The Lost Existence

By RizkyT

20.3K 1.5K 280

Adakah mahkluk luar angkasa? Hal itu selalu menjadi pertanyaan di masa kecilku, ada berbagai planet, tata sur... More

Chapter 1, Part 0 - Prologue
Chapter 1 Part 1
Chapter 1 Part 2
Chapter 1 Part 3
Chapter 1 Part 4
End Of Chapter 1, Farewell Earth
Chapter 2 Part 1
Chapter 2 Part 2
Chapter 2 Part 3
Chapter 2 Part 4
Chapter 2 Part 5
Chapter 2 Part 6
Chapter 2 Part 7
Chapter 2 Part 8
End Of Chapter 2, The First Journey
Chapter 2 Notes
Chapter 3 Part 1
Chapter 3 Part 2
Chapter 3 Part 3
Chapter 3 Part 4
Chapter 3 Part 5
Chapter 3 Part 6
Chapter 3 Part 7
Chapter 3 Part 8
Chapter 3 Part 9
Chapter 3 Part 10
Chapter 3 End Fall Of The Empire
Chapter 4 Part 1
Chapter 4 Part 2
Chapter 4 Part 3
Chapter 4 Part 4
Chapter 4 Part 5
Chapter 4 Part 6
Chapter 4 Part 7
Chapter 4 Part 8
Chapter 4 Part 9
Chapter 4 Part 10
Chapter 4 Part 11
Chapter 4 Part 12
Chapter 4 Part 13
Chapter 4 Part 14
Chapter 4 Part 15
Chapter 4 Part 16
Chapter 4 Part 17
End Of Chapter 4, Start Of Tragedy
Last Chapter Part 2
Last Chapter Part 3
Last Chapter Part 4
Last Chapter Part 5
End Of Chapter 5

Last Chapter, Part 1

158 15 2
By RizkyT

Allita

Selama ini aku hanya melawan monster spesies Argio, monster cacing raksasa yang terus menerus menyerang markas kami. Hampir setiap hari kami melawan mereka, menghadang mereka demi mempertahankan tempat kami mengambil sumber daya. Bukannya sudah biasa sih aku melawan mereka, meski sudah sering aku melawannya tetap saja aku merasa takut, kali-kali saja aku melakukan kesalahan kecil yang dapat merenggut nyawa, mengingat jeritan monster itu pun selalu membuat tubuhku bergidik, dan terkadang aku hampir mau menutup mata melihat taring-taring monster itu.

Kami tetap berjuang dan dapat bertahan sampai saat ini, tapi terkadang kegelisahanku terbawa kepada istirahat malamku, mungkin saja esok aku akan membuat kesalahan, mungkin saja kami hanya dapat bertahan sampai esok. Pengalaman yang lama itu bukanlah membuat kemampuan kita semakin bertambah ataupun matang, pengalaman yang lama itu memperbesar kemungkinan kesalahan akan datang. Dan selama 2 tahun ini aku bersama tim Gildo, Curio dan Galia, aku hanya menggunakan Mecha dengan fungsi sebagai pembantu saja, Fuco.

Ketika Radit memperkuat mechaku percaya diriku semakin tumbuh. Aku tidak akan takut lagi dengan monster cacing yang menghantui hari-hariku, aku akhirnya akan dapat tidur nyenyak tidak perlu khawatir akan hari esok, tidur bersama dengan boneka bermotif hewan imut di sampingku. Mungkin saat tidur aku mendengkur, hahaha. Tapi ilusi pikiranku dipecahkan kurang dari sejam, aku bertemu monster yang sangat menakutkan, monster yang tidak dapat kubayangkan keberadaanya. Monster yang melekat menjadi mimpi burukku, sampai sekarang aku masih dapat membayangkan monster itu dengan jelas. Cakar-cakarnya yang panjang, taring yang panjang, gerakannya yang lincah dan gesit. Dan tawa mereka terus terngiang di kepalaku, mempecundangiku, mempermainkanku. Nevatz.

Aku sadar diriku hanyalah makhluk lemah di alam semesta yang luas ini. Dan saat ini langit tertutup dengan awan gelap, awan yang terbentuk karena kumpulan monster-monster ganas yang menyerbu kami. Alam semesta seperti menunjukkan taring sebenarnya, dan apa yang telah kami alami dulu itu, seperti bermain di taman anak-anak. Merasa diri besar dan tahu segalanya, polos terhadap kekejaman alam semesta.

'Duar'

Terdengar suara ledakan di dekatku, den seketika itu juga beriringan teriakan pekik. Kemudian terdengar lagi suara ledakan 5 kali hasil dari rudal yang berpapasan dengan kelima monster coklat bersayap dan berwajah lancip itu.

"Allita kamu tidak apa-apa?" Suara Gallia terdengar dari radio komunikasiku dialah yang menembaki monster yang menyerangku tadi. Aku telah berhadapan dengan sekitar 20 monster yang seperti tadi, dan 4 monster hampir bebas dari seranganku yang dihabisi oleh rudal dari Gallia.

"Tidak apa-apa Gallia, terima kasih yah tadi." Terasa napasku yang terengah-engah penuh kecemasan ketika aku membalasnya.

"Tidak usah dipikirkan ini sudah tugasku, kamu adalah aset utama untuk memenangi pertempuran ini. Bagaimana keadaanya sekarang Allita?"

"Hmm." Aku terdiam sebentar, senjata Fuco yang diperkuat Radit, tidak cukup untuk melawan serbuan monster yang terus menerus. Namun radar Fuco yang disiapkan Radit dapat menunjukkan informasi seluruh monster yang menyerang kami. Aku memberitahukan kepada teman-temanku titik lemah dari monster-monster itu dan bagaimana cara melawan mereka. Aku terus berjuang sebagai tombak utama pertempuran ini, aku akan bertahan hingga komandan dan mecha tambahan yang dikirim Linda datang. Aku yakin kami dapat memenangkan pertempuran yang mustahil ini. "Kumpulan monster yang menyerbu kita tadi sudah binasa, aku melihat dari radar ada kumpulan monster yang akan menyerang lagi. Monster yang berbeda dengan tadi, mereka berbentuk lebih besar dengan cakar yang tajam kira-kira berjumlah 200, tapi pergerakan mereka lebih lambat dan mereka berlari di darat."

"Okay, baiklah tampaknya kita harus berpindah tempat, lokasi ini sudah tidak cocok lagi untuk bertahan, pohon-pohon sudah bertebangan dan lembah-lembah sudah rata. Aku tahu tempat yang cocok untuk melawan mereka, ayo." Mecha hijau milik Galia pun keluar dari tempat persembunyianya, kami dapat bertahan karena pengetahuan medan planet yang kami cintai ini, dan Galia adalah orang yang paling ahli bertempur secara gerilya. Monster terbang tadi menyerang kami berjumlah sekitar 100, kami bertahan dengan 10 orang yang hanya tersisa aku dan Galia.

Tubuhku gemetar, rasa takut meliputi dan hanya hal buruk yang terbayang dalam pikiranku. Akan tetapi, mundur dan menyerah bukanlah pilihan. Kami tetap berjuang meski tahu seberapa kecilnya diri kami di alam semesta ini. Nyawa kami tetaplah berharga, tidak ada yang dapat menggantikan kami, dan tidak ada hal apapun di alam semesta ini yang dapat menggoyahkan semangat kami melindungi planet yang kami cintai.

Tim yang lain juga sedang bertahan, berpencar di berbagai sisi menahan gempuran dari serbuan Styr, aku memonitor mereka dari radar yang dimiliki Fuco.

Ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu, atau jutaan aku tidak tahu berapa banyaknya hingga cahaya surya pun tertutup, dengan berbagai jenis dan bentuk, lebih menyeramkan daripada selama ini yang pernah kutemui. Sangat menakutkan tapi kami dapat melawan mereka dengan gigih. Hingga sampai saat ini pasukan kami dapat menahan mereka mendekati benteng terbang kami.

Radar Fuco berbunyi, aku melihat kumpulan lingkaran merah bergerak cepat menyerbu ke lingkaran hijau di arah timur tengah tempatku berada. Itu adalah tempat pasukan Rayes berada, aku harus memperingati mereka, pasukan mereka berjumlah sekitar 10 unit mecha dan pasukan infantri 20 orang sebagai support. Mereka tidak akan dapat bertahan setelah bersusah payah melawan gerombolan monster raksasa berkaki empat dan memiliki sulur tangan berjumlah banyak di sekitar tubuhnya, dan sekarang akan diserbu oleh gerombolan monster dari belakang. Radarku menunjukkan monster yang menyerbu adalah kumpulan monster dengan tanduk panjang dan tajam di depan tubuhnya dan bergerak dengan cepat dengan keempat kakinya sambil merubuhkan pohon-pohon besar dengan gampangnya.

Aku harus segera memberitahu Nadeele.

"Nadeele, tim Rayes bahaya ada monster di belakang!!"

"Apa, katakan dengan jelas Allita." Sebelum aku sempat membalas sebuah cakar besar menghadangku di depan.

"Allita awas!!!"

"Duar" Galia menembakkan rudal-rudalnya membuat monster itu kesakitan dan menjauhkanya dari pandanganku.

Aku melihat kembali ke radar dan ternyata tempat yang kami tuju sudah dipenuhi oleh monster, layar monitor menampilkan monster berbulu coklat dengan lengan dan cakar yang panjang menunggu sasaranya dari balik pohon besar, aku tidak segera menyadarinya karena mereka adalah tipe penyergap yang bergerak diam-diam.

"Galia, jangan lewat sini, monster-monster sudah menghadang di depan."

"Apa? Bagaimana kalau arah situ, apakah aman Allita?"

"Ya, tidak terlihat ada monster di radar, aaah Rayes."

Ketika aku kembali melihat ke radar, lingkaran merah itu sekarang sudah mengeliputi lingkaran hijau itu, mereka mengerubungi dan mempermainkanya.

"Aaah" Dari radioku terdengar suara teriakan mereka dan tembakan-tembakan perlawanan, tetapi hanya dalam sebentar suara itu menghilang.

"Tidaaaakkk!!!" Aku berteriak kencang, histeris kecewa karena kelemahan dan ketidakberdayaanku.

"Rayes, Rayes, Rayes katakan status pasukan kalian." Nadeele tereus menyaut dari radionya, mempertanyakan status team Rayes, tetapi aku telah mengetahuinya dari radar bahwa titik hijau penanda mecha dari team Rayes sudah hilang. Team mereka telah terbantai oleh serbuan musuh. Kemudian Nadeele berhenti bertanya setelah sadar dengan kondisi sebenarnya.

"Allita bagaimana kondisi musuh sekarang?" Sekarang Nadeele bertanya kepadaku, dia tampaknya ingin menyusun strategi selanjutnya.

"Ah, iya" Napasku masih terengah-engah, tubuhku gemetar menyadari kelemahanku. Aku mencoba untuk menghimpun napas kembali, aku tidak boleh lengah, ini adalah pertempuran untuk menentukan masa depan bangsa kami. Aku melihat kembali ke layar radar memperhatikan titik hijau dan titik merah yang bertebaran.

Keringatku semakin mengucur dan tubuhku dingin menggigil tidak berhenti, bibirku tidak dapat mengucap hanya mengeluarkan udara tanpa suara.

"Allita?" Nadeele bertanya kembali kepadaku, nadanya lembut tidak mau memaksa dan terburu-terburu, tapi aku tahu dirinya tidak sabar dan tergesa menunggu kabar dariku.

"Umm, um." Aku berkata tergagu-gagu kemudian aku mencoba menghirup napas yang dalam sebelum lanjut berkata. "Hmm, ada sekitar 30 monster yang mengepum team Aldrine, team Bolris ada satu orang yang... mechanya non aktif, aah team Yuriel harus pergi ada sekitar 50 monster besar menyerbu lokasi mereka, pindah ke barat ke lokasi yang aman. Kemudian..."

Aku telah mengatakan semua kondisi pasukan kepada Nadeele, aku harus tetap semangat aku tidak akan membiarkan seseorang menjadi korban karena keteledoranku.

"Allita, aku melihat ada pergerakan dari balik hutan, apa yang terlihat di radarmu?" Tiba-tiba Gallia menyahut kepadaku.

"Haa, iya ada sekitar 10 monster tipe pengintai dari balik hutan itu."

"Okay Allita bagaimana dengan di depan? Aku melihat ada penampakan monster juga di balik lembah itu."

'Haa' Aku tidak segera membalas pertanyaan Gallia. Aku terdiam menghirup napas kembali baru membalas." Ada sekitar"

"Ada 30 monster kan tipe petempur?" Gallia tiba-tiba memotong perkataanku, aku hanya menjawab dengan nada terkejut setelah mendengarnya.

"Lalu Allita mengapa aku merasa pergerakan mecha kamu lebih cepat, seakan mau menerobos barisan musuh."

"Hah Gallia, kamu menyadarinya?"

"Kamu jangan meremehkan akulah Allita, selama ini yang bertugas untuk patroli dan serangan jarak jauh siapa kalau bukan aku. Lagipula tempat ini sudah seperti halaman rumahku sendiri, tidak sih memang tempat ini adalah rumahku."

"..." Aku tidak membalas perkataanya, aku tidak mengurangi pergerakan mechaku malah aku semakin menambah kecepatanya,

"Kamu merasa bersalah karena kematian team Rayes?"

Aku tersedak sedikit mendengar perkataanya, jantungku terasa sakit, aku tidak ingin membayangkan lagi ketidakberdayaanku.

"Allita, ini adalah pertempuran besarmu pertama, pertempuran yang tidak ada menjamin kemenangan dan orang lain yang menjadi tumpuan, kita mungkin berperang menuju kehancuran. Tapi kita sudah berjuang semampu kita, Rayes sudah berjuang dengan seluruh kemampuanya, kita hanya bisa menghargai perjuanganya."

"Tidak, aku belum mengeluarkan kemampuanku sepenuhnya, aku padahal dapat menyelamatkan Rayes, dengan mesin ini aku harusnya dapat menyelamatkan dia, hal ini terjadi karena keteledoranku."

"Haah, aku gak pandai ngomong juga sih, tapi Allita kamu sudah berjuang banyak untuk kami, aku tidak akan membiarkan kamu berbuat gegabah."

Aku terdiam memikirkan apa yang dikatakan Gallia. Berbuat gegabah? Bukankah itu yang selama ini aku lakukan, tidak memberi kontribusi apapun kepada tim bahkan hanya menyusahkan, Radit telah membuat kemampuan Fuco jauh meningkat bahkan jauh melebihi kemampuan mecha yang lain. Namun, mecha ini menjadi sia-sia, karena pengendaranya adalah diriku. Pilot amatiran yang selalu membuat kesalahan. Tidak, aku tidak boleh seperti ini aku harus berjuang demi masa depan kami dan planet ini, tidak ada lagi yang menolongku sekarang, tidak ada Radit ataupun komandan.

"Gallia, aku sudah meyakinkan diriku, aku akan mempertaruhkan segalanya demi yang lain dan planet yang aku cintai ini. Kalian sudah berkonstribusi banyak sekarang giliran aku yang berjuang. Aku akan mengalahkan 30 monster yang di depan itu." Setelah aku berkata tadi aku segera mengaktifkan jet pendorong, bergerak ngebut menuju kumpulan monster di depan yang sudah bersiap menghadang, jauh meninggalkan Galia.

"Allita bukan seperti itu kamu berjuang, aaah" Nada kecewa terdengar dari ucapan Gallia lewat radio, tapi aku akan menghilangkan kabut keraguanya dengan kemenangan terhadap monster-monster itu.

Sekitar 30 detik aku akan berpapasan dengan monster itu, aku mengaktifkan pedang laserku dan mengambil ancang-ancang menyerang.

Monster itu menampakkan dirinya keluar dari persembunyian di balik pohon-pohon besar. Monster yang diliputi oleh kulit-kulit keras seperti batu. Tangan yang besar itu mengayun mau meremukkan diriku, aku menggerakkan Fuco ke kanan menghindar dan mengayunkan pedangku segera membalas. Suara gesekkan terdengar karena peraduan pedang laserku, pedang laser yang dimodif oleh Radit sangatlah tajam tidak ada benda yang tidak dapat dibelahnya ketika aku berlatih dengan Fuco, tapi monster raksasa dengan kulit batu ini tidak terbelah oleh pedang Fuco. Hanya tersisa seperti bekas bakar di tangan raksasa itu.

Kemudian serangan selanjutnya mulai datang. Gerakan mereka lambat tapi tubuh yang besar dan keras dengan sekejap dapat mengepungku. Meski begitu mereka tidak akan dapat menandingi kelincahanku, aku segera menemukan celah untuk menghindar dan melakukan serangan balasan kembali.

'Srassh'

Satu monster terjatuh karena seranganku, aku menebaskan pedangku membelah menjadi dua dari pundak sampai ke bawah. Namun seranganku masih belum dalam monster ini masih dapat bangkit, aku mengancangkan pedangku lagi. Sebelum aku dapat mengayunkan pedangku sebuah tangan besar hendak menampar tubuh mecha ini aku segera menghindar tapi lagi-lagi jalur kaburku terhalang oleh tangan besar yang lain meski belum dapat menahanku.

Aku mencari tempat yang pas kemudian mengayunkan pedangku dengan arah vertikal ke monster terdekat, suara batu yang seperti terbakar kemudian terdengar, tapi tanpa kusadari sebuah tangan besar lagi-lagi ditamparkan ke arah Fuco seperti mengikuti pergerakanku, kejadian yang cepat aku tidak sempat menghindar.

'Brakk'

Tubuh mechaku terlempar ke belakang beberapa meter, dan diriku terguncang dalam kokpit. Aku segera menyeimbangkan tubuh mecha ini dan mengambil posisi kembali. Fuco yang telah diperkuat oleh Radit dan Linda ini bukanlah mecha biasa, komposisi tubuh Fuco jauh lebih keras dibandingkan mecha yang lainya. Tidak ada kerusakan sedikitpun yang diderita Fuco setelah aku mengecek ke layar monitor. Namun aku terkejut bahwa monster yang lambat dan besar ini dapat mengikuti pergerakanku. Apakah kebetulan atau aku melakukan kecerobohan.

Ketika aku sibuk memikirkan aku baru menyadari, bahwa ternyata aku telah di hadang dari depan, belakang, kiri dan kanan. Aku sudah terkepung!!!

Continue Reading

You'll Also Like

61.2K 5.1K 21
(non fiksi/ random) Bacaan untuk 13++++ bukan prosa. bukan rant. pernah? berarti kita sama! belum pernah? berarti kita sama! ©️ 2017
1.5K 415 22
siapa yang mempunyai ide gila membuat bunyi jam menjadi suara wanita menjerit? Alih-alih dengungan lembut, bunyi nyaring itu membuat jantung hampir...
3.3K 538 21
Tahun 2043, kemajuan teknologi berkembang pesat di seluruh penjuru dunia. Menyusul perubahan iklim dunia yang semakin tak dapat dikendalikan hingga m...
12.2K 897 20
Harap maklumi cara mengetik cerita pertama💁‍♀️