Part 10

222K 6.6K 87
                                    

happy reading

PART 10

Cerahnya cuaca Senin pagi sama sekali tidak memengaruhi suasana hati Dina. Ia masuk ke ruangannya dengan bibir mengerucut, lalu meletak tasnya dengan kesal di atas meja. Tidak ia pedulikan Steven yang berjalan masuk menyusulnya.

Dina kesal bukan main, Steven membuat ibu Dina berpikir mereka sepasang kekasih. Bahkan pagi ini pria itu kembali datang menjemputnya, membuat seluruh sanggahan bahwa ia dan Steven bukan sepasang kekasih seperti pernyataan kosong.

"Jadi ke mana kau menghilang kemarin?"

Dina yang baru hendak duduk di balik meja, terhenti oleh cengkeraman tangan berjemari kukuh itu di lengannya.

Tubuh mereka berhadapan. Steven menunduk membuat Dina dapat merasakan embusan napas panas beraroma mint menyapa pipinya.

"Itu bukan urusan Bapak."

Dina melangkah mundur, tapi tangan Steven menyentak, menariknya hingga wajahnya membentur dada bidang dalam balutan jas rancangan desainer itu.

"Steve..." ini pertama kali Dina memanggil Steven tanpa menggunakan embel 'Bapak'. Dina mengangkat wajah, hendak mendorong dada Steven dengan sebelah tangannya yang bebas, tapi Steven menunduk. Dalam sepersekian detik, sentuhan lembut menyapu bibir Dina.

Dina terkejut. Tubuhnya menggelenyar. Jantungnya berdegup dengan kencang, tidak menyangka Steven akan menciumnya.

Bibir Steven mengulum lembut, membelai dan menggoda membuat kaki Dina seketika melembut seperti agar-agar.

"Steve..." Dina mengerang pelan.

Steven menyusurkan tangannya ke kepala Dina lalu memperdalam ciumannya.

Pikiran Dina berkabut. Yang ada hanya bagaimana manisnya ciuman Steven, yang dalam seketika membuat seluruh tubuhnya berteriak mendamba.

Lidah Steven menerobos mulut Dina. Membelai dengan panas. Seluruh darah Dina berdesir. Tubuhnya meleleh menginginkan Steven.

Lama kemudian, saat Dina pikir ia sudah akan mati kehabisan napas, Steven menarik diri.

Mereka saling tatap dalam deru napas yang menggila. Saat kesadarannya kembali, wajah Dina merona.

"Apa yang kau pikir kaulakukan??" bentak Dina marah sambil membuang muka. Segala sapaan dan sikap formal nan sopan, menguap tak berbekas. Ciuman itu sudah menyedot semuanya.

"Perlu kuperjelas?" Steven menyeringai. "Tadi itu kita berciuman, Sayang."

Wajah Dina terbakar. Mereka tidak berciuman. Steven yang menciumnya dan ia tidak membalas. Namun benarkah? Samar-samar Dina ingat ia merespons dengan panas. "Tidak, kita tidak—"

"Kita memang berciuman, Sayang," Steven kembali menarik Dina hingga kini tubuh mereka hanya berjarak satu senti. "Kau akan menjadi milikku, Dina," bisik Steven berat di telinga Dina, setelah itu melepasnya dan berlalu ke ruangannya.

Dina hanya terpana. Terpaku dengan pernyataan pria itu.

***

bersambung....

semoga suka...

jangan lupa vote dan komen ya kawan2. makasi^^

Love,

Evathink

 
(note : ebook versi tamat cerita ini tersedia di google play buku. mumer ya, kawan2. Untuk versi cetak(novel) ready stock, WA saya 08125517788 untuk order.

cerita ini tetap dilanjutkan di Wattpad sampai tamat. so, jangan lupa beri dukungan berupa love dan komen yah, man-teman. thanks.)

Menjadi Kekasih Bos [tamat-part lengkap]Where stories live. Discover now