7. Mabuk

13.1K 361 13
                                    


Tidak akan pernah ada seorang pun yang mengira bahwa di tengah bisingnya suasana club malam itu, di dalam sebuah ruangan lain, Seorang perempuan tengah dianiaya.

Deru nafas dan teriakan yang tertahan oleh tangan-tangan kekar tak sanggup meloloskan satu suara pun yang bisa menyatakan bahwa dirinya sedang dalam bahaya. Kedua tangan dan kaki yang dia gunakan untuk perlawanan hanya sia-sia saat keempat lelaki yang menyudutkannya mulai mencekokinya dengan minuman.
Sementara itu seorag pria yang bertubuh pendek, dan berperut buncit menamparnya beberapa kali. Sambil menjambak rambutnya, dia mendesis ke telinga si perempuan sambil tertawa puas.
"Lu udah kalah berkali-kali, dan masih mau nantangin gue? Dasar cewek bego!"

Si perempuan masih berusaha memberontak di tengah ketidaksadaran yang mulai melingkupinya, bayangan orang-orang yang tertawa puas di sekelilingnya, rasa pusing dan kantuk yang merambat perlahan, mati-matian dia tahan. Perempuan itu hanya bisa menggerak-gerakan tubuhnya ke atas dan kebawah, usahanya yang sia-sia ini terlihat seperti perburuan di alam bebas di mana si mangsa yang sudah terpojok tampak di koyak-koyak 4 binatang buas.

Tak tahan lagi akan rasa kantuk dan nyeri seperti sengatan listrik yang perlahan merayap, perempuan itu pun menggigit bibir bawahnya, berusaha membuat kesadarannya tetap terjaga. Melihat upaya pertahanan si perempuan yang tidak ada habisnya, para lelaki tersebut pun mengguyur wajahnya dengan minuman, lalu membaringkannya di sofa, siap untuk diterkam.Tepat ketika itu pintu ruangan dibuka, dan seorang pria berdiri di sana dengan tangan terkepal...

Bug!

Fathir memukul pria yang akan membuka paksa baju si perempuan yang terkulai lemas di sofa tersebut, dia memukulnya berkali-kali, sementara tiga orang lain yang hendak mengeroyok Fathir tidak tahu bahwa ada dua orang di belakangnya juga sudah siap menghajar mereka. Fathir menendang perut si pria pendek berkali-kali, karena tidak ada perlawanan, Fathir jadi sedikit lengah ketika sebuah bogem melayang mengenai rahangnya, dia terhuyung selangkah. Bagas yang sigap melihat situasi, langsung memukul pria yang melayangkan tinju ke arah Fathir, dia menghajarnya habis-habisan.

"Aryo, panggil keamanan ke sini cepet!" Fathir berteriak sambil terus melancarkan aksinya.

"Siapa lu? berani-beraninya ngerusak acara gue!" nada bicara si Pria pendek terdengar angkuh meskipun dia sudah babak belur.

"Gue yang punya tempat ini, gue berhak mau ngapain aja, gue mau bakar tempat ini, juga suka-suka gue!" Fathir berteriak ke arahnya, wajahnya merah padam.

Beberapa petugas keamanan memasuki ruangan dan langsung meringkus mereka. Keadaan di dalam sudah tidak bisa dikatakan sebagai ruangan layak pakai lagi, mejanya terbelah dua akibat tendangan Fathir, perabotannya rusak berat, uang hasil taruhan mereka pun berserakan bersama pecahan botol di lantai.

"Saya mohon maaf Pak Fathir, saya tidak tahu kalau akan terjadi hal semacam ini."
seorang lelaki setengah baya berstelan jas rapi dengan nametag terpasang di sebelah dadanya: 'Raditya Handoko, Manager On Duty' sedang membungkuk dan meminta maaf beberapa kali.

"Besok kamu temuin saya di kantor!"

"Baik pak."

Beberapa karyawan yang berdiri di dekat pintu bergeming. Mereka tidak menyangka bahwa tempat mereka bekerja tengah disidak sendiri oleh pemiliknya.

"Tamu-tamu yang di luar udah kamu bubarin?"

"Sudah Pak."

"Kamu urus sisanya, jangan ada yang boleh pulang sebelum semuanya beres."

"Baik Pak."

Fathir beralih ke si perempuan yang kini setengah sadar di sofa. Sisil mengelap wajahnya dengan tisu dan merapikan rambutnya, Bagas duduk di sebelah pacarnya sambil memegangi sikunya yang terlihat lecet.

Dunia RiskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang