48. Makan bersama

3.9K 220 2
                                    

Mengandung muatan dewasa bagi pembaca yang tidak nyaman dengan konten tersebut dianjurkan untuk tidak membaca part ini.
Sekian terimakasih 😊

.......

Rencana mau kemana Nik?" tanya abi yang tidak banyak cakap dari tadi.

"Iya mumpung kalian masih cuti kenapa nggak bulan madu ajah sekalian, masak belum apa-apa sudah ngidam bubur manado," sambung maminya.

Belum sempat menjawab Riska keburu tersedak air dari gelas yang tengah ia minum. Fathir yang melihat ini menahan senyum jahat lalu menepuk-nepuk punggungnya. "Emangnya pengen bulan madu kemana sayang?"

Riska tak bisa menjawab karena kerongkongannya gatal. Ia terbatuk-batuk hingga merembeskan air di sudut mata dan hidungnya.

"Lu kenapa sih? Makannya pelan-pelan ajah." Fathir mengelus punggungnya.

"Lu kenapa Nik?" periksa engkong menelengkan kepala.

"Eng--ngga--" Riska terbata lalu batuk-batuk kembali.

"Gara-gara lu tu Mei," celetuk abinya sembari menyodorkan kembali segelas air putih.

"Kok gara-gara gua sih Sam. Gara-gara Japa tuh." Maminya membela diri lalu melempar tuduhan tak berdasarnya abi ke arah Fathir.

Riska kembali terbatuk-batuk. Rasa gurih dari nasi uduk sarapannya, menyisa di hidung. Fathir membantunya menghirup air pelan-pelan dari gelas yang disodorkan abi sementara tangannya mengusap-usap punggungnya. Mami mengawasi dengan cemas.

"Udah enakan?" tanya Fathir kalem, tidak wajar bagi Riska.

Ia mengangguk namun, masih sesekali terbatuk.

"Sini gue suapin." Fathir menarik piringnya dan mulai menyendok tanpa menghiraukan protesan Riska.

"Ah." Fathir mengaba-aba dirinya supaya membuka mulut.

Riska melakukannya dengan enggan, bagaimanapun juga ia harus patuh pada bosnya.

"Agak sinian. Kejauhan sayang." ucapnya dengan sesendok penuh nasi yang menggantung di sisinya.

Riska bergeming, melirik sekilas pada anggota keluarga lain yang melanjutkan acara sarapan mereka dalam diam.

Tanpa perlu penegasan lagi Fathir memepetkan kursinya. Sesaat dirinya tertegun. Ulah apa lagi yang akan dipertontonkan Fathir?

"Ah," pintanya kembali.

Riska menurut dan menelan sesuap nasi yang di sodorkannya dengan tergesa.

"Pelan-pelan jangan keburu-buru ntar kesedek lagi."

Riska mengangguk, merasa semakin canggung di tempatnya.

"Bagus." Fathir mengelus kepalanya. "Jadi makin sayang kalo nurut gini." ucapnya kembali disertai pendaratan bibir yang cukup lama di dahinya.
Riska berusaha mendongak namun, ditahan gerak kepalanya agar membenam di pelukan yang kini melingkupinya. Fathir mendekapnya kencang antara gemas atau sebagai tanda peringatan.

"Gua mau liat ikan-ikan gua dulu." Suara engkong memecah keadaan. Riska berusaha melepaskan diri, tapi Fathir terlalu ketat mengikatnya dalam kungkungan.

"Mami juga mau ke dapur."

"Abi mau berjemur di luar."

Dan satu persatu meninggalkan meja makan. Apa keluarga Fathir jengah melihat tingkah mereka berdua? Riska berusaha mendongak.
Fathir tersenyum. "Gue suka sama elu." pernyataan yang ringan seringan komentar seseorang tentang cuaca cerah di hari yang biasa saja.

Dunia RiskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang