. Revan menatap Zahra dengan mata yang berbinar. Meira sudah berada di gendongan Revan. Sedangkan, Zahra masih terdiam di tempat. Suasana menjadi canggung.

"Ibu mana?" Akhirnya, Zahra buka suara. Meski, hanya dua kata saja.

"Ada di dalam. Ayo, masuk," jawab Revan sembari membuka pintu rumahnya. Zahra mengikuti Revan dari belakang.

Wanita paruh baya itu menatap Zahra dan Revan bergantian. Seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Zahra memeluk tubuh yang tak lagi muda itu. Ibunya Revan membalas pelukan Zahra.

"Ini beneran Zahra?"

"Iya, Bu. Ini Zahra."

"Kamu rujuk sama Revan, Nak?" Pertanyaan itu membuat Zahra kaku seketika.

"Emm---ini Zahra bawa lele bakar kesukaan Ibuk," ucap Zahra mengalihkan pembicaraan.

Revan menghela napas panjang. Ia menyusul Zahra yang sedang menyiapkan makanan untuk ibunya dan membiarkan nenek dan cucu itu saling melepaskan kerinduan.

"Zahra, aku masih mengharapkan kita rujuk," ucap Revan.

"Lupakan pernikahan kita yang sudah hancur itu, Mas. Aku sedang berusaha berdamai dengan keadaan dan membuka hatiku untuk orang lain," jawab Zahra tanpa menoleh.

"Untuk siapa?" Nada bicara Revan berubah.  Zahra yang mendengar itu sedikit takut.

"Untuk siapa saja yang ingin masuk." Zahra memberanikan diri untuk menatap mata Revan.

"Aku masih muda. Aku hanya punya anak satu. Tentu saja aku ingin memiliki anak lagi, lagipula jalanku masih panjang. Aku tidak mau terus-terusan meratapi pernikahanku yang hancur," lanjut Zahra sembari melangkah pergi.


                                 *****
Jangan lupa vote and comment!

EX HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang