Nineteen : Reveal

Start from the beginning
                                    

"Menurut kamu? Terus aku ini disini apa? Pertanyaan gak penting." Balas Ceisya sok cuek.

Arga diam-diam mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Jadi kamu di pihak siapa?" Tanya Arga lagi membuat Ceisya memutar bola mata malas.

"Kenapa kalian nanya pertanyaan yang sama sih? Jelas ada di pihak sekolah kita lah. Masa aku dukung lawan sekolah kita sih." Jawab Ceisya menggeleng-gelengkan kepalanya kecil.

"Jangan sok polos," ucap Arga tajam. Membuat Ceisya tersentak kemudian mengerutkan kedua alisnya.

Ceisya mengerjap. Gadis itu menatap Arga mencoba meneliti ekspresi wajah cowok itu lebih dekat. Ceisya membasahi bibirnya.

"Ga... are you okay?" Tanya Ceisya begitu melihat Arga yang memalingkah wajah dengan ekspresi mengeruh.

Arga mendecih. "Lo gak usah pura-pura." Kata Arga membuat Ceisya tersentak. Ini pertama kalinya lagi seorang Arga berkata menggunakan 'Lo' pada Ceisya setelah keduanya cukup dekat.

"Ga... kamu kenapa sih?" Tanya Ceisya semakin khawatir.

Arga mengeraskan rahangnya. "Apa lo bener selicik itu Nan?" Tanya Arga.

Ceisya mengernyit. "Ga lo kenapa sih?"

"Gak usah pura-pura! Ternyata dibalik sikap polos lo itu emang ini kan yang lo mau?!" Teriak Arga tiba-tiba meledak begitu saja.

Ceisya melirik kanan-kiri. Melihat seluruh perhatian kini beberapa mulai teralih pada mereka.

"Ga lo kenapa sih? Bisa kan ngomong baik-baik tanpa pake teriak?"

"Kenapa? Biar orang taunya Dinanti cuma gadis baik dan manis yang disukai banyak orang." Ujar Arga tajam.

Ceisya mengernyit. Egonya mulai tersentil kini.

"Gue nanya baik-baik yah Ga. Elo kenapa sih mendadak marah begini?"

"Ternyata emang lo sama aja Nan. Sama kaya mereka. Cewek murahan kan?"

"Ga!" Ceisya berteriak menegur. Merasa kalimat Arga mulai keterlaluan.

Ceisya menarik nafas panjang. Gadis itu mencoba menguasai diri. "Lo kenapa sih? Jelasin ke gue biar gue paham,"

Arga menggertakan giginya. "Kenapa lo waktu itu jadi tiba-tiba baik ke gue?" Tanya Arga membuat Ceisya makin mengernyit bingung. "Lo manfaatin gue cuma buat terkenal kan? Dinanti yang mereka bilang polos itu sebenarnya gak sepolos kelihatannya. Lo manfaatin gue supaya mereka tertarik sama lo kan? Dan lo berhasil, 3 cowok sekaligus nembak Dinanti di waktu bersamaan. Lo berhasil gunain gue buat kepentingan lo."

"Lo gila yah?!" Potong Ceisya menatap Arga tak percaya.

Ceisya mengepalkan tangannya kuat-kuat. "Lo habis mabok atau kena apa sih Ga? Bisa-bisanya lo mikir gue se-gak bermoral itu?" Tanya Ceisya sakit hati.

Ceisya menarik nafasnya panjang. Gadis itu mencoba untuk menguasai diri. "Kenapa gue berteman sama lo? Jawabannya persis sama dengan pertanyaan kenapa lo berteman sama gue. Dan lo masih tanya kenapa?" Ceisya  mncoba menahan suaranya agar tak bergetar.

"Kalau dari awal gue pengen jadi seterkenal seperti yang lo bilang. Harusnya dari awal gue ngegoda lo, bukan manggil lo dengan sebutan brengsek. Lo sadar gak?"

"Bukannya itu juga termasuk permainan lo? Buat gue jadi tertarik sama lo?

"Demi tuhan Ga... lo kenapa bisa mikir gitu sih?"

"Terus apa? Kenapa lo mau berteman sama gue?"

"Apa perlu alasan gue mau berteman sama lo? Apa perlu alasan juga gue berteman sama Andy, Evelyn sama Mark? Enggak kan? Gaada alasan yang namanya mau berteman Ga. Lo kenapa sih?"

"You're Liar. Lo kesini karena lo mau nerima pernyataan dari ketiga cowok penganggum lo kan? Lo bilang lo gak tertarik sama mereka. Tapi apa? Lo disini. Lo emang wanita yang cari perhatian sama seperti gadis murahan lainnya."

"Jangan sebut gadis murahan kalau mulut lo sendiri brengsek kaya sampah." Tukas Ceisya tajam dengan kilatan mata amarah yang sudah hampir pada batasnya.

Arga mengangguk. Pemuda itu menyisir rambutnya kebelakang dengan frustasi. "Gue punya banyak harapan sama lo dulu. Bahkan dengan mudahnya gue berharap Dinanti adalah gadis yang beda. Dan lebih bodohnya gue, gue justru menaruh hati sama wanita yang ternyata cuma manfaatin gue." Kata Arga menatap Ceisya lurus. "Pergi lo dari sini. Gue gak mau lihat wajah lo." Kata Arga menutup akhir perdebatan mereka sore itu. Juga percakapan hari-hari lainnya hingga Ceisya memutuskan pindah bersekolah dari sana.

Itu kenangan buruk. Tapi itu juga awal baru dari cerita baru yang mereka mulai tanpa ada prasangka.


Bagi Ceisya... perkataan Arga itu masih menjadi pedang yang tertancap dalam menusuk hati Ceisya. Dan bagi Ceisya pula, setelah ia memutuskan pergi. Belum ada yang bisa mengangkat pedang itu selain pemiliknya.






**





a/n:



Ha asik keluar juga kamu part revealllll

Sudah paham dong buibu...












Karena Piknik Kilat  ✔ (SELESAI)Where stories live. Discover now