Utara & Selatan [#DS1 Selatan...

Av Phinku

5.3M 653K 100K

[#1-teenfiction 30.11.2020] Tetangga seberang rumah? Musuh dari kecil? Tapi tinggal serumah? Pfffttt!!! 1. D... Mer

Prolog
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15 DELAPAN PERATURAN!
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
BAB 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 49
BAB 50
BAB 51
BAB 52
BAB 53
BAB 54
BAB 55
BAB 56
BAB 57
BAB 58
BAB 59
BAB 60
BAB 61
BAB 62
BAB 63
BAB 64
BAB 65
BAB 66
Epilog
Ucapan
Pipip Pipip Buat Tanta!
Wuf you! | More than
ADA APA INI!!!
Utara & Selatan 2 ???

BAB 48

56.8K 8.2K 1K
Av Phinku

^Selamat Membaca, Tanta Readers!^

.

.

...

Sudah hampir seminggu Bunda menemani Utara di rumahnya. Cewek itu benar-benar murung setelah kepergian Mama. Utara mengurung diri di kamar Mama sambil memeluk boneka dolphin-nya. Kata yang keluar dari mulutnya bisa dihitung jari, tatapannya kosong, dan wajahnya pucat.

Utara juga tidak mengindahkan ucapan belasungkawa yang terus masuk ke ponselnya. Meski Ribi, Fahri, dan Erina sempat datang dan membuat Utara sedikit terhibur. Tapi sekarang, gadis itu kembali berdiam diri di kamar mama. Ia sangat terpukul dengan kepergian Mama.

Karena nyatanya, kehilangan itu memang selalu menggoreskan dan menciptakan luka.

Selatan mengintip dari celah pintu kamar Mama. Ia menghela napas melihat Utara masih saja murung. Selatan merapatkan pintu kamar itu dan melanjutkan langkahnya menuju kamar Utara. Ia mengemas barang Utara untuk kembali pindah ke rumahnya entah sampai kapan atau mungkin juga selamanya.

Tanpa meminta bantuan Utara atau mengomel seperti biasanya, Selatan mengangkat barang-barang cewek itu ke rumahnya sendiri. Ia baru selesai mengangkat box buku, pakaian, dan barang lain milk Utara ke kamarnya, lalu menatanya sederhana. Selatan juga memindahkan semua barang miliknya sendiri ke kamar atas dan mengucapkan Selamat tinggal untuk kamar yang menemaninya selama tujuh belas tahun itu.

"Bunda, Uta-nya udah mau ke rumah?" tanya Selatan melihat Bunda yang baru masuk rumah.

Bunda menggeleng. "Belum. Bunda sudah bujuk, tapi dia nggak mau."

Selatan menghela napas. "Biar Ata yang coba bujuk," ujarnya lalu berlalri kecil ke rumah seberang.

Selatan langsung menuju ke kamar Mama. Diketuknya pintu itu, tapi Utara hanya menoleh. Cewek itu kembali pada posisi semulanya yang berbaring miring menatap jendela. Selatan masuk ke dalam dan duduk di tepian kasur. "Cieee... Peluk boneka dolphin yang gue kasih dulu." Hening.

"Uta, seharusnya lo berterima kasih ke gue karena barang-barang lo udah gue pindahin tanpa minta bantuan lo," ujar Selatan yang membuat Utara menoleh padanya dengan mata berkaca-kaca. Selatan langsung gelagapan melihatnya. "Gu-gue salah ngomong, ya?"

Selatan terjebak hening bersama Utara. Ia takut salah bicara. Perasaan Utara masih sangat sensitif untuk sekarang maka ia memilih diam. Selatan hanya duduk di tepian kasur sambil menatap punggung Utara yang sesekali terlihat bergetar karena menangis. Ia bingung harus berbuat apa.

"Ata pulang aja. Uta masih mau di sini," ujar Utara yang akhirnya buka suara.

Selatan menghela napas. "Uta nggak boleh gitu. Sedih lama-lama itu nggak baik. Mama juga pasti sedih kalau liat Uta kayak gini."

Utara duduk. Ia menatap Selatan dengan mata berkaca-kaca. "Siapa Ata yang larang-larang Uta buat bersedih?" suaranya bergetar.

Rasanya Selatan seperti disengat listrik bertegangan tinggi. Dua mata Utara yang berkaca-kaca dan hidungnya yang memerah itu jelas mengisyaratkan kalau ia sedang tidak baik-baik saja. Utara benar-benar hancur. "Bukan begitu Uta. Maksud Ata, Uta nggak boleh terus berlarut. Waktu terus berjalan. Perlahan Uta pasti bisa melewati ini semua."

"Tapi... Tapi sekarang Uta nggak bisa Ata. Mama... Mama pergi dan Uta sendiri. Uta nggak punya siapa-siapa." Utara menutup wajahnya sambil terisak.

Selatan paling tidak bisa jika sudah disuguhi hal yseperti ini. Ia perlahan mendekat dan mendekap Utara hangat. Tangannya bergerak mengelus puncak kepala Utara. Selatan menggeleng, Utara tidak sendiri. "Selama ini Ata apa? Hantu?"

"Kita, kan, musuh," jawab Utara pelan.

Selatan terkekeh kecil. "Semusuh-musuhnya kita, gue juga punya perasaan kali. Gue punya hati dan jiwa cowok gue sedang bermain sekarang." Utara tidak menjawab. Ia malah menangis.

"Nangis aja dulu. dua menit. Nggak boleh lebih," ucap Selatan yang masih mengelus puncak kepala Utara.

"Ata pulang aja. Uta masih mau di sini sendiri."

"Nggak mau." Utara mendorong Selatan untuk menjauh. Ia kembali memunggungi Selatan dan memeluk boneka dolphin-nya. "Ata pergi."

Selatan menghela napas. Ia bukannya pergi malah duduk di atas karpet. "Ata tunggu sampai Uta mau ke rumah Bunda."

Selatan membuktikan perkataannya. Ia terus menunggu sampai Utara mau ikut dengannya ke rumah seberang. Sampai hari sudah mulai sore, Utara yang tertidur, terbangun dengan keadaan perut yang lapar, tapi di satu sisi ia sangat tidak bernafsu untuk makan. Melalui jendela kamar terlihat hujan di luar. Gemuruh angin dan tetesan air hujan samar-samar terdengar.

Mendengar dengkuran kecil, Utara lantas mendongakan kepalanya. Ia mendapati Selatan yang tengah tertidur di atas karpet.

"Seharusnya Ata pulang aja, nggak usah nungguin Uta." Utara kembali berbaring dan memeluk boneka dolphin sambil menatap foto keluarganya yang lengkap.

Di luar, suarah gemuruh dan petir makin terdengar kencang. Selatan dibuat terbangun tiba-tiba karena suara petir yang menggelegar. Ia kemudian duduk dan melihat Utara yang ternyata masih pada posisinya.

"Uta, ayo, dong. Nanti bunda cemas mikirin Uta. Mama juga nggak akan tenang kalau Uta terusan gini." Utara diam.

"Gimana mau bangkit kalau Uta sendiri aja masih memilih berlarut?" tanya Selatan maih menatap punggung Utara.

"Ata, malam ini aja. Uta mohon. Uta mau tidur di rumah ini lagi. Malam ini aja. Setelah itu, Uta bakal ke rumah bunda. Uta mohon..."

Selatan menghela napas, lalu mengangguk pelan. "Janji, ya?" Selatan beralih pindah ke hadapan Utara dan menunjukan jari kelingkingnya, tapi Utara tidak mebalasnya.

"Uta trauma berjanji. Takut nggak ditepatin kayak Mama."

***

Selatan yang tengah berkumpul bersama teman-temannya yang sibuk bergosip, pikirannya terbagi. Ia melihat meja kantin di pojok yang hanya diisi tiga teman Utara tanpa kehadiran cewek ceroboh itu.

"Kok lo banyak diam, sih, Tan?" tanya Gugun mengamati Selatan yang hanya mengaduk-aduk jus mangganya. Pandangan Selatan yang menerawang ke depan diikuti olehnya.

"Lo mikirin Utara pasti! hayoooo! Ngaku nggak lo!" tuding Lintang nyaring yang ikut mengikuti arah pandangan Selatan.

"Anaknya masih nggak sekolah?" tanya Bisma yang dibalas Selatan dengan mengangguk. "Kasian Utara. By the way, dia bakal tinggal di rumah lo lagi, dong?" lanjutnya.

"Di mana lagi? Panti jompo?" tanya Selatan.

"Yeee... si dugong! Jompo mah beda lagi," Gugun menoyor kepala Selatan. "Tenang, Tan. Sebagai Dayang boys yang selalu siap siaga dua puluh empat jam, kita bakal bantu lo buat si Utara haha hihi dan ngamuk lagi," ujar Lintang seraya menepuk punggung Selatan kelewat keras.

"Sakit, bangke!" Selatan mendengkus. "Ini beda lagi, Tang. Dia bener-bener sedih. Bayangin aja dia nggak punya kerabat dekat di Indonesia. Mama sama Papa dia pergi ninggalin dia sendiri di dunia."

"Iya. Gue tau rasanya kehilangan. Kehilangan Papa aja masih berdampak sama gue sampai sekarang," sahut Bisma.

"Itu tandanya dia kuat, Brooo. Tuhan nggak nguji diluar batas mampu hamba-Nya. Anjay! Udah cocok belum gue jadi Pak ustad?" ujar Gugun.

"Belajar Iqro yang lancar dulu, Gun," celetuk Lintang.

"Gini-Gini gue bisa ngaji, ya," bela Gugun untuk dirinya sendiri.

"Selatan."

Selatan yang namanya dipanggil lantas menoleh. Ia melihat Alana berdiri di belakangnya. "Kenapa, Na?"

"Gue mau kasih ini." Alana menyodorkan sebuah tumpukan yang sudah dijilid rapi. "Latihan soal dari tahun lalu, gue udah punya, dan ini buat lo."

Selatan menerima kertas itu. "Makasih, ya."

"Oke. By the way, ada materi yang nggak gue tau, nanti malam gue chat, ya?" ujar Alana yang dibalas anggukkan oleh Selatan, setelah itu cewek itu pergi.

"Kayaknya dia suka sama lo," bisik Gugun pelan.

"Iyalah, gue ganteng," sahut Selatan bangga.

"Tapi serius, Tan, gue takutnya dia malah berharap sama lo."

Selatan menghela napas dan meletakkan kertas berisi kumpulan soal itu di atas meja. Menjadi enak dipandang, tidak melulu tentang kebanggaan, terkadang menjadi musibah buat diri sendiri. Selatan masih trauma dengan kata 'Berharap'. 

.

.

To be continue

Bab selanjutnya silahkan gulir ke bawah

Vote-nya jangan lupa! hehe

Fortsett å les

You'll Also Like

3M 255K 62
⚠️ BL Karena saking nakal, urakan, bandel, susah diatur, bangornya Sepa Abimanyu, ngebuat emaknya udah gak tahan lagi. Akhirnya dia di masukin ke sek...
little ace Av 🐮🐺

Ungdomsfiksjon

432K 33.8K 23
ace, bocah imut yang kehadirannya disembunyikan oleh kedua orangtuanya hingga keluarga besarnya pun tidak mengetahui bahwa mereka memiliki cucu, adik...
765K 36.5K 41
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...
2M 118K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...