08. Daddy

27.8K 1.8K 31
                                    

Happy Reading ❤️

                              ****

Tidak ada gunanya meratapi kesedihan. Bangkit dan move on adalah jalan terbaik. Dan yakin, akan ada kebahagiaan yang datang menghampiri. Seperti yang dialami Zahra saat ini, ia mampu bertahan dan bangkit setelah suami dan sahabatnya menghianatinya. Meskipun, belum sepenuhnya move on. Karena melupakan kenangan manis yang telah ia ciptakan bersama dengan Revan itu tidak semudah itu dilupakan. Apalagi, Revan adalah cinta pertamanya.

Kebahagiaan yang Zahra impikan akhirnya terjadi. Setelah hadirnya Joffy kembali, hidup Zahra kembali dihiasi canda dan tawa. Pria yang tiga tahun lebih tua darinya itu setiap hari berkunjung ke rumahnya. Meira dan Joffy juga sudah sangat akrab.

"Mah, tadi Daddy beliin Meira boneka, lho," ucap Meira seraya menunjukkan boneka Teddy Bear.

Meira memanggil Joffy dengan sebutan Daddy atas permintaannya sendiri. Karena memang Meira sudah menganggap Joffy sebagai Ayahnya sendiri.

"Udah bilang makasih sama Daddy?" tanya Zahra seraya menangkupkan kedua pipinya.

"Udah."

"Jopi! Aku udah masakin makanan kesukaan kamu. Makan, yuk!" Joffy menatap Zahra antusias.

"Iya, yuk!"

Mata Joffy berbinar kala melihat beberapa piring berisi makanan kesukaannya tertata rapi di meja makan. Ada bratwurst, falscher hase, gulaschsuppe, dan makanan khas Jerman lainnya. 

Zahra memberikan piring untuk Joffy dan Meira. Ia mengambikan bratwurst untuk Meira. Matanya menangkap Joffy yang hanya diam sembari memerhatikannya. Zahra menatap Joffy seakan bertanya, kenapa?

"Ambilin juga," ucap Joffy.

"Punya tangan, 'kan?" ketus Zahra.

"Yaelah."

***
Ibunya Revan menatap anak bungsunya itu dengan tatapan sendu. Ia sedih melihat Revan seperti tak ada semangat hidup. Dan juga kasihan karena harus membiayai kebutuhannya dan anak dari putra sulungnya. Harusnya, yang menafkahi Andini dan Reza adalah Ayah kandungnya. Namun, putra sulungnya itu malah lepas tanggung jawab setelah istrinya meninggal akibat kecelakaan pesawat empat tahun yang lalu.

"Bu, kenapa masih di luar? Nanti Ibu sakit, lho. Ayo, masuk." Revan menuntun Ibunya masuk ke dalam rumah.

"Ndin, bikinin Nenek teh anget," titah Revan pada keponakannya.

"Iya, Om." Andini berjalan menuju ke dapur.

"Van, apa kamu dan Zahra tidak ada niatan untuk rujuk lagi? Ibu masih nggak terima kalau kalian pisah," ucap Ibunya Revan sembari menatap anaknya itu dengan tatapan memohon.

Revan menghela nafas. "Revan butuh waktu untuk mengembalikan kepercayaan Zahra lagi, Bu. Dan Revan tidak akan membiarkan Zahra dimiliki siapapun, kecuali Revan!" ucap Revan yakin.

"Kalau Zahra-nya tidak mau. Ya, nggak usah dipaksakan, Nak. Umur kamu juga masih muda, masih ada yang mau sama kamu. Tapi, ya, Ibu berharap kalian bisa rujuk," balas Ibunya.

Revan hanya mengangguk. Ia pernah melakukan kesalahan. Ia pernah main belakang, parahnya malah dengan sahabat istrinya sendiri. Kalau boleh jujur, Revan pun tak yakin Zahra akan menjadi miliknya kembali. Karena luka yang ia torehkan dulu terlalu dalam. Dan Zahra bukan wanita yang gampang memaafkan kesalahan orang begitu saja.

                          ****
Jangan lupa vote and comment!

EX HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang