10. Dipecat

7.6K 318 8
                                    


"Gu--gue," ucap Riska terbata.

"Hmmm, lu tau kenapa gue langsung pecat lu? Salah satunya karena apa yang lu lakuin semalam."

Fathir mengamati tampilan Riska dengan raut sarat makna, salah satu sudut bibirnya yang memar itu sedikit tertarik ke samping berusaha menahan antara ejekan, kepuasan dan ketidaksukaan yang tak tahu mana yang harus di ekpresikan terlebih dahulu.

"Yah selain itu, setelah gue periksa performance report karyawan di sini, lu tuh termasuk yang nggak ngasih kontribusi apa-apa ke perusahaan."

Riska diam sejenak, ia menghubungkan kejadian semalam dengan posisinya saat ini.

"Lu jangan asal tuduh ya dari mana lu dapet ide gue ada di hotel semalam?" Riska menanggapinya dengan hati-hati, ia tidak mau kalau justru pertanyaan ini malah menjebaknya, bisa saja Fathir hanya melontarkan kalimat sembarangan agar Riska masuk perangkapnya.

Fathir tersenyum geli, sambil menggerakan tangannya ke baju yang sekarang dikenakan Riska.

"Gimana pas nggak pakaian dalamnya?"

Riska seakan tak mempercayai apa yang barusan dia dengar. Jadi semalam yang bersamanya di hotel adalah pria di depannya ini. Riska maju ingin memukul dengan tas tangannya namun, Fathir mengisyaratkannya untuk mundur.

"Jangan bikin kacau di kantor, mundur sana. Lu tau kan ada cctv," tunjuknya ke arah cctv di sudut ruangan.

"Brengsek! Lu apain aja gue semalem?"
suara Riska terdengar bergetar, dia tak bisa menahan amarah dan kekecewaannya secara bersamaan.

"Kenapa lu malah tanya hal kayak gitu? Harusnya lu udah tau dong, gue kan udah bayar lu, tapi nggak dapat apa-apa, wajar ajah kan kalau gue ambil apa yang udah gue beli, lagian pagi tadi gue juga udah ngasih tips. Kenapa? Masih kurang?"
Fathir keliatan begitu senang, seakan mainan baru di depannya itu sukses menghiburnya.

"ZAFA!" teriak Riska sambil melempar tasnya ke arah Fathir yang langsung ditepisnya.

"Jangan panggil nama itu di sini!" Fathir balas berteriak, dia kini berdiri dan melangkah lebih dekat ke arah Riska.

"Orang macam lu nggak ada untungnya di kantor ini, cuma bikin image perusahaan jelek! Denger ya temen-temen judi lu udah masuk penjara hari ini, lu harusnya bersyukur gue nggak masukin lu sama mereka."

Riska mundur selangkah lagi, dia kembali tidak mempercayai apa yang ia dengar barusan, bahwa Roni dan yang lainnya tertangkap. Riska jadi yakin ada campur tangan dari orang di depannya sekarang ini.

Melihat Riska yang terlihat shock dan tidak berkata apa-apa, Fathir pun melanjutkan.
"Gue nggak bisa memperkejakan orang dengan track record buruk di luar sana, sampah masyarakat kayak lu tuh cuma bikin masalah ajah! Udah untung lu gue selametin semalem. Kalo nggak ada yang ditanyain lagi, lu boleh pergi sekarang!" tunjuk Fathir ke arah pintu.

Riska maju untuk memungut tasnya namun, dia jadi mendapat ide untuk memukul lelaki di sampingnya itu, ia tidak terima dengan apa yang dilakukannya semalam. Ketika Riska mengepalkan tangan dan akan meninju wajahnya, dengan gerakan santai Fathir langsung menahannya, dia terus menahannya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain meraih gagang telpon lalu menekan tombol intercom.

"Keamanan, cepat ke ruangan saya sekarang!" teriaknya dan langsung menutup sambungan.

Riska berusaha melepaskan kepalan tangannya yang sekarang memerah, Fathir benar-benar menahannya begitu kuat.

"Gue nggak bakal maafin apa yang udah lu lakuin ke gue semalem, bajingan lu!"
Kalimat Riska kembali bergetar, ada genangan di sudut matanya yang berusaha ia tahan mati-matian.

Dunia RiskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang