53

39.3K 2K 71
                                    

Teman2,
Novel karya2 saya tersedia versi buku cetak dan ebook.

Buku cetak READY STOCK, bisa diorder pada saya, WA 08125517788

Untuk ebook, tersedia di aplikasi berikut (unduh aplikasinya di playstore):

> Karya Karsa
> Play Buku
> Lontara

* khusus di karya karsa harganya lebih murah

*semua cerita terbaru saya hanya tersedia di Lontara (cara belinya pergi ke profile dan topup saldo lontara, buat temen2 yang gak bisa top up, boleh hub aku di wa 08125517788, nanti aku bantukan topup)

Cerita dilanjutkan di Wattpad sampai TAMAT!

53

Dina memain-mainkan keyboard laptop dengan gelisah. Sedari tadi belum ada satu pun pekerjaan yang ia kerjakan dengan sempurna. Dina sama sekali tidak berniat membuat Steven marah. Ia hanya sedih melihat reaksi Niko ketika menerima undangan pernikahannya dan Steven. Lebih sedih lagi menyaksikan Niko dan Steven berkelahi karena dirinya.

Pintu kantor terbuka. Dina mengangkat wajah dan melihat Steven melangkah masuk dengan wajah yang tampak masih belum diobati. Tunangannya itu sama sekali tidak menoleh padanya saat melangkah menuju ruangannya.

Dina menelepon ke restoran, meminta telor rebus panas, kemudian menyusul Steven ke ruangan pria itu.

Steven tampak sedang duduk berselonjor di sofa dengan mata terpejam rapat.

"Steve," panggil Dina lembut. Ia duduk di sisi Steven sambil menyentuh tanda memar di sudut bibir dan tulang pipi pria itu.

Steven bergeming membuat Dina merasa bersalah.

Terdengar ketukan pelan di pintu, Dina mempersilakan si pengetuk pintu masuk. Seorang staf restoran masuk membawa nampan berisi telor rebus panas.

Dina mengucapkan terima kasih, kemudian pemuda itu berlalu.

"Steve," Dina menyentuh lembut dada tunangannya. Sekilas ia melihat bekas memar lewat kancing kemejanya yang terbuka. Entah ke mana jas Steven. Penampilannya hari ini sangat jauh berbeda dari biasanya yang selalu rapi.

Steven tetap tidak membuka matanya. Dina mengambil satu biji telor yang sudah tidak terlalu panas dan mulai mengusapkannya ke bekas memar di wajah Steven. Ini adalah cara tradisonal untuk mengurangi bengkak dan memar.

Steven meringis dan membuka mata. Dina tertegun. Steven menatapnya dengan binar kecewa.

Dina menghela napas panjang. "Steve... aku... aku minta maaf."

Steven bangkit dan duduk tegak dengan mata menatap Dina dalam-dalam.

"Kau masih memikirkan dia..."

"Maksudmu?" tanya Dina bingung. Memikirkan siapa?

"Kau masih mencintainya, kan?"

Dina tersentak. Maksud Steven... Niko??

"Maksudmu...?" Dina ingin meyakinkan kalau orang yang Steven maksud adalah Niko.

"Kau tahu pasti maksudku, Dina. Tidak usah berpura-pura tidak mengerti!"

Dina tersentak mendengar suara Steven yang meninggi. "Steve, kau salah paham."

"Salah paham bagaimana? Apa aku salah paham melihatmu menangisi Niko yang babak belur?"

"Steve..."

"Kau sama sekali tidak peduli padaku, malah sibuk bersimpati pada mantan kekasihmu."

"Steve..."

"Kalau kau memang masih menginginkan dia, kembalilah padanya."

Dina terperenyak. Ia menatap Steven dengan mata melebar.

Dina tahu tak seharusnya ia menunjukkan rasa simpatinya pada Niko. Namun tadi sepenuhnya impulsif dan Steven sama sekali tidak memakluminya.

"Aku tidak pernah menginginkan dia! Kalau masih ingin bersamanya, aku tidak mungkin setuju menikah denganmu. Aku hanya sedih melihat reaksinya menerima undangan pernikahan kita, juga melihat kalian berkelahi karena aku." Dina berdiri dan siap meninggalkan Steven dengan perasaan kecewa. Ternyata Steven sama sekali tidak memercayai cintanya.

Steven bergeming.

"Tapi jika kau ingin aku kembali padanya, maka aku akan melakukannya." Dengan perasaan kecewa dan gusar, Dina meninggalkan Steven. Baru saja ia berjalan beberapa langkah, Steven sudah menghadangnya. Amarah berkobar di mata gelap itu.

"Berani-beraninya kau ingin kembali pada mantanmu!! Kau milikku, Dina! Selamanya milikku!!" Steven meraih Dina ke dalam pelukannya. "Jangan pernah berpikir kau bisa pergi dariku, bahkan sedetik pun!!"

Dina berusaha melepaskan diri, tapi usahanya sia-sia. Pelukan Steven begitu erat. Bahkan kini pria itu mulai menciumnya. Kasar dan buas.

"Jangan pernah berpikir kau bisa kembali bersamanya, Dina. Kau milikku. Selamanya milikku. Ingat itu baik-baik!"

***

Evathink
IG : evathink

Menjadi Kekasih Bos [tamat-part lengkap]Where stories live. Discover now