52

40.3K 1.9K 61
                                    

Teman2,
Novel karya2 saya tersedia versi buku cetak dan ebook.

Buku cetak READY STOCK, bisa diorder pada saya, WA 08125517788

Untuk ebook, tersedia di aplikasi berikut (unduh aplikasinya di playstore):

> Karya Karsa
> Play Buku
> Lontara

* khusus di karya karsa harganya lebih murah

*semua cerita terbaru saya hanya tersedia di Lontara (cara belinya pergi ke profile dan topup saldo lontara, buat temen2 yang gak bisa top up, boleh hub aku di wa 08125517788, nanti aku bantukan topup)

Cerita dilanjutkan di Wattpad sampai TAMAT!

52

Steven menutup pintu kantornya dengan geram. Ia bukan hanya kesal pada Niko, tapi juga marah pada Dina.

Berani-beraninya Dina menunjukkan rasa simpati pada mantan kekasihnya di depan calon suaminya sendiri!

Dina mengambil tisu dari meja dan menyeka air mata.

Steven meninggalkan Dina, masuk ke ruangannya. Ia duduk di balik meja kerjanya dengan napas memburu. Amarah telah menyempitkan pernapasannya.

Beberapa saat kemudian, pintu ruangannya terbuka. Dia masuk dengan kotak P3K di tangan.

Steven membuang muka. Kenapa baru sekarang bersikap perhatian setelah mantan kekasihnya pergi? Tadi Dina sama sekali tak peduli padanya.

Rasa cemburu dan sakit hati berkobar-kobar membakar hati Steven.

"Steve..." panggil Dina dengan suara parau.

Steven menepis kasar tangan Dina yang menyentuh wajahnya.

Dina tersentak, sama sekali tak menyembunyikan keterkejutannya. Setitik rasa bersalah muncul di hati Steven. Namun cuma setitik dan segera ia menghapusnya. Ia benar-benar gusar mengingat calon istrinya masih bersimpati pada mantan kekasihnya.

Tanpa memedulikan Dina, Steven berdiri dan beranjak pergi. Ia membuka pintu ruangannya, mengabaikan panggilan gadis itu.

Tanpa mengobati luka lebih dulu, Steven meninggalkan kantornya, mengendarai mobil menuju rumah orangtuanya. Kali ini ia harus tegas. Niko dan Kayla tidak boleh bertunangan atau Kayla hanya akan mendapat sakit hati.

Tiba di rumah orangtuanya, Steven masuk dan berteriak memanggil Kayla dan ibunya. Ia melepas jasnya dan melemparnya dengan kasar ke sofa ruang tamu. Rasa kesal membuatnya merasa gerah tak terkira.

"Steve, ada apa? Kenapa kau berteriak?" tegur Mia gusar. Ia yang sedang tidur siang, merasa terganggu dengan teriakan putranya.

"Papa mana, Ma?"

"Papa-mu lagi istirahat. Ada apa? Kenapa marah-marah? Dan wajahmu itu kenapa? Kau berkelahi, Steve? Dengan siapa?" tanya Mia cemas.

Kayla keluar dari kamarnya karena mendengar suara ribut-ribut. Ia berjalan mendekati kakak dan ibunya.

"Ada apa?" tanya Kayla sambil mengucek-ngucek mata. "Wajah Kakak kenapa?"

Mia mendekati Steven dan menyentuh pipi anaknya.

Steven meringis sakit saat tangan ibunya menyentuh luka memar di sudut bibirnya.

"Kayla tidak boleh bertunangan dengan Niko, Ma!" kata Steven tanpa menjawab pertanyaan ibunya.

Wajah Kayla memucat, sementara Mia menatap Steven dengan tatapan tidak mengerti.

"Sebenarnya ada apa? Kau datang dengan wajah babak belur dan bicara mengawur," omel Mia.

"Ada apa ribut-ribut?" tanya Ramon yang keluar dari kamarnya dengan wajah mengantuk.

"Kayla tidak boleh bertunangan dengan Niko, Pa, atau Kayla akan menderita!" kata Steven dengan suara lantang. Ia ingin semua yang ada di ruangan itu mendengar dengan jelas setiap kata-katanya.

"Kak..." panggil Kayla berusaha untuk menghentikan Steven supaya tidak bercerita lebih jauh.

"Memangnya kenapa?" Ramon mengerut kening.

"Karena dari awal aku sudah tahu niat Niko pada Kayla, dia hanya ingin memperalat Kayla saja, Pa, Ma." Steven melirik sedih adiknya yang kini tampak muram.

"Atas dasar apa kau bicara begitu? Dan wajahmu, apa yang terjadi? Kau berkelahi? Dengan siapa?" Gurat cemas menghias wajah Ramon.

"Dengan Niko. Karena itu Kayla tidak boleh bertunangan dengannya."

Isak tangis Kayla mulai terdengar.

Steven mendekati adiknya dan merangkul bahunya, berusaha menenangkannya. "Niko datang ke hotel," jelas Steven tanpa diminta. "Dia mantan kekasih Dina, Pa, Ma. Dia tidak rela Dina akan menikah denganku."

Bahu Kayla bergetar oleh tangis.

Steven dengan penuh kasih sayang mengusap punggung adiknya.

Ramon duduk di sofa, merasa lelah sekaligus sedih.

"Dia hanya ingin memperalat Kayla untuk mendapatkan Dina kembali. Itu juga yang membuat aku ingin buru-buru menikah," suara Steven mulai tenang.

"Mama tidak menyangka Niko laki-laki seperti itu. Dia terlihat sangat sopan," keluh Mia. Ia turut duduk di samping suaminya. Meremas jemari sang suami seolah meminta kekuatan atas kekisruhan dalam keluarganya.

"Aku tidak mau Kayla nanti terluka. Masih banyak pria yang jauh lebih baik di luar sana." Steven membawa kepala adiknya ke pelukannya. Seketika kemejanya sudah basah oleh air mata Kayla.

Ramon menghela napas berat. "Ya sudah, kalau begitu pertunangannya dibatalkan saja."

***

Evathink
IG : evathink

Menjadi Kekasih Bos [tamat-part lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang