Part 22 - 1

189K 5.5K 93
                                    

PART 22

Dina memejamkan mata saat mendengar kalimat Steven yang sinis menusuk. Air matanya terus mengalir. Tangannya terasa sakit dalam cengkeraman Steven yang kuat dan kukuh. "Aku bisa menjelaskannya."

"Apalagi yang ingin kaujelaskan? Kau ingin kembali pada mantan kekasihmu, Dina? Iya?" tanya Steven dengan suara menggelegar.

"Steve, please... lepaskan tanganku."

Steven mengendurkan cengkeramannya.

Dina mendorong tubuh Steven. Setelah berhasil melepaskan diri dari himpitan pria itu, ia duduk di bibir ranjang dan menarik napas panjang dan dalam, lalu menghelanya pelan, berusaha melegakan dada yang sesak oleh air mata.

Steven turut duduk di samping Dina.

Dina berdiri dan berjalan cepat menuju kamar mandi yang ada di kamar itu. Ia ingin mencuci mukanya yang terasa lengket oleh air mata.

Tiba di kamar mandi, Dina membuka keran wastafel dan mulai mencuci muka.

Pintu kamar mandi terbuka dan Steven melangkah masuk.

Tubuh Dina mengejang, bertanya-tanya apa yang Steven lakukan dengan menyusulnya ke kamar mandi.

Dina mengangkat wajah dan memandang Steven di cermin wastafel. Rupanya Steven juga melakukan hal yang sama hingga pandangan mereka bertemu, dan sesaat terkunci dalam kebisuan.

Kemudian Steven menutup jarak di antara mereka. Sepasang lengan kukuh melingkar di pinggang Dina.

Dina memejamkan mata, meresapi otot-otot kekar Steven yang menempel pada tubuhnya.

"Kau milikku, Dina," bisik Steven sambil mengecup telinga Dina.

Tangan kekar berjemari langsing itu bergerak ke leher gaun Dina, lalu dengan sedikit kasar menariknya hingga terdengar suara sobekan pelan.

"Steve, jangan. Gaunku bisa rusak," cegah Dina sambil menahan Steven menyobek gaun itu lebih jauh.

"Akan kubelikan gaun baru untukmu."

Lalu dalam satu tarikan, gaun Dina sobek sepenuhnya. Dengan tak sabar Steven melepaskan gaun itu tanpa memedulikan protes Dina.

"Aku tidak suka ada parfum lelaki lain di tubuh kekasihku," bisik Steven sambil membelai telinga Dina dengan bibirnya.

Darah Dina berdesir. Seluruh tubuhnya menggelenyar oleh sentuhan intim bibir pria itu, juga pernyataan posesifnya.

Steven menyentuh lembut payudara Dina dalam balutan bra berenda. Lalu sentuhan itu turun menyusuri lekuk langsing perut gadis itu.

Dina menggeliat pelan. "Steve... please... hentikan."

Setelah puas menjelajahi tubuh indah Dina, Steven membimbingnya ke arah pancuran dan memutar keran hingga air hangat menyiram tubuh mereka.

Dengan posisi berhadapan, Steven memeluk Dina dan mencium bibir ranum itu.

Dina terbuai oleh rayuan bibir Steven yang memabukkan.

Setelah lama berciuman, Steven menarik diri. Di bawah pancuran yang terus mengucurkan air, keduanya saling bertatapan dengan mata diselubungi hasrat. Napas keduanya terengah.

Lalu dengan kasar Steven melepas kemejanya. Memamerkan dada bidang berototnya yang ditumbuhi bulu-bulu gelap maskulin.

Mata Dina mengekori air yang membasahi bulu-bulu itu yang membentuk garis indah ke bawah, lalu menghilang di balik pinggang celananya.

Bayangan Niko hilang begitu saja. Setiap bersama Steven, Dina selalu terhipnotis oleh keintiman dan keposesifan pria itu.

Steven menarik Dina ke dalam pelukannya lalu dengan buas melumat bibir selembut kelopak mawar tersebut sementara tangannya dengan cepat bergerak ke punggung gadis itu, melepas kait bra.

Sesaat Steven melepas ciuman mereka dan memandang tubuh Dina yang kini hanya terbalut celana dalam.

Dina dapat melihat sorot kagum dan terpesona di mata Steven saat melihat keindahan lekuk tubuhnya. Sejujurnya Dina merasa malu, ini kali pertama tubuh polosnya dilihat oleh orang lain.

Dengan gugup Dina menangkup kedua payudaranya, melindungi bagian intimnya dari santapan mata Steven yang lapar.

Tapi Steven dengan cepat menahan tangan Dina, lalu dalam sekejap kepala pria itu sudah terbenam di payudaranya.

Kaki Dina gemetar, melembut seperti agar-agar. Ia mencengkeram bahu Steven agar tetap berdiri kukuh.

Lidah Steven yang hangat dan kasar menyapu puncak payudaranya yang sudah menegang.

Dina melenguh pelan. "Steve... hentikan."

"Kau sangat indah, Sayang..." Steven terus menggoda payudara Dina. Mengecup lembut, membelai dengan lidah, juga mengisap.

Dina memejamkan mata merasakan sensasi dahsyat itu. Sesuatu dalam dirinya terasa panas dan meleleh. Dina sadar tubuhnya mendambakan Steven.

"Kau milikku, Dina."

Menjadi Kekasih Bos [tamat-part lengkap]Where stories live. Discover now