Yoon kini sudah berada di istananya, malam ini rasanya ia tidak bisa memejamkan matanya, hatinya tengah kacau karena dua orang gadis cantik di hadapannya, yoon terlihat Nampak termenung sendiri di atas jembatan
" huuuhhh " ia menghembuskan nafas berat
" Apa yang terjadi " suara lembut sang ibu menyapanya
Yoon mengangkat kepalanya dan memandang ke depan, ke arah suara sang ibu, bayangan sang ibu nampak mendekat padanya dan duduk di samping Yoon
" Kau terlihat binggung.. Apa yang sedang anak sulung ibu pikirkan ?!"
Yoon tersenyum kemudian menatap langit yang penuh bintang malam itu
" Eomma - mama... Apa eomma - mama mengerti apa itu cinta ? Kenapa mereka terus meributkan tentang hal itu ?!" Yoon mengalihkan pandangannya pada sang ibu
" Jadi itu yang membuat seja binggung ? Caaahhh... Coba sentuh dada seja dan pejamkan mata seja... Siapa orang pertama yang ada di bayangan seja "
" Eomma - mama "
" Selain eomma - mama, cobalah untuk lebih fokus "
Yoon meletakkan tangan kanannya di dada kirinya, ia lalu memejamkan mata sebuah senyum melintas di kepalanya
" Apa sudah terlihat ?!"
Yoon mengangguk dengan senyum merekah di wajahnya
" Apa dia cantik ?!"
" Sangat cantik, dia selalu tersenyum setiap kali berada di hadapanku "
" Siapa dia ?!" Tanya sang ibu
" Da seom " yoon membuka matanya dan menatap sang ibu
Bayangan ibunya nampak tersenyum
" Da seom... Dia yang selalu terbayang di pikiranku tapi yoo jung... Dia juga menganggu pikiranku tapi da seom... Dia berbeda "
Bayangan sang ibu berdiri di depan yoon dan memegang tangan yoon lembut
" Lindungi orang - orang yang kau sayangi dengan sepenuh hatimu... Maka perasaanmu akan sampai pada mereka, Yoon ibu sudah dewasa... Ibu bangga padamu, ibu juga percaya bahwa yoon ibu tidak akan bertindak gegabah dalam hal apapun"
Yoon tersenyum lalu bayangan sang ibu menghilang begitu saja bersama kunang - kunang yang muncul dari balik jembatan
" Iya bu.. Aku akan melindungi mereka sepenuh hatiku.. Heeh .. Haah.. Haruskah aku mengatakan ini padanya.. Dia pasti akan memukuliku dengan tongkatnya " gumam Yoon kemudian tertawa kecil " eomma – mama... haruskah aku mengatakannya padanya... tentang perasaanku ini ?"
" haaah... ibu benar... aku harusnya tidak perlu berpikir lagi dan menjadi bimbang " yoon memegangi dadanya yang berdebar ketika mengingat da seom
*****
Yoon tergesa keluar dari kediamannya, ia keluar diam - diam melompati pagar keluar istana, Ia memegangi dadanya yang terus berdebar
" Da seom - a.. Aku tidak mengerti apa yang kurasakan padamu ini... Jantungku tak berhenti berdebar ketika mengingatmu, merindukanmu membuatku sesak, mendengar suaramu membuatku tenang... Da seom - a... Apa ini cinta ? Atau ini karena kita sudah lama saling mengenal satu sama lain ... Aku.. Tidak tahu pasti tapi.. Da seom - a... Satu hal yang pasti bahwa... Aku.. Tidak akan sanggup kehilanganmu" yoon tersenyum bahagia malam ini
Yoon nampak melompati pagar rumah da seom, tengah malam ia mengendap menuju kamar da seom, ia tak sengaja menginjak ranting pohon kemudian terdiam mengawasi sekitar di rasa aman ia kemudian berjalan menuju kamar da seom
Yoon berdiri di depan kamar da seom yang terlihat gelap gulita, Yoon mengantur nafasnya sejenak
" Da seom - a " ujarnya lirih
Tak ada reaksi dari dalam kamar da seom
" Kang da seom " yoon menaikkan sedikit volume suaranya, Masih tak ada respon
" Da seom - a apa kau marah padaku ?!" Yoon berkata dengan nada suara normal " da seom - a.. Cepat jawab aku"
Yoon tak peduli lagi jika membangunkan para penghuni kediaman da seom
" Da seom - a.. Mian " yoon nampak sedih " aku ingin membicarakan sesuatu denganmu...keluarlah da seom – a "tak ada tanda – tanda suara – suara dari kamar da seom, tapi yoon tak menyerah
" da seom – a.. maaf.. apa aku membuatmu kecewa ?"Yoon berusaha meminta maaf setulus hati pada da seom
Tak jauh dari sana raja yang kala itu berkunjung ke kediaman da seom nampak tersenyum melihat putranya tengah malam menyelinap ke rumah seorang gadis
" Jeonha itu.. "Ayah da seom merasa tidak enak karena membuat PM yi yoon berdiri di luar kamar da seom dalam cuaca yang dingin
" Sudahlah... Jika lihat saja " raja tak bisa menahan senyumnya melihat putranya melakukan hal seperti itu untuk seorang gadis
Masih tak ada respon dari kamar da seom dan yoon terus berusaha memanggilnya dengan sabar
" Da seom - a... Kau satu - satunya gadis yang yang membuatku berdiri meminta maaf seperti ini, aku pangeran mahkota dan ini memalukan tapi... Untukmu bahkan berlututpun akan kulakukan, da seom - a... Ku mohon.. Jangan marah lagi padaku, aku... Akan menjelaskan semuanya padamu "
Yoon nampak mengamati kamar da seom yang terlihat sunyi
" Da seom - a.. Kau tidur ? Apa kau masih marah hingga tidak mau melihatku ?! Ku akui.. Aku.. Kurasa aku mulai menyukaimu bukan dengan teman tapi kurasa... Sebagai gadis " yoon memelankan suaranya " aku juga sangat menyukaimu "
" Da seom - a.. Ketika berpikir tentang menyukai dadaku rasanya berdebar ketika menginggat ciuman yang kuberikan padamu waktu itu...."
" Hee ?!" Wajah raja menegang karena terkejut namun ia terlihat seperti menahan tawanya
Sedangkan ayah da seom nampak tak percaya dengan hal yang di katakan PM Yi Yoon, sebagai seorang ayah dari seorang gadis remaja hal seperti itu tentu membuatnya kesal
" aigoo... pemuda itu lancing sekali bukan " kata raja
" ahh.. jeonha "
" Da seom - a... Akhir - akhir ini.. Sepertinya ada yang tidak beres dengan jantungku, aku tidak berdebar ketika melihat senyum gadis lain tapi entah kenapa senyummu... Membuatku berdebar... Aku tidak tahu tapi.. Kurasa aku menyukaimu... Hanya kau.. Hanya kau yang ku miliki da seom - a... Yaa !!! Keluarlah dan perlihatkan wajahmu " Yoon mulai tak sabar dan kesal karena da seom tidak meresponnya
" Aiggoo anak itu... Kenapa dia harus mirip denganku jika masalah perempuan... Kapten kang... Sepertinya aku harus meminta maaf dengan kelakuan putraku"
" Tidak jeonha... Hamba seharusnya meminta maaf "
" Heeh dasar anak itu... " Raja tersenyum kemudian beranjak dari tempatnya di ikuti oleh ayah da seom
" Da seom - a... Cepatlah keluar... Kakiku pegal... Da seom....!!!!"
" Jeonha " suara da seom menyapanya
Yoon yang mendengar suara da seom langsung berjingkat terkejut
" Ya.. Kenapa kau mengagetiku " Yoon nampak memandang da seom yang berdiri tak jauh darinya " ka.. Kau dari.. Kau darimana ?!"
" Saya ? Sa rang mengalami masalah pencernaan.. Itu sebabnya hamba mengantarnya kebelakang "
Di samping Da seom sarang nampak menguap
" Unni.. Aku akan tidur sekarang " sa rang melepas genggamannya dan pergi ke kamarnya
" Ooo... Tidur lah yang nyenyak "
" Kau.. Jadi.. Kau tidak ada di kamarmu ?!" Tanya Yoon
Da seom mengangguk
" Aaaeehh... Ini gila.. Gila.. Gila..." Yoon kesal pada dirinya sendiri dan mengutuki dirinya sendiri, ia bicara panjang lebar tapi ternyata da seom tak berada disana
" Seja jeonha... Apa yang anda lakukan tengah malam di rumah hamba ?!" Tanya da seom
" Aku ? Aku sedang gila makanya tanpa sadar berlari kemari, aehh ini membuatku kesal " Yoon menggerutu karena kesal
" Hee ?!" Da seom tak mengerti
****
Yoon dan da seom akhirnya mengobrol di depan kamar da seom
" Da seom - a... Airnya pasti sangat dingin kan... Tanganmu dingin sekali " kata Yoon seraya mengosok - gosok telapak tangan da seom
" Emm.. Sangat dingin tapi sekarang sangat hangat " da seom tersenyum
" Da seom - a... Apa kau marah padaku ?!"
" Marah ? Kenapa hamba marah ?!"
" saat kau mengatakan pe.. perasaanmu itu..."
" aaa..." da seom Nampak salah tingkah dan wajahnya memerah " jeonha.. itu.."
" Da seom - a dengarkan aku " Yoon mengenggam tangan da seom, menyelipkan jari - jarinya di antara jari - jari da seom " kau... membuatku gila dan berlari kemari tengah malam seperti ini "
" Kenapa ?!"
" entahlah... mungkin.. karena aku sangat merindukanmu dan ingin bertemu denganmu "
" jeonha ..."
" rindu..." yoon memotong cepat ucapan da seom " rindu... seorang laki – laki pada seorang perempuan "
Da seom terkejut mendengar hal itu, bukankah itu berarti yoon menerima pernyataan perasaannya, da seom tak kuasa menahan airmatanya
" kenapa kau menangis ? seharusnya kau memelukku " kata yoon
" jeonha... ini karena hamba bahagia " jawab da seom
Yoon menyeka airmata da seom dan memandang gadis cantik itu lembut
" da seom – a... ingatlah... jangan biarkan siapapun mengandeng tanganmu seperti ini selain aku.. kau mengerti "
Da seom mengangguk mengiyakan perkataan yoon
" baguslah... bagaimana jika mulai sekarang kau memanggilku sayang... bukan jeonha" yoon mengoda da seom
" jeonha.." da seom Nampak malu " Jeonha... Sebaiknya anda pulang sekarang... Hari sudah sangat larut "
" Kenapa ? Kau mengusirku ? yaa !!! aku masih ingin disini "
Da seom menggeleng " hamba mengantuk sekarang, silahkan anda kembali ke istana "
" gadis jahat !!! bagaimana bisa kau mengusir kekasihmu !!!!"
" jeonha... hamba harus menyiapkan emosi hamba, ini terlalu mendadak dan sekarang... hamba malu " da seom memalingkan wajahnya
Yoon tersenyum " baiklah... aku pulang... aa.. da seom – a.. saat ulang tahunku nanti... aku akan menjemputmu...mengerti "
Da seom mengangguk, yoon kemudian melepaskan genggaman tangannya dan berdiri di depan da seom, da seom juga Nampak berdiri dan kemudian Da seom nampak membungkuk kemudian naik kekamarnya
" Da seom - a" yoon memanggilnya kembali
Da seom urung naik dan menoleh, pangeran mahkota memegang kedua bahunya dan menghadapkan da seon ke hadapan yoon
" Da seom - a... Jangan marah padaku karena aku membencinya, jangan mengacuhkanku karena aku juga membencinya, jangan sedih di depanku karena aku juga membencinya... Melihatmu seperti itu membuat dadaku sakit "
Da seom terdiam, sebuah senyum merekah terlukis dengan indah di wajahnya
Cuupp !! Yoon mengecup kening da seom, da seom nampak terkejut dengan sikap Yoon ini
" Aku pergi sekarang " suara Yoon terdengar lembut, ia masih sempat memeluk da seom sejenak sebelum akhirnya berlari pergi dan melompati pagar rumah da seom
Da seom masuk kedalam kamarnya dan tersenyum bahagia, dadanya berdegup tanpa henti, yoon juga membalas perasaannya dan itu membuatnya senang bukan kepalang
" Jeonha " da seom tersenyum bahagia
sebuah awal kebahagian, sebuah awal timbulnya kebencian dan semakin besarnya rasa kecemburuan, semua akan bermula menjadi bercampur aduk, rasa cinta, kebencian dan persaudaraan berbalut dalam sebuah drama yang di sebut pengorbanan