16. Sebuah Paket Kiriman

4.9K 267 1
                                    


Sesudah jam makan siang menjadi hal lumrah untuk sejenak mampir ke sebuah dapur umum di kantor mereka. Riska dan Imam serta pak Dadang si satpam adalah anggota tetapnya. Seperti saat ini, Imam tampak asik berkutat dengan mesin kopi sederhana di depannya sementara pak Dadang yang di sebelahnya mengamati dengan seksama.

"Wah buset, tumben bawa biji kopi sendiri Pakcik?" tanya Riska memecah suasana begitu ia memasuki dapur.

"Seneng banget Mbak, akhirnya kita bisa kumpul-kumpul lengkap seperti ini ya," sahut pak Dadang yang tengah mengawasi Imam menyelesaikan satu cangkir espressonya.

"Noh kopi lu Pak." Imam menyerahkan secangkir espresso yang sepertinya sudah lama di nanti pemiliknya." Lu mau nggak Ris?"

"Nggak. Gue mau bikin teh."

"Eh Mbak Riska, ada kiriman tadi saya taruh di meja Mbak."

"Ha? Di meja mana Pak? Kiriman apaan? Saya stay di gudang sekarang."

"Yah di meja Mbak yang biasanya. Permisi Mbak, Mas Imam. Saya mau balik ke pos dulu."

"Loh Eh…Pak…."
Belum selesai Riska melanjutkan kalimatnya, pak Dadang sudah ngacir duluan.

"Gimana enak nggak di gudang? Lu pasti dapet kesempatan banyak buat nyolok angka kan? Kesalahan besar kayaknya nih perusahaan mindahin lu ke gudang."

"Ye, itu namanya keberuntungan di balik cobaan tau."
Riska menuang teh di gelas monouse-nya lalu menutup rapat, Ia pun bergegas meninggalkan Imam yang masih santai duduk di sebelah galon air mineral sembari memainkan ponselnya.

"Gue balik dulu Pakcik, di gudang masih banyak kerjaan." pamit Riska sembari tersenyum mengejek ke arahnya.

"Enak banget idup lu sekarang Ris!" teriak Imam dari belakang.

Riska mampir sejenak ke meja kerjanya dulu, untuk mengambil paket kiriman yang dimaksud pak Dadang tadi.
Sebelum ia sampai di tempat yang dituju, Desi sudah berteriak ke arahnya.
"Mbak Riska ada kiriman nih!"

"Udah tau, makanya gue ambil." Riska tersenyum ke arahnya.

Ia meraih sebuah sopphing bag hijau berlogo Z&J yang di sodorkan Desi ke arahnya. Baru saja ia akan berbalik pergi Sitha dari arah belakang memeluknya sambil menopangkan dagu ke bahunya. "Apaan nih? Buka dong sayang."

Desi yang sejak tadi berdiri pun terlihat antusias dengan menganggukan kepalanya tanpa disuruh.
Riska membuka shopping bagnya dan menarik keluar sebuah giftbox dengan sepucuk kartu ucapan tersemat di pita merah yang menghiasinya.

'Have a nice pleasure in bed' 

Hanya itulah kalimat yang tertera di sana, tak ada nama pengirimnya.

"Ayok buka isinya apaan penasaran gue."
Sitha mengggoyang-goyang lengan Riska dengan tidak sabar.

"Iya-iya bentar, ini juga mau dibu–"

"What?!" pekik Sitha

"Apa? Apa isinya Mbak?" Desi terlihat semakin antusias.

Beberapa kinky stuff yang terdapat di dalam kotak tersebut membuat Riska juga ikut tercengang dibuatnya: handcuff, blindfold, garterbelt plus stockingnya dan lingerie seksi warna hijau botol, juga beberapa kotak kondom aneka rasa.
Buru-buru Riska memasukkan barang-barang tersebut sebelum ada orang lain yang melihatnya, bisa ditanya macam-macam dia–tak terkecuali tampang Sitha yang sudah tampak seperti ikan lohan megap-megap.

"Gue balik dulu ke gudang."
Riska berbalik dan mengambil langkah seribu meninggalkan kedua rekan kerjanya yang masih berdiri di sana dengan terpegun.

Dunia RiskaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang