11. Pertemuan

25.8K 1.6K 15
                                    

Happy Reading ❤️
 
                                  ****

Zahra menatap rumah bertingkat satu dengan nuansa putih itu dengan tatapan penuh kerinduan. Dua tahun lebih, ia tak mengunjungi rumah itu. Tidak ada perubahan, rumah itu tetap sama seperti saat terkahir dia menginjakkan kaki dengan Revan untuk menjenguk papahnya.

Kini, Zahra harus menginjakkan kakinya di rumah itu dengan alasan yang sama, tapi dengan orang yang berbeda. Tak ada lagi Revan di sampingnya, posisi Revan telah digantikan oleh Joffy. Jujur saja, Zahra belum bisa membuka hatinya.

Tok ...! Tok ...! Tok ...!

Tak lama kemudian, pintu pun terbuka. Menampilkan seorang wanita paruh baya dengan pakaian khas asisten rumah tangga. Namun, Zahra tak pernah menganggap bibi sebagai asisten rumah tangga, baginya bibi adalah ibu kedua untuknya.

Zahra memeluk bibi, menyalurkan rasa kerinduan yang sangat mendalam. "Apa kabar, Non? Udah lama Non nggak ke sini," tanya bibi.

"Baik, Bi. Papah masih sama kondisinya?" Bibi mengangguk.

"Oh, iya. Ini Joffy, Bi. Teman Zahra," ucap Zahra. Bibi tersenyum ramah ke arah Joffy, Joffy hanya membalasnya dengan senyuman tipis.

"Ayo, masuk, Non. Bapak pasti seneng lihat Non Zahra pulang," ucap bibi sembari menggiring Zahra dan Meira ke dalam rumah, diikuti Joffy di belakangnya.

Zahra menatap sendu pria yang kini sedang terbaring lemah di ranjang. Rasa bersalah kembali menyeruak, setelah ia menepis rasa itu karena ia pikir, tindakannya benar. Zahra menghampiri papahnya, lalu mencium punggung tangan yang sudah keriput itu.

"Maafin Zahra, Pah," lirih Zahra.

Mata Pak Fadli mengerjap. Ia menatap seorang wanita yang juga sedang menatap dengan air mata yang berlinang itu. Awalnya, ia mengira itu hanya mimpi karena sangat merindukan Zahra, namun sedetik kemudian, Pak Fadli sadar itu bukan mimpi. Anak semata wayangnya kini berada di hadapannya.

"Zahra!"

"Papah," lirih Zahra sembari memeluk tubuh tegap papahnya dengan erat.

***
Revan tak berhenti tersenyum saat ia sudah berada di depan rumah mantan mertuanya. Revan tau keberadaan Zahra karena Hendra. Entahlah, pria itu labil dengan pikirannya sendiri. Revan mulai melangkahkan kakinya, menuju pintu utama rumah mewah itu.

Ceklek!

"Zahra." Keempat bola mata itu bertemu. Saling menyiratkan rasa kerinduan. Revan sangat ingin memeluk Zahra saat ini, namun ia sadar sekarang mereka tidak punya status.

"Papah!" pekik Meira girang sembari berlari menuju ke arah papahnya.

"Papah, Meira kangen banget tau!" Revan hanya tersenyum sembari mengusap puncak kepala anak gadisnya itu.

Zahra dan Revan saling diam. Keduanya tak ada yang berniat memulai pembicaraan. Zahra yang sibuk dengan pikirannya, dan Revan yang sibuk meladeni ocehan anaknya itu. Sesekali, pria itu menoleh ke arah Zahra. Dalam hatinya, ia memuji kecantikan Zahra yang kian bertambah.

Sesaat, keheningan muncul diantara mereka karena Meira masuk ke dalam rumah untuk buang air kecil. Namun, semuanya buyar karena kehadiran seseorang.

"Zahra, ini nasi gorengnya!" Senyuman yang tercetak di bibir Joffy seketika luntur melihat pria yang ada di depan Zahra.

Joffy itu jelas tau siapa pria itu. Pria yang menjadi saingannya dulu dan pria yang berani menyakiti bidadarinya. Tangannya mengepal kuat, Joffy menahan emosinya agar tak kelewat batas. Ia tak ingin imagenya buruk di depan Zahra.

"Makasih, ya, Jop!" Revan cemburu melihat interaksi Joffy dan Zahra. Mereka tampak sudah sangat dekat.

Zahra masuk ke dalam rumah guna menyiapkan nasi goreng yang telah dibeli oleh Joffy. Sepeninggalan Zahra, Joffy dan Revan saling tatap. Tatapan mereka tajam bak belati.

"Jangan deketin Zahra, lagi!"


                          ****
Jangan lupa vote and comment!

EX HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang