Part 9

224K 6.6K 81
                                    

yuhuuu

beda banget ama versi sebelumnya ya? hoho... semoga suka ya.

PART 9

Dina mengerut kening saat memarkir mobil di depan rumah Shinta, ia melihat satu mobil asing yang terparkir tidak jauh dari mobilnya. Sedetik kemudian ia mengabaikan rasa herannya, berpikir mungkin mobil tersebut milik kerabat Shinta.

Dengan langkah ringan Dina menyusuri pekarangan rumah. Suara canda-tawa menyapa telinganya. Sejak dulu, setiap Minggu sore ia dan teman-teman karibnya sepakat bertemu.

Dina tiba di pintu rumah yang sedikit terbuka.

"Shinta, aku datang." Dina mendorong pintu hingga terbuka lebar dan melangkah masuk.

Di ruang tamu, beberapa anak muda tampak bercerita dengan ceria.

"Hai, Dina," sapa Shinta.

"Wow... Dina cantik sekali hari ini, seperti tahu ada yang ingin bertemu," goda Boby dengan seringai lebar.

Dina tersenyum tipis menanggapi godaan sahabatnya itu.

Deg!

Seketika dada Dina berdebar saat matanya bersitatap dengan sepasang iris berwarna cokelat. Pria itu tersenyum. Hati Dina serasa runtuh.

"Hai, Dina. Apa kabar?"

Kejutan istimewa. Dina tersenyum kaku. Pria itu mendekatinya dengan senyum lebar, lalu mengulurkan tangan.

Ujung mata Dina menangkap teman-temannya yang saling lirik dengan senyum terkulum. Hal itu membuat wajah Dina merona.

Dina menyambut uluran tangan Niko dengan telapak tangan yang terasa lembap. Bertemu kembali dengan mantan kekasih yang pernah sangat ia cintai, tidak ada di khayalannya hari ini.

Tangan bertaut. Kemanisan masa lalu mereka berkelabat di benak Dina. Ia menatap Niko yang juga menatapnya dengan tatapan intens.

"Cinta lama bersemi kembali," goda Shinta dan yang lain serentak.

Genggaman tangan Niko terasa lembut dan hangat. Dina menarik tangannya dengan wajah memanas. Ia melirik gemas teman-temannya.

Niko tersenyum samar menanggapi candaan teman-temannya.

Dina tersentak ketika sentuhan halus menyapa pergelangan tangannya. Niko menggandengnya, mengajaknya duduk di antara teman-teman mereka. Dina masih bisa melihat teman-temannya saling mengedipkan mata dengan senyum penuh arti.

Beberapa saat kemudian, mereka mulai sibuk dengan cerita masing-masing.

Boby dan Sandy memilih duduk santai di bagian lain ruang tamu sambil bercerita tentang politik, sementara Shinta dan Anggi, berpindah ke ruang tengah, membicarakan drama Korea terbaru.

"Bagaimana kabarmu, Dina?" tanya Niko sambil menatap Dina dalam-dalam.

Dina membalas tatapan itu dengan hati bergetar halus. Ia mengangguk samar, "Aku baik, dan kau?"

"Baik juga."

Hening sesaat, hanya terdengar suara samar Shinta dan teman-teman lainnya yang sedang bercerita.

"Kapan pulang?" tanya Dina membuyarkan keheningan.

"Baru tiba kemarin malam. Hari ini aku buru-buru ke sini."

Dina mengangguk pelan.

Beberapa saat berlalu tanpa kata.

"Apakah... sekarang kau memiliki seseorang? Ehm, Kekasih?" Niko membuyarkan keheningan di antara mereka.

Dina menggeleng samar. Waktu dua tahun tidak cukup untuknya mencari pengganti kekasih yang sejak SMA mengisi hatinya.

Niko tersenyum. "Aku juga belum, kau terlalu istimewa untuk dilupakan. Tak tergantikan."

Dina terdiam. Tiba-tiba perasaan sedih menyelimuti hatinya. Siapa yang harus disalahkan atas kandasnya hubungan mereka? Takdir? Atau...

"Dina..."

Dina tersentak saat merasakan sentuhan lembut di tangannya. Ia ingin menarik tangannya, tidak mau teman-temannya yang lain berpikir ia dan Niko kembali menjalin hubungan, tapi pria itu menahannya.

"Mungkin ini terlalu cepat, tapi maukah kau memberi kesempatan sekali lagi pada hubungan kita?" tanya Niko sambil menatap penuh harap.

Dina terdiam dengan hati gundah. Ia harus bagaimana? Ia tidak mau sejarah berulang dua kali, dan membuat hatinya hancur sekali lagi.

Tepat saat itu ponselnya berdering. Dina segera menarik tangannya, lalu meraih ponsel dari dalam tas. Ia melihat nama pemanggilnya adalah Steven.

Dina memberi kode pada Niko kalau ia akan menerima panggilan.

"Halo?" sapa Dina sambil berdiri dan berjalan sedikit menjauh dari Niko.

"Dina, kau di mana?"

Terdengar suara Steven yang dilatari suara ibu Dina dan adiknya.

"Saya di rumah teman, Pak. Ada apa?" tanya Dina kurang senang. Untuk apa Steven ke rumahnya? Dina kesal memikirkan pria itu yang pasti dengan lancang mengaku kekasihnya.

"Rumah temanmu di mana? Aku ke sana."

"Tidak!"

Dina memutuskan panggilan, mengatur profil 'diam' pada ponsel, lalu kembali ke sofa. Dengan suasana hati yang sudah berubah, ia kembali mengobrol dengan Niko, tapi dengan topik yang berbeda.

Tak lama kemudian, teman-temannya ikut bergabung dan mencetuskan ide untuk berburu kuliner.

***

bersambung...

please vote dan komen, kawan2. makasi.

Love,

Evathink

(IG : evathink)

Menjadi Kekasih Bos [tamat-part lengkap]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz