09. Foto

23.9K 1.8K 24
                                    

Happy Reading ❤️

                                 ****

Zahra menatap foto Revan dan dirinya ketika berlibur di Lombok. Foto itu terlihat sangat romantis, di mana Revan sedang memeluk pinggang Zahra dari belakang dan mata mereka saling beradu. Memancarkan cinta. Zahra mengusap foto itu sembari tersenyum nanar.

"Andai kamu setia, Mas. Andai kamu tidak main belakang dengan sahabatku. Ah, sudahlah. Tidak ada gunanya aku berandai-andai. Sudah terjadi dan kita tidak akan pernah bersama lagi. Berbahagialah, Mas. Aku juga akan berusaha membuka hati untuk Joffy. Dia pria baik. Meira juga nyaman sama Joffy. Sepertinya, dia pria yang tepat untuk menggantikan kamu," ucap Zahra dengan nada lirih.

Diam-diam Meira mengintip di balik pintu. Memang, Zahra tidak menutup pintu kamarnya dengan rapat, masih ada celah kecil. Meira yang sedari memperhatikan mamahnya pun ikut merasa sedih. Ia paham, ia tau. Papah dan mamahnya sudah tak lagi bisa bersama.

"Padahal, Meira pengennya sama Papah," gumam Meira seraya menundukkan kepalanya.

Zahra mengusap air matanya yang jatuh. Ia menaruh foto itu ke dalam nakas kembali. Lalu, beranjak dari kamar dan berjalan menuju dapur. Sudah saatnya Meira makan siang.

Zahra melihat Meira sedang bermain boneka barbie. Ia menghampiri anak gadisnya itu. Zahra tersenyum lebar sembari mengusap kepala Meira, membuat anak itu mendongak menatapnya.

"Mau makan apa?" tanya Zahra lembut.

"Kayak makanan Daddy kemarin, Mah."

"Yang sosis itu, lho, Mah," lanjut Meira. Zahra mengangguk mengerti.

"Oke, Princess!" Meira terkekeh dan membuat Zahra gemas.

Zahra pun mulai berkutat dengan alat masaknya. Sesekali, melirik ke arah anaknya yang tampak anteng dengan bonekanya.

"Zahra."

***
"Ridho suka sama Zahra, Mas. Karena itu, aku menggoda Mas untuk balas dendam. Aku nyesel. Harusnya, perselingkuhan itu tidak pernah terjadi," ucap Amel.

Amel, Revan, dan Hendra sedang makan siang bersama. Amel dan Revan lebih banyak berbincang tentang perselingkuhan mereka dan Hendra hanya mendengarkannya dengan muka sebal. Hendra bosan mendengar kata penyesalan yang selalu keluar dari mulut Amel.

"Udahlah, Mel. Gue bosen denger itu terus. Kata penyesalan lo itu nggak akan buat Zahra dan Revan kembali. Mereka juga udah pisah," ucap Hendra kesal.

"Gue duluan. Ibu udah nunggu di rumah," pamit Revan seraya beranjak dari tempat duduknya.

Amel dan Hendra menatap punggung Revan yang mulai menjauh. Helaan nafas terdengar dari keduanya. Hendra menatap Amel lekat. Gadis itu menatap Hendra bingung. Seakan bertanya, ada apa?

"Gue heran sama lo. Lo pengen dapetin Ridho, tapi malah macarin Revan." Hendra terkekeh, terkesan mengejek.

"Cuma karena bales dendam karena Ridho lebih suka Zahra, daripada lo? Kita bertiga sahabatan udah berapa lama, sih? Hanya karena cowok, lo tega hancurin rumah tangga sahabat lo sendiri!" lanjut Hendra dengan nada sinis.

Hendra beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan Amel yang terdiam, mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut Hendra. Sedetik kemudian, Amel terisak pelan. Ia merasa yang dikatakan oleh Hendra itu ada benarnya. Ia telah menghancurkan persahabatan dan rumah tangga.

Sementara itu, Revan sedang berusaha menelpon anaknya. Sejujurnya, Revan tidak suka apabila Meira memiliki ponsel sendiri. Ia lebih suka menelpon anaknya itu dengan menggunakan ponsel dari Zahra. Karena nanti ia juga akan bisa berbicara dengan Zahra.

[Hallo, Papah!]

"Waalaikumsalam."

[Eh, assalamualaikum, Papah. Maaf, Meira lupa.]

Revan tersenyum kecut mendengarnya.

"Kamu harus ingat, Meira. Kalau telpon atau ketemu sama orang, itu sebaiknya mengucapkan salam terlebih dahulu."

[Ih, kan tadi Meira udah bilang, Meira lupa!]

Terdengar suara kesal dari Meira. Revan menghela nafas pelan.

"Yaudah. Meira lagi apa? Udah makan?"

[Iya, Pah. Meira udah makan tadi. Tau nggak, Pah. Kemarin Daddy beliin Meira boneka, lho.]

"Daddy?" Revan mengernyitkan dahinya. Perasaannya menjadi tak karuan setelah mendengar kata 'daddy'.

[Maksud Meira itu Om Joffy, temannya Mamah.]


                            ****
Jangan lupa vote and comment!

EX HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang