"Karena memang perlu," balas Bu Cia garang. "Sekarang cepat kalian pergi ke kebun!"

Rajawali beranjak lebih dulu.

"Gue berani taruhan," ujar Garet menghentikan langkah Rajawali. "Kalau Salwa nerima lo, gue bakal keluar dari sini. Tapi, kalau Salwa nolak lo, gue jadi anggota Regaz."

Rajawali tersenyum miring. "Banci banget lo manfaatin situasi ini biar bisa masuk Regaz."

"Terserah lo mau bilang apa," ujar Garet melirik Rajawali.

"Oke gue terima," balas Rajawali singkat.

"Asal lo tau, kalau di depan gak ada Salwa, itu udah tanda dia nolak lo," ujar Garet ketika Rajawali sudah di depan pintu.

Dan, benar! Salwa tidak ada di depan ruang BK. Yang menunggu Rajawali hanya teman-temannya.

"See? Salwa is not here." Garet tersenyum penuh kemenangan.

Marah, sedih, dan bingung menjadi satu. Pikiran Rajawali kacau. Cowok itu sama sekali tidak menyangka Salwa akan menolaknya. Apa mungkin dia yang terlalu pede Salwa mencintanya? Perkataan Garet ternyata ada benarnya. Cewek pintar kayak Salwa mana mungkin mau sama Rajawali yang bego dan bisanya malu-maluin.

"Gue ke kebun dulu, biar hukumannya cepet selesai," pamit Rajawali pada teman-temannya.

"Gue bantuin enggak, Ken?" tanya Tino yang diabaikan Rajawali.

Ucup merangkul Tino. "Si Keken beli darah. Rajawali Ken lagi marah."

"Udah, ayo kita ke kelas aja," ajak Arkan pada anak-anak inti Regaz.

Dua jam berlalu, Rajawali dan Garet sudah menyelesaikan hukuman. Ketika mereka kembali ke kelas masing-masing, kebetulan sekali bel pulang berbunyi.

"Capek banget ya, Ja?" tanya Anwar menyambut kedatangan Rajawali.

"Enggak," balasnya singkat. "Gue langsung ke BR duluan."

Baru keluar kelas, ternyata ada yang sedang menunggu Rajawali. Cowok itu mematung, lalu menghebuskan napasnya secara perlahan. Rasanya sekarang ingin menghilang saja dari bumi. Bukankah bersih-bersih dua kali, dan dimarahi Bu Cia sudah cukup? Kenapa Rajawali harus menghadapi ayahnya juga?

"Ikut Ayah sekarang!"

Dari suaranya, sudah cukup jelas ayahnya sedang menahan emosi. Meski Rajawali tahu nanti akan seperti apa, dia hanya bisa pasrah mengikuti perintah sang Ayah.

Ayah Rajawali membawa anaknya ke samping gudang sekolah. Tempat yang sepi.

"Kenapa buat masalah lagi?" tanya sang Ayah memulai pembicaraan.

Rajawali diam. Karena dirinya sendiri bingung harus menjawab apa.

"Kalau ditanya diem, tapi berantem jago banget. Ayah siang malem kerja cari uang buat kamu, tapi kamu cuma bisa malu-maluin terus," ujar Ayah Rajawali mulai meninggikan suara. "Rajawali! Kamu disekolahin bukan buat jadi berandal. Kalau kayak gini mending enggak usah sekolah!"

Rajawali langsung menatap ayahnya. "Yah, enggak bisa gitu dong."

"Besok kamu keluar!"

"Yah ...."

"Uangnya mubazir kalau buat sekolahin kamu!"

"Jadi kalau dikasih para jalang enggak mubazir?"

Plak

Satu tamparan itu mampu membuat Rajawali diam dan membuat percakapan ayah dan anak ini selesai.

°°°°

RAJAWALIWhere stories live. Discover now