16. Papah Nikahin Kalian!

22.7K 1.3K 24
                                    

               Happy Reading ❤️

"Zahra, aku minta maaf."

Zahra tersenyum tipis. Permintaan maaf mantan sahabatnya itu tidak akan memperbaiki semuanya, bukan? Hatinya masih sangat sakit. Memaafkan? Tidak semudah itu. Zahra sadar, dia bukan wanita lembut yang dengan gampangnya bisa memaafkan kesalahan begitu saja.

Mendiang mamahnya membuat Zahra menjadi wanita tegas seperti saat ini. Beliau wanita yang menjadi panutan Zahra. Pesan beliau yang masih ia ingat sampai sekarang, jangan lemah dan jangan mau ditindas.

"Aku tau, kamu belum bisa maafin aku. Aku memang gak pantes dimaafkan," ucap Amel sembari terisak.

"Semua sudah terjadi, Mel. Aku sedang belajar untuk memaafkan kalian," jawab Zahra tanpa menoleh.

"Kamu harus kembali dengan Revan, Ra. Dia sangat hancur saat kamu pergi ke Jerman," sahut Amel.

"Memangnya aku tidak hancur saat tau perselingkuhan kalian? Aku juga hancur, Mel! Dengan teganya kalian pelukan mesra, ciuman, gandengan tanpa memikirkan perasaan aku! Aku sakit, Mel!" Runtuh sudah pertahanan Zahra.

Amel dan Zahra sama-sama terisak. Mereka tidak sengaja dipertemukan di Minimarket tadi dan berakhir di taman. Membicarakan yang sudah seharusnya dilupakan. Bukankah membuka lembaran baru lebih tepat? Daripada meratapi kejadian yang sudah terjadi?

"Mel, aku udah memutuskan untuk membuka lembaran baru dan memulai cinta baru lagi dengan orang lain. Bukan dengan Mas Revan. Kalian saja yang menikah. Permisi," ucap Zahra sembari beranjak pergi.

Amel menatap punggung Zahra yang mulai menjauh dengan terisak. Memulai cinta baru dengan orang lain? Amel tidak yakin. Amel sangat tau, cinta Zahra ke Revan itu sudah sangat dalam. Zahra tidak mungkin semudah itu melupakan Revan. Tapi, yang namanya hati gak ada yang tau.

***
"Mamah habis dari mana? Kok gak ngajak Meira?" tanya bocah kecil itu sembari menghampiri mamahnya.

"Habis beli shampoo, Sayang," jawab Zahra sembari membawa Meira ke gendongannya.

Meira memang ia tinggal sendiri karena anaknya itu sedang tidur tadi. Dan Revan pun masih di kantor. Sebenarnya, Zahra tidak nyaman dengan keberadaan Revan. Tapi, ia tidak enak mengusir Revan karena pasti papahnya menahan Revan untuk tetap menginap.

Dengan masih menggendong Meira, Zahra meracik bumbu telur balado untuk makan siang nanti. Revan kalau siang akan pulang untuk makan. Ya, Zahra hanya ingin menjadi tuan rumah yang baik. Masa tamunya dibiarkan kelaparan.

"Papah lama pulangnya," keluh Meira dengan wajah kesal.

"Mungkin, lagi sibuk Papahnya," jawab Zahra.

"Yaudah, Meira mau main aja," ucap Meira sembari meronta dari gendongan. Zahra pun menurunkan Meira dan membiarkan anaknya itu membuat rumah berantakan, lagi. Yang penting gak rewel.

Zahra tidak hanya memasak telur balado. Ada sayur asem, ikan goreng, tumis pokcoy, dan tempe goreng. Sesekali ia menyeka keringatnya. Seharian penuh ia disibukkan oleh urusan rumah tangga. Rasanya lelah, tapi mau bagaimana lagi?

GREP!

"ASTAGHFIRULLAH!"

Saking terkejutnya, Zahra sampai melempar pokcoy hingga sampai di depan pintu kamar mandi. Bagaimana tidak terkejut? Tiba-tiba ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Bukan Meira, bentuk tubuhnya seperti laki-laki. Kemudian, Zahra pun membalikkan badannya.

"KURANG AJAR!"

"LEPAS!"

"LEPAS, MAS REVAN!"

Revan hanya terkekeh dan mengabaikan raut wajah Zahra yang sudah menahan amarahnya yang memuncak. Dengan santainya, ia duduk di kursi sembari minum air mineral yang ia ambil dari kulkas.

"KAMU JANGAN MACAM-MACAM, YA, MAS!" teriak Zahra yang suaranya menggelegar sampai-sampai membuat Pak Fadli keluar dari kamar.

"Kalian ribut mulu. Papah sampai pusing dengernya. Kalau kalian gak bisa damai, Papah bakal nikahin kalian!" sahut Pak Fadli sembari berjalan ke arah mereka.

"MAU!"

"ENGGAK!"

                                 ***
Jangan lupa vote and comment!

EX HUSBAND (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang