27. Penolakan Lagi

14K 938 27
                                    

            Happy Reading ❤️

"AMEL!"

Sontak teriakan Revan membuat perhatian semua orang tertuju padanya. Bagaimana tidak, Revan dengan wajah emosinya meneriaki nama Amel tepat di depan ruangan wanita itu. Masih ada banyak orang yang menunggu di kursi tunggu.

BRAK!

Revan menendang pintu ruangan Amel dengan kasar. Dengan masih dikendalikan amarahnya, Revan menarik tangan Amel kasar.

Revan tidak peduli dengan tatapan orang-orang. Ia menyeret paksa Amel keluar dari gedung Rumah Sakit. Revan masih waras untuk tidak membuat keributan di Rumah Sakit.

"MAU LO APA, SIH?!" bentak Revan sembari mempererat cengkeraman tangannya pada pergelangan tangan Amel.

"Awsh, sakit, Mas," rintih Amel.

"Gue terima kalo lo cuma gangguin gue. Tapi, gue gak akan tinggal diam kalau lo sampai gangguin Zahra." Revan menatap Amel tajam.

"Kalau sampai Zahra gak mau balik sama gue---"

"Gue bakal habisin lo. Camkan ucapan gue. Gue gak pernah main-main, Amel Diana Wijaya!" desis Revan.

Amel tidak bisa membohongi dirinya sendiri, kalau ia benar-benar takut dengan Revan sekarang. Revan benar-benar menyeramkan. Tapi, rasa cintanya pada Revan membuat Amel menepis rasa takutnya.

"Mas, sampai kapan kamu mengharapkan Zahra? Aku tau betul, Zahra gak akan menerima orang yang sudah menghianatinya," ucap Amel, seolah menantang Revan.

"Gue bakal lakukan apapun untuk dapetin Zahra. Lo udah gak ada kesempatan untuk masuk ke dalam hati gue," jawab Revan.

"Bukannya, kita dulu saling mencintai, Mas? Dua tahun bukan waktu yang singkat. Bahkan, kamu rela bohong sama Zahra demi menemani aku liburan. Kamu rela---"

"CUKUP, AMEL! Cukup! Gue akuin, gue pernah jatuh cinta sama lo. Tapi, itu dulu. Sebelum semuanya kacau, sebelum cinta sejati gue memilih pergi. Lo cuma cinta sesaat, Amel. Lo cuma pelampiasan kejenuhan gue."

Deg!

Sungguh, rasanya sakit. Ucapan Revan sangat menyakiti hati Amel. Tapi, yang dikatakan oleh Revan itu adalah sebuah kebenaran. Kebenaran yang menyakitkan.

Saat jenuh dan bosan dengan Zahra, Amel hadir dan membuat warna lagi di kehidupan Revan. Dua tahun menjalani hubungan terlarang, nyatanya tak membuat Revan benar-benar mencintai Amel.

Semuanya berkahir dan berubah saat Amel nekat mengungkap perselingkuhan mereka lewat foto yang ia kirimkan pada Zahra. Revan mengakhiri hubungan mereka secara pihak ketika Zahra pergi dari rumah. Amel menerimanya karena merasa bersalah.

Kehancuran hidup Revan karena kepergian Zahra semakin membuat Amel merasa bersalah. Tapi, ketika Zahra bilang kalau ia tak mau kembali lagi dengan Revan dan secara terang-terangan menyerahkan Revan pada Amel, Amel seperti memiliki kesempatan untuk mendapatkan Revan kembali.

"Mel, gue mohon jangan hancurin hidup gue lagi. Biarin gue bahagia sama Zahra," pinta Revan.

Amel terenyuh dengan permintaan Revan. Pria itu memang sangat mencintai Zahra.

"Maaf, Mas."

***
Masalah kemarin tidak berpengaruh apa-apa bagi Zahra. Tidak peduli dengan ancaman Amel, karena memang ia dan Revan tak memiliki hubungan apa-apa sekarang. Kedekatan mereka hanyalah untuk urusan Meira, tidak lebih.

Zahra sudah tidak mau lagi berurusan dengan hati. Rumit, bikin pusing lagi. Toh, Zahra juga belum siap memulai hubungan baru. Meira lebih penting dari apapun.

"Maaf." Dahi Zahra mengernyit.

"Untuk?"

"Untuk teror Amel, gangguan Amel, dan hal-hal yang Amel lakukan pada kamu. Aku udah bilang sama dia. Zahra, jangan terpengaruh sama ucapan Amel," ucap Revan.

"Mas, aku gak peduli sama apa yang Amel lakukan. Asalkan, itu gak bersangkutan dengan Meira, aku gak akan peduli," balas Zahra.

"Aku mau kita kayak dulu lagi, Ra. Meira masih butuh kita berdua."

"Lho, kita memang merawat Meira sama-sama, kan? Apa lagi?"

"Bukan itu yang kumaksud. Aku mau kita rujuk," pinta Revan.

"Maaf, aku gak bisa, Mas," tolak Zahra.

Ternyata, waktu dua tahun belum bisa membuat Zahra menerimanya kembali. Meski, sudah dimaafkan, tapi hati Zahra masih terkunci rapat. Walau sudah beberapa kali diketuk, tapi tetap saja Zahra tak mau membukanya.

"Beri aku satu alasan kenapa kamu gak mau rujuk sama aku," pinta Revan lagi.

"Karena sekarang bagi aku pasangan itu tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah kebahagiaan Meira," jawab Zahra.

"Kalau kebahagiaan Meira adalah ketika kita bersama, apa kamu bakal mau menurutinya?"

Zahra terdiam.

"Kenapa diam?"

Zahra menatap Revan dengan mata yang sudah berkaca-kaca. "Aku gak bisa, Mas! Jangan paksa aku!" sentak Zahra seraya melenggang pergi.

Penolakan Zahra yang sudah entah keberapa kali membuat Revan tak berhenti berjuang. Karena Revan yakin, lambat laun Zahra akan bisa menerimanya kembali.

"Dengan cara apa lagi, Ra? Apa dengan cara kasar biar kamu kembali sama aku lagi?" gumam Revan seraya menatap punggung Zahra sendu.

                           ***
Jangan lupa vote and comment!

EX HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang