the lucky one (h.s./l.p.) | C...

aishaandriana által

83.4K 6.5K 1.1K

it all started when gina bumped into the one and only, harry styles. she is also introduced to all of harry's... Több

1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65. Epilogue
ANNOUNCEMENT (July, 2016)

29.

939 84 11
aishaandriana által

Siang itu angin berhembus dengan kencangnya. Bulan Oktober yang sangat khas di London. Semakin hari semakin dingin pula suhu kota itu. Begitu juga suasana hati yang dimiliki oleh laki-laki yang sedang berjalan di trotoar setelah turun dari mobilnya. Langkahnya terlihat terburu-buru dan ekspresi di wajahnya juga tidak terlihat begitu bagus.

Ia menapaki jalan dan berhenti pada sebuah gedung megah dan menjulang tinggi. Ia menurunkan tudung kepala yang sedari tadi menutupi rambutnya yang diikat. Ia melesat menuju lift yang tersedia di lantai dasar gedung itu seakan takut ada yang melihatnya. Untung saja, di dalam lift itu kosong sehingga ia bisa bernapas lega.

Lift itu membawa laki-laki itu ke atas, tepatnya ke lantai sepuluh. Saat keluar lift, ia menggerutu sepanjang perjalanan. Ia melewati beberapa pintu dan berharap segera sampai. Setelah melihat pintu yang diinginkannya, laki-laki itu menghembuskan nafasnya dan mengetuk pintu di hadapannya. Ia berdoa orang yang akan ditemuinya belum kabur dari sana.

Pintu pun terbuka dan kemudian muncul seorang perempuan berambut gelap. Melihat orang yang ditemuinya di balik pintu, perempuan itu terkejut dan langsung berusaha terlihat tenang. Dagunya terangkat dan ia tidak ingin tampak ketakutan di depan Harry.

"Ah, kau Harry, silahkan masuk." kata perempuan itu. Dari nadanya, Harry tahu kalau perempuan itu cukup senang dengan kehadirannya di situ. Harry memasuki ruangan dan mengingatkan dirinya ia tidak boleh jauh-jauh dari pintu keluar.

"Tumben sekali, kau merindukanku?" tanya perempuan itu sambil menyeringai. Perempuan itu memang tidak mengundang Harry dan ia tidak perlu melakukan itu karena sejujurnya saja, Harry tidak mau ke tempat itu kalau ia tidak terpaksa.

Harry ingin sekali langsung mengatakan apa yang ia tahan daritadi, tapi ia tahu pembicaraannya dengan perempuan ini tidak pernah berakhir dengan waktu kurang dari satu jam. "Tidak." jawab Harry cepat.

Perempuan itu mendesah dan bertanya, "Lalu ada apa?"

"Tolong jauhi aku dan Gi." ujar Harry tanpa ragu. Akhirnya Harry bisa mengucapkan apa yang daritadi memenuhi otaknya sepanjang perjalanan menuju ke flat yang ia injak saat ini.

Kendall tertawa hambar. "Jadi, kau kemari hanya untuk mengatakan itu? Ya ampun, Harry, kau repot-repot sekali." Kendall tidak habis pikir dengan Harry yang mau menghampirinya hanya untuk Gi yang biasa saja.

Tangan kanan Harry mengepal namun ia menahan amarah dalam dirinya. "Iya, aku cuma minta kau menjauhiku dan Gi. Bukankah itu hal yang mudah?"

"Tidak mudah, Harry. Kau perlu melakukan beberapa hal agar aku bisa melakukannya. Kau tidak tahu betapa aku menyayangimu, Haz." kata Kendall. Sebenarnya ia ragu apakah ia benar-benar menyayangi Harry.

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu." sela Harry dengan jijik.

Kendall memutar bola matanya. "Terserah, yang jelas aku tidak bisa menjauhimu."

"Kalau begitu, jauhi Gi. Apa susahnya menjauhi seseorang? Kau bahkan tidak mengenalnya."

Kepala Kendall menggeleng ke kanan dan kiri. Ia duduk di sofa sementara Harry berdiri menyandar ke tembok flat Kendall. "Kau salah, Harry. Aku mengenalnya, bahkan lebih mengenalnya daripada kau mengenal Gi."

Harry mengerutkan alisnya. "Mengenalnya lebih dari aku? Kau aneh."

"Tidak, memang benar kenyataannya seperti itu. Aku sudah tahu bagaimana dia yang asli kan." balas Kendall dengan senyumannya yang memuakkan.

"Kau tidak mengenal Gi sama sekali. Jangan berlagak seperti itu." kata Harry.

"Sebetulnya, apa yang kau lihat dari Gi?" Kendall mengalihkan pembicaraan.

Harry mendengus dan menjawab pertanyaan itu dengan mantap. "Jauh sangat berbeda denganmu," Harry berdiam sejenak. "Dia selalu menjadi dirinya sejak awal bertemu denganku, dia selalu jujur karena dia tidak pernah pandai berbohong. Dia mandiri, juga bisa melalui masalahnya hampir selalu sendirian, karena dia optimis."

Kendall tertegun mendengar penjelasan dari Harry. Harry tahu pribadi Kendall dan itu sangat berkebalikan dengan semua yang dikatakan Harry barusan. Kendall juga merasa tersindir dengan kata-kata Harry.

"Kau menyindirku?" tanya Kendall dengan dahi berkerut.

Sekarang gantian Harry yang tertawa menghina Kendall. "Baguslah kalau kau tersindir. Setidaknya, kau sadar bagaimana buruknya dirimu, bukan hanya di mataku, tapi di matamu juga."

Wajah Kendall berubah kemerahan karena malu. Ia diam tidak dapat berkata apapun kepada Harry. Dalam hatinya, ia sebenarnya iri kepada Gi karena begitu gampangnya Gi memikat hati Harry, sementara Kendall harus berjuang dengan sulit hanya untuk mendapatkan perhatian Harry.

"Aku harap kau berhenti mengintervensi kehidupanku dan kehidupan Gi. Terutama hidup Gi. Dia tidak pernah mengganggumu jadi berhenti melakukan hal yang hanya membuang-buang waktu."

"Tidak pernah menggangguku?" Kendall mendengus. "Omong kosong."

"Memang dia pernah mengganggumu?" tukas Harry.

"Dia merebut kau dari aku." geram Kendall.

"Dasar kau wanita aneh, jelas-jelas dia sebelumnya punya pacar, kenapa ia beralih padaku? Asal kau tahu, aku juga bukan milikmu jadi aku berhak dekat dengan siapa saja."

Mata Kendall melebar lebih dari biasanya. "Jadi, kau sudah melupakan semua yang kita pernah lakukan bersama? Begitu?"

"Semua yang kita pernah lakukan itu palsu!" seru Harry. Ia sudah tidak bisa bersabar lebih lama dengan Kendall. "Kau tahu kan semua itu hanya kontrak? Hanya untuk menaikkan pamormu!"

Kendall semakin tersinggung dan menjawab, "Kau tidak tahu kalau aku menyukaimu lebih daripada itu Harry!"

"Tidak usah berakting seperti kau memang benar-benar menyukaiku! Aku tidak peduli mau kau suka padaku atau tidak karena pada dasarnya aku memang tidak menyukaimu!"

Kedua bola mata Kendall sudah berkaca-kaca dan ia menggigit bibir bawahnya. "Kau tidak menyukaiku?"

"Aku memang tidak pernah menyukaimu, Kendall. Kau tidak pernah sadar ya?" suara Harry sudah tidak berteriak-teriak lagi sekarang.

Kendall terpaku di tempatnya. Bibirnya mengatup rapat dan ia sadar Harry tidak berbohong padanya. Harry bukan orang yang senang berbohong, terutama pada perempuan. Kalimatnya menyiratkan hal yang selama ini Kendall tidak tahu, yaitu Harry tidak menyukainya.

"Jadi, kau tidak pernah menganggapku sepanjang kita berhubungan bulan-bulan kemarin?"

"Tidak sama sekali." sahut Harry dingin. "Semua yang kulakukan kepadamu itu hanya suatu persyaratan yang diberikan manajemenku atas dasar perjanjian manajemenku dan manajemenmu."

Kemudian ruangan itu hening selama beberapa menit. Tidak ada yang mau berbicara lagi karena keduanya telah sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Harry masih tidak menyangka bahwa Kendall mengira bahwa ia benar-benar menyukai Kendall. Sementara Kendall kebalikannya, ia baru mengerti bahwa ia saja yang terlalu percaya diri dengan perasaannya.

"Boleh aku meminta satu hal padamu?" Kendall akhirnya memberanikan dirinya untuk bicara lagi.

"Apa?"

Kendall mengalihkan pandangannya dari Harry dan mencari kata yang tepat. Ia menelan ludah dan berkata, "Maukah kau menjauhi Gi? Dengan begitu, aku juga bisa menjauhimu dan Gi."

Harry menggigiti bagian dalam pipinya lalu memejamkan mata. Ia tidak mau menyakiti Kendall lebih jauh lagi dengan kata-katanya, tapi ia tidak yakin kalau ia mampu melakukannya. "Aku... Aku tidak bisa." kata Harry.

"Kenapa?"

Harry menundukkan kepalanya. Ia tidak tahu kenapa ia tidak bisa. Ia juga tidak mau tahu kenapa ia tidak bisa menjauhi Gi. Berada dekat dengan Gi sudah memberikan kenyamanan tanpa alasan dan ia jarang merasakan kenyamanan itu. Rasanya selalu berbeda jika berada di samping Gi. Jauh berbeda dengan yang ia rasakan sekarang, berada di dekat Kendall.

"Aku juga tidak tahu. Beberapa hari aku lalui tanpa bertemu Gi saja rasanya aku sudah gelisah. Bertemu dengannya selalu bisa mengobati kesepianku atau bahkan mendengarnya bicara di telepon saja sudah bisa menaikkan mood ku kalau suntuk bekerja. Kau tahu kan rasanya?"

Harry salah bicara. Kendall tidak pernah tahu rasanya. Kendall tidak pernah tahu rasanya karena Harry dulu selalu bersamanya. Namun jika Harry berada jauh darinya, ia tidak pernah merasa gelisah. Apa karena Kendall tidak pernah benar-benar menyayangi Harry? Tapi ia tahu ia tidak bisa melepaskan Harry.

"Kalau begitu, aku tidak akan menjauhimu juga. Karena kau tahu rasanya tidak bisa lepas dari orang lain. Aku akan melakukan segala hal agar aku bisa mendapatkanmu lagi, Haz."

Harry bergetar mendengar Kendall. Perasaannya tidak baik seketika. Ia tahu Kendall bakal melakukan sesuatu yang buruk. Kendall tidak pernah bisa memutuskan sesuatu dengan benar.

"Segala hal?" ulang Harry tidak percaya.

"Iya, segala hal. Kau mungkin menyesal karena pernah mengatakan apa yang daritadi kau katakan. Mungkin juga kedatanganmu padaku saat ini adalah sia-sia. Kau tidak bisa menghentikanku kalau kau sendiri tidak bisa menghentikan dirimu dekat dengan perempuan itu."

"Baiklah, tapi ingat saja kalau kau macam-macam dengan Gi, aku masih bisa menghalangimu. Bukan dengan diskusi seperti sekarang, tapi bisa dengan hal yang tidak pernah kau inginkan sepanjang hidupmu. Jangan menyesal dengan apa yang sudah kau putuskan." jelas Harry tanpa ada keraguan di setiap kata yang ia ucapkan.

"Oke, lihat saja, mungkin nanti kau yang menyesal dan kembali padaku. Aku selalu membuka pintu untukmu." Senyuman terukir di wajah Kendall dan berusaha terlihat tegar di depan Harry.

Harry memutuskan untuk tidak bicara lebih jauh lagi. Ia sudah tidak tahan berada di dekat Kendall lama-lama. Ia beranjak dari tempatnya dan berjalan menuju pintu yang tidak jauh darinya.

Kendall tidak bergeming di tempat duduknya. Matanya memandang ke jendela. Ia harus memikirkan cara lain agar Harry bisa menyukainya dan menghilangkan penghalang antara dirinya dan Harry yaitu Gi. Mungkin segala hal memang harus dilakukan Kendall.

Harry berjalan dengan banyak hal dalam otaknya. Ia harus bisa melindungi Gi dan tidak mengecewakan Gi. Prioritasnya adalah keselamatan dan kebahagiaan Gi. Sebenarnya ia bergidik ngeri sendiri saat tahu kalau Kendall akan melakukan segala hal agar Harry bisa menyukainya. Ia berdoa dalam hati bahwa Tuhan tidak akan membiarkan Harry menyukai Kendall di masa depan dan mengemis di kaki Kendall.

---------------------------------------------------------------------------

HI

terima kasih sudah membaca part baru dari The Lucky One. Semoga kalian suka yaaa.

sorry for weekly update karena aku kalo weekdays emg susah dpt waktu buat update hehe kalo kalian suka komen dan vote ceritaku yaaa

btw harry keren ga ngelabrak kendallnya? give me answer through the comment box.

THANKS & i love you

-Sasa

Olvasás folytatása

You'll Also Like

826K 50.9K 35
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
SEPTIHAN Poppi Pertiwi által

Ifjúsági irodalom

54.4M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...