Utara & Selatan [#DS1 Selatan...

By Phinku

5.3M 653K 100K

[#1-teenfiction 30.11.2020] Tetangga seberang rumah? Musuh dari kecil? Tapi tinggal serumah? Pfffttt!!! 1. D... More

Prolog
BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 11
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15 DELAPAN PERATURAN!
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24
BAB 25
BAB 26
BAB 27
BAB 28
BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 39
BAB 40
BAB 41
BAB 42
BAB 43
BAB 44
BAB 45
BAB 46
BAB 47
BAB 48
BAB 49
BAB 50
BAB 51
BAB 52
BAB 53
BAB 54
BAB 55
BAB 56
BAB 57
BAB 58
BAB 59
BAB 60
BAB 61
BAB 62
BAB 63
BAB 64
BAB 65
BAB 66
Epilog
Ucapan
Pipip Pipip Buat Tanta!
Wuf you! | More than
ADA APA INI!!!
Utara & Selatan 2 ???

BAB 38

57.3K 8.2K 470
By Phinku

^Selamat membaca, Tanta Readers!^

.

.


"

Udah siap." Utara menepuk tangannya. Senyumnya mengembang saat mengamati sebuah lilin yang menyala di atas kue bolu pandan dengan baluran

cokelat hasil kerja tangan mama dan dirinya.

Utara terus mengukir senyumnya memandangi foto papa saat ulang tahun keenam dirinya dan Selatan itu. Perlahan pelupuk matanya terasa panas. Untaian momen dirinya bersama papa membuat pertahanan Utara runtuh. Satu bulir air matanya meluruh, ia menggigit bibir bawahnya.

"Cieee ... yang besok ulang tahun." Utara membuang muka dari figura sambil mengusap air matanya yang kembali turun. "Happy Birthday, Pa."

Utara menarik napasnya berat. "Nggak kerasa. Dari kelas tiga SD sampai sekarang. Udah delapan tahun nggak ada papa." Ia menunduk, tak kuasa menatap foto papa. "Sekarang Uta cuma punya mama. Mama yang hebat, yang bisa jadi papa buat Uta."

"Pa, Uta kangen..." Utara kembali mengangkat wajahnya. "Kangen papa. Kangen dongeng papa, kangen waktu papa gendong Uta kayak naik pesawat, kangen ke Dufan lagi waktu libur, kangen main ke taman Safari pas mau ujian."

"Uta kangen semuanya."

Mama yang duduk di samping Utara lantas pergi karena tidak sanggup. Ia memilih ke dapur. Tangannya menumpu pada pilar. Mama mendongak menahan genangan air mata yang berontak untuk turun. "Maafin mama ... Uta." Ia menutup mulutnya. Tangisnya meluruh dengan dada yang terasa sesak.

"Maafin Mama." Lora menggeleng lirih sambil menahan isaknya. "Mama minta maaf. "

Utara menyusul ke dapur. Ia melihat sang mama yang menahan isakannya. Ia mendekat dan menepuk pelan punggung mama. "Ma ...."

Dengan cepat Lora mengusap air matanya. Tak menyadari putrinya itu menyusulinya. Ia menampilkan seulas senyum untuk Utara.

"Mama kenapa di sini?"

Mama menggeleng. "Nggak, kok, Sayang." Ia mengusap kedua pipi Utara.

"Ayo, Ma. Kita tiup lilin sama-sama." Utara menarik tangan mama untuk kembali ke sofa keluarga.

"Happy birthday, Papa." Utara dan mama meniup lilin itu bersamaan. Keduanya saling melempar senyum begitu kepulan asap lilin itu mulai mengudara.

Utara mengambil piasu kue, lalu memotong bolu itu. "Suapan pertama untuk istrinya Papa," ucap Utara dengan tawa kecilnya.

Mama ikut terkekeh, lalu menerima suapan pertama dari Utara. Selanjutnya Mama yang memberikan suapan untuk Utara. Keduanya saling pandang kemudian tertawa bersama walaupun tidak ada lelucon yang dilemparkan satu sama lain. Tawa itu perlahan berubah sumbang saat air mata Mama turun.

Lora sudah menahan air matanya dengan gelak tawa, tapi nyatanya itu tidak mudah. Ia membiarkan satu air mata itu turun. "Maafin mama."

"Mama kenapa minta maaf? Mama nggak ada salah, kok." Utara mendekatkan duduknya.

"Maafin mama, Uta. "

Utara menggeleng. "Ma ...."

"Mama belum bisa kasih yang terbaik buat Uta. Mama minta maaf."

"Mama nggak boleh ngomong gitu. Selagi ada mama di dunia ini, itu aja udah cukup buat Uta, karena cuma mama satu-satunya orangtua yang Uta punya di dunia ini."

Lora menggeleng lirih. Air matanya tetap mengalir. "Mama selalu minta Uta buat disiplin, bangun pagi, suka marah kalau Uta ceroboh. Mama yang pergi tiga bulan ninggalin Uta. Mama minta maaf ...."

"Mama, kok, ngomong gitu? Mama nggak salah. Semua ibu juga gitu ke anaknya. Uta nggak terlalu ambil hati, kok. Kalau mama marah, Uta tau itu karena mama sayang Uta. Dan sekarang, kan, Mama ada di sini. Uta senang."

"Tapi mama nggak mungkin selalu selamanya bisa bersama Uta," ucap Lora lirih yang membuat hati Utara merasa risih atas kalimatnya barusan.

"Nggak. Mama kenapa jadi ngomong gitu? Besok, kan, ulang tahun papa. Seharusnya kita happy-happy."

"Nggak baik menghindari sesuatu yang harusnya dibahas, Uta," ujar Mama. "Maksud mama?"

Mama tersenyum dengan mata yang menatap sendu. "Uta jadi perempuan yang pemberani, ya. Yang kuat, yang hebat, yang tangguh. Mama sayang Uta," ucapnya lalu menarik Utara ke dalam pelukannya.

"Uta juga sayang mama. Mama jangan pergi lagi."

Mama mengusap punggung Utara. "Iya, Sayang."

Utara melepas pelukannya. "Janji?"

Dua sudut bibir Mama tertarik ke atas, lalu menautkan kelingking mereka.

"Janji."

Maafin mama ... Utara.

***

Utara masuk ke kamarnya. Tujuan pertamanya langsung pada laci belajar. Ia mengeluarkan sebuah album foto besar dari dalamnya. Utara duduk bersila di atas kasur sambil mengamati satu-persatu momen yang diabadikan.

Pada lembar foto pertama, Utara langsung terkekeh memperhatikan foto dirinya bersama Selatan saat bayi. Mereka sama-sama berada di atas sebuah kasur dengan balutan bedong yang berbeda warna. Mulutnya menganga karena menangis, sedangkan Selatan di sebelahnya tertidur.

Utara membuka lembar selanjutnya hingga sampai pada momen gigi susu miliknya dan Selatan tumbuh besar. Selatan yang berumur lima tahun di situ menjunjung tinggi tangannya sambil mengepal dan topi Spiderman-nya. Lembar sebelahnya terlihat foto Selatan sedang menarik topi polkadot milik Utara, foto Utara mencoleknya krim kue di pipi Selatan, foto tengah membuka kado bersama.

Sampai Utara kembali membalik halaman, terdapat foto liburan di taman Safari mereka. Utara langsung tertawa terpingkal-pingkal melihat fotonya yang menangis dan Selatan tengah memegang perutnya terlihat tertawa.

Di situ awal mula cerita boneka dolphin, boneka pertama pemberian Selatan yang selalu Utara bawa saat ingin tidur.

"Papa, kita berangkatnya berdua aja?" tanya Utara yang sudah siap memakai topi boater berpita birunya. Dimas sudah bilang untuk tidak pakai topi itu, tapi tetap saja Utara yang baru kelas satu SD itu keras kepala. Bahkan setiap bermain sepeda bersama Selatan pun, ia tetap mengenakannya.

"Super hero datang!!!"

Papa yang sedang berjongkok memasangkan sepatu di kaki Utara langsung menoleh ke arah pagar depan. Selatan yang berada di seberang menjunjung tangannya tinggi-tinggi, lalu menengok kanan-kiri, saat aman, ia menyeberang ke tempat Utara.

"Papa, Ata ikut?" tanya Utara dan dijawab papa dengan anggukan.

"Kita bakal jalan-jalan bertiga," kata papa.

"Aku ikut, wleeee." Selatan kecil dengan topi Spiderman-nya memeletkan lidah.

"Iiiihh, Ata ini nggak usah dibawa aja tau, Pa! Dia itu, kan, nakal." Utara membuang muka seraya bersedekap.

Papa terkekeh. "Biar liburan ke taman Safari-nya asyik, kita ajak Ata. Nanti kalian bisa foto sama-sama."

"Ata juga bawa uang," kata Selatan sambil merogoh saku celananya. Ia mengeluarkan selembar uang berwarna biru muda. "Ata nemu di atas meja makan. Nggak tau punya siapa," ucapnya polos.

"Kamu maling, ya?" tuding Utara.

"Aku nggak maling." Selatan menggeleng. "Uang ini, kan, ada di rumah aku, berarti punya Bunda atau punya ayah." "Iiihh sama aja tau! Kamu nggak izin!" "Beda!" sahut Selatan kekuh.

"Sama!"

"Aku bilang beda! Maling itu jahat, kalau aku baik kata bunda."

Lagi-lagi papa terkekeh. Ia mengeluarkan selembar uang berwarna biru dari dompetnya. "Ini buat Ata. Yang itu di simpan, ya. Nanti tanya bunda dulu itu uang siapa, kalau boleh, baru Ata jajanin. Oke?" kata Papa sambil membungkukan badannya.

Utara memeletkan lidahnya."Wleee, bener, kan, aku bilang." Selatan balas memeletkan lidahnya sambil melotot.

"Kita berangkat?" tanya papa menyela perkelahian kecil mereka.

"Let's go!"

Hari libur ini papa merealisasikan kalimatnya yang ingin membawa Utara jalan-jalan ke taman Safari sebelum menghadapi ujian kenaikan kelas dua. Kata papa, refreshing sebelum otak putri kecilnya berasap. Awalnya ia bilang kalau mereka akan pergi berdua, tapi nyatanya Selatan juga ikut bersama mereka. Jadi, bukan berdua, tapi bertiga. Utara sempat kesal, seharusnya hanya Utara dan papa yang pergi, tapi si Selatan jelek itu malah ikutan.

Sepanjangan jalan, Utara dan Selatan terus berdebat membuat papa terusterusan terkekeh mendengarnya.

"Aku punya mainan sepuluh," kata Utara.

"Aku punya mainan dua puluh," sahut Selatan.

"Aku punya sekardus."

"Aku punya mainan serumah," sahut Selatan tidak mau kalah.

Terus begitu sampai akhirnya mereka sudah dekat dengan pintu masuk taman.

"Anak-anak, kita beli wortel, ya. Nanti kalau ada zebra, kita kasih makan lewat jendela," kata Papa di kursi kemudi menginterupsi Utara dan Selatan.

"Yeay!!!" seru keduanya bersemangat.

Papa menghentikan mobilnya untuk membeli beberapa ikat wortel dan memberikannya pada Utara.

"Buat aku semua, wleeee." Utara mengangkat tiga ikat wortel itu tinggi-tinggi, memamerkannya pada Selatan.

"Punya Ata mana, Pa?" tanya Selatan.

Papa menoleh sekilas. "Bareng-bareng sama Uta, ya."

Selatan yang mendengar ujaran papa langsung merebut semua ikatan wortel itu dari Utara.

"Iiih, punya aku!" Utara melotot.

"Kata papa samaan."

"Iya, tapi itu punya aku!"

"Samaan." Selatan kecil membuka tiga ikatan wortel itu lalu membaginya sama rata. "Ini buat kamu yang jelek, sisanya buat aku. Kita bagi rata."

Papa tertawa kecil melirik melalui kaca depan. Begitu masuk ke dalam taman, dua anak kecil itu makin antusias. Saat ada zebra, Utara dan Selatan langsung berdempet ke jendela kanan, lalu sedikit menurunkan kaca jendela untuk memberi makan zebra.

Selesai Safari journey dan memarkirkan mobil, dua bocah itu berlarian menarik tangan papa untuk menaiki wahana. Puas menaiki wahana, mereka menuju baby zoo. Ada banyak bayi-bayi macan, harimau, dan orang utan. Utara saat menangis takut saat tidak mau berfoto bersama orang utan. Sedangkan Selatan, ia dengan

beraninya mengacungkan jempol berfoto bersama orang utan. Dari situlah lahirnya Bekantan.

Setelah itu, Utara menarik tangan papa untuk ke area penguin dan atraksi lumba-lumba. Saat atraksi selesai, mereka ke tepian kolam lumba-lumba ditemani oleh pawangnya.

"Dolphin-nya lucuuuu!" Utara kecil gemas sendiri melihat lumba-lumba itu berenang lalu melompat, lalu kembali berenang lagi.

"Papa, Uta mau foto sama dolphin." Utara menarik-narik tangan papa.

"Sebentar, ya. papa angkat telepon dulu," kata papa. "Mbak, saya titip dua anak saya sebentar, ya," ucapnya pada sang pawang lumba-lumba dengan pakaian renangnya. Dimas menjauh sedikit dari area kolam lumba-lumba.

"Tante Cantik, Uta boleh pegang dolphin, nggak?" tanya Utara pada pawang lumba-lumba tersebut.

Perempuan yang Utara panggil Tante Cantik itu mencubit pipinya gemas. "Boleh, dong!"

"Ata mau juga," kata Selatan tidak mau ketinggalan.

Pawang lumba-lumba itu mengobok-obok air di kolam. Tak lama salah satu satu lumba-lumba datang menghampirinya. Utara melompat girang saat melihat sang pawang itu mengusap-usap kepala lumba-lumba.

"Sini," kata perempuan itu.

"Yeay!" Utara melompat kegiranga kemudian menghampiri perempuan itu dan mengelus-elus puncak kepala lumba-lumba.

"Ata juga mau," kata Selatan, tapi Utara tak mau bergantian. Cewek kecil itu malah memeletkan lidah.

"Keren!" Utara memekik kagum saat satu lumba-lumba di tengah kolam melompat sampai menciptakan percikan air.

"Kamu sini." Perempuan itu melambai pada Selatan.

Utara masih asyik mengelus kepala lumba-lumba langsung pamer pada Selatan. "Wleeee, aku pegang dolphin."

"Tante Cantik, Ata juga mau pegang," kata Selatan.

"Mama." Utara yang sedang asyik mengelus lumba-lumba dibuat terkejut saat hewan laut itu tiba-tiba mencium pipinya dengan moncongnya.

Utara menangis. Ia mengusap pipinya. Utara takut, takut digigit lumba-lumba. Sedangkan Selatan yang melihat itu lantas tertawa cempreng melihat kecengengan Utara. Masa dicium lumba-lumba saja menangis?

"Dasar cengeng," ejek Selatan sambil tertawa memegang perutnya.

"Hey, jangan nangis peri cantik, lumba-lumbanya nggak jahat, kok." Pawang lumba-lumba itu menenangkan Utara.

"Uta takut." Utara masih menangis. Ia mengucek matanya.

"Uta kenapa?" Papa berlarian menghampiri. "Kenapa nangis?" tanya papa cemas dan langsung menggendongnya.

"Di-dicium dolphin, Papa ...." Utara semakin menangis.

Papa yang mendengar itu lantas terkekeh seraya mengusap pipi putrinya. "Jangan nangis, dong, anak Papa. Dolphin-nya baik, kok, buktinya dia cium Uta."

Utara menggeleng. "Tapi Uta takut, Pa. Uta takut digigit."

Papa melepas topi boater Utara, lalu mengusap halus puncak kepalanya. "Nggak, kok. Kan ada Tante pawangnya." Papa mencium kening Utara. "Uta mau main sama dolphin lagi?" tanyanya kemudian.

Utara langsung menggeleng keras. "Nggak mau!"

"Loh, Ata mana?" Papa seketika baru menyadari kalau Selatan menghilang. Ia langsung panik gelagapan. "Ata mana?" Kepalanya celingukan mencari keberadaan Selatan.

"Eh? Tadi anak satunya ada di sini, Pak," kata pawang lumba-lumba itu.

"Ya Allah, di mana lagi anak satu itu." Papa menepuk jidatnya, lalu menurunkan Utara dari gendongannya. "Uta, tadi Ata di mana?" tanya papa.

"Di sini, Pa." Suara cempreng khas Selatan kecil itu membuat papa berbalik badan dan mendapati sosok bocah cowok itu yang sempat papa pikir hilang atau tersesat.

"Ata dari mana?" tanya papa dengan nada cemas. Sedangkan yang dicemaskan malah tersenyum.

Selatan menghampiri Utara. Bocah cowok dengan tangan yang disembunyikan di belakang itu lantas menunjukan tangannya. "Buat kamu." Selatan menyodorkan boneka lumba-lumba berwarna biru-putih pada Utara.

"Buat aku?" tanya Utara yang dijawab anggukkan Selatan. Utara tersenyum senang. Ia mengambil boneka yang Selatan berikan.

"Biar kamu ingat momen ini, kalau kamu pernah nangis dicium dolphin." Selatan kembali tertawa dengan cempreng yang penuh dengan ejekan.

"Iiih, nggak mau!" Utara menyodorkan boneka itu kembali.

"Kata bunda, kalau kita sudah menerima barang yang dikasih buat kita, nggak boleh dikembaliin. Kata bunda, kita harus jaga perasaan pemberinya." Selatan kecil tiba-tiba berubah bijak.

"Tapi aku nggak mau!"

"Ata beli di mana? Dapat uang dari mana?" tanya papa.

Selatan tersenyum bangga. Ia menunjuk tenda penjual boneka yang berada tak jauh dari mereka. "Kan Ata punya uang warna biru tadi." "Uangnya pas?" tanya papa lagi.

"Nggak tau. Ata langsung kasih aja tadi. Kata om penjualannya, harganya empat puluh ribu."

"Ata dikasih kembalian?"

Selatan menggeleng polos. "Nggak."

Boneka lumba-lumba yang sangat bersejarah dalam hidup Utara.

Mengingatkannya pada

momen ketika pergi ke sebuah kebun binatang, mendapatkan sebutan Bekantan untuk Selatan, dan ciuman pertama dari lumba-lumba untuk Utara yang Selatan abadikan melalui boneka lumba-lumba biru. Boneka yang selalu Utara bawa setiap ia ingin tidur.




.

.

To Be Continue

Next? Next? Next?

Akhirnya hari ini dobel ap yaa hehehe

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 129K 53
[PART MASIH LENGKAP] "Lihat saudaramu yang lain! Mereka berprestasi! Tidak buat onar! Membanggakan orang tua!" Baginya yang terbiasa dibandingkan den...
4.8M 366K 51
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
489K 25.7K 36
SEBELUM BACA JANGAN LUPA FOLLOW AUTHOR NYA DULU YA GUYSS.. ~bagaimana ketika seorang perempuan bertransmigrasi ke tubuh seorang perempuan yang memili...
652K 43.9K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...