The Lost Existence

De RizkyT

20.3K 1.5K 280

Adakah mahkluk luar angkasa? Hal itu selalu menjadi pertanyaan di masa kecilku, ada berbagai planet, tata sur... Mai multe

Chapter 1, Part 0 - Prologue
Chapter 1 Part 1
Chapter 1 Part 2
Chapter 1 Part 3
Chapter 1 Part 4
End Of Chapter 1, Farewell Earth
Chapter 2 Part 1
Chapter 2 Part 2
Chapter 2 Part 3
Chapter 2 Part 4
Chapter 2 Part 6
Chapter 2 Part 7
Chapter 2 Part 8
End Of Chapter 2, The First Journey
Chapter 2 Notes
Chapter 3 Part 1
Chapter 3 Part 2
Chapter 3 Part 3
Chapter 3 Part 4
Chapter 3 Part 5
Chapter 3 Part 6
Chapter 3 Part 7
Chapter 3 Part 8
Chapter 3 Part 9
Chapter 3 Part 10
Chapter 3 End Fall Of The Empire
Chapter 4 Part 1
Chapter 4 Part 2
Chapter 4 Part 3
Chapter 4 Part 4
Chapter 4 Part 5
Chapter 4 Part 6
Chapter 4 Part 7
Chapter 4 Part 8
Chapter 4 Part 9
Chapter 4 Part 10
Chapter 4 Part 11
Chapter 4 Part 12
Chapter 4 Part 13
Chapter 4 Part 14
Chapter 4 Part 15
Chapter 4 Part 16
Chapter 4 Part 17
End Of Chapter 4, Start Of Tragedy
Last Chapter, Part 1
Last Chapter Part 2
Last Chapter Part 3
Last Chapter Part 4
Last Chapter Part 5
End Of Chapter 5

Chapter 2 Part 5

469 36 11
De RizkyT

'ZZZRRRROOOM'

"Yeeehaaaa"

Kami bergerak terbang dalam Mecha ini dengan kecepatan yang dapat membuat pesawat jet merasa malu. Allita terlihat girang karenanya dan berulang kali berteriak dari tadi.

"Keereeen, aku tidak pernah merasakan perjalanan secepat ini." Matanya tampak berbinar-binar merasakan kejadian saat ini.

"Aku telah meningkatkan performa dari engine Mecha ini, sekarang dia dapat bergerak 6 kali lebih cepat daripada biasanya"

"Ah benarkah berarti kita akan sampai 5 menit lagi, hmm Gildo tidak akan memarahiku karena aku tidak terlambat."

"Tapi hati-hati kita terbang dalam ketinggian yang sedang, masih ada pohon-pohon besar yang sampai ke ketiinggian ini, hei AWAAASS!!"

Aku melihat pohon yang besar berada tepat di depan jalur Mecha ini beberapa meter lagi.

"Cepat menghindar."

"Ya aku sedang berusaha." Allita berusaha keras menggerakkan kemudi ke arah kanan untuk menghindari tabrakan dengan pohon itu.

Kita selamat, hanya sekitar beberapa senti lagi dari pohon itu.

"Haah, haah, haah, SERRUUUU!!"

Kejadian ini malah membuat Allita senang matanya semakin melebar.

"Kamu tahu Mecha ini bisa terbang lebih tinggi lagi untuk menghindari tabrakan dengan pohon-pohon itu."

"Ah tidak apa-apa, aku suka kejadian yang menegangkan seperti ini, lagipula aku percaya dengan Fuco kita pasti akan selamat sampai tujuan."

Hahaha, aku tahu dia pasti berpikir seperti ini, tapi sebenarnya tidak masalah aku sudah menginstal auto pilot kepada Mecha ini, Mecha ini akan secara otomatis menghindari tubrukan apapun. Mecha ini dapat selamat dari kejadian tadi karena auto pilot ini.

Well dipikir-pikir ini pertama kalinya aku ke planet lain harusnya aku menyempatkan waktu untuk bersenang-senang. Meskipun aku sudah mengetahui keadaan alam di sini ketika di beri informasi dalam Spacecraft oleh Airi. Tapi mana mungkin aku bisa senang jika dipaksa informasi sebanyak itu, lagipula bukankah impianku dari dulu berjalan-jalan ke planet lain, mengitari alam semesta.

Pohon-pohon yang tumbuh tinggi berdaun merah dan tebing-tebing tinggi yang curam. Langitpun berwarna hijau karena perbedaan komposisi udara dengan bumi. Tidak ada salju yang dapat kuperhatikan, menurut informasi yang kudapatkan dari Airi, seluruh wilayah di planet ini beriklim tropis. Bagaimana mungkin ada planet seperti ini jika hanya disinari oleh satu bintang, tampaknya energi pada planet ini bukan hanya dari bintang yang menemaninya.

"Wah aku tidak menyangka kamu bisa mengubah Fuco menjadi seperti ini, aku sudah tahu kamu bisa mengerjakan hal yang luar biasa tapi tidak sampai seperti ini, apakah orang-orang di planetmu seperti kamu juga yah." Dia menghentakkan lamunanku.

"Aku berbeda dengan kebanyakan orang, tetapi bangsaku memang memiliki rasa ingin tahu yang tak terbatas, mereka terus berjuang terus berkembang, aku yakin suatu saat bangsaku akan terkenal di seluruh galaksi ini, tapi..."

Sejenak aku termenung membayangkan bangsaku yang telah punah.

"Kamu kenapa, apakah aku telah berkata yang salah?"

Dia terlihat khawatir melihat diriku yang diam tidak menjawab, tetapi aku tidak menggubrisnya.

"Apakah ada hubunganya dengan Styr?"

Mendengar kata itu rasa amarah terasa berkumpul di dadaku, tapi aku berusaha untuk meredamnya, Tidak mengamuk di dalam Mecha yang bergerak kencang ini.

"Tidak apa-apa, sebaiknya kita bersiap-siap sebentar lagi kita sampai di tujuan." Aku mencoba untuk tersenyum membalasnya.

"Eh iya."

Mecha ini bersiap untuk mendarat menuju sebuah padang yang cukup luas yang dikelilingi bukit yang cukup tinggi di sisi kiri dan kananya.

Fuco mengurangi kecepatanya dengan mengurangi tekanan engine-nya, sekitar 50 meter lagi dari tanah dan Mecha ini bergerak secara perlahan

Pendaratanya cukup lancar dan di padang ini terlihat 3 Mecha lain yang telah bersiap.

"Allita kenapa kamu lama sekali, apa yang kamu kerjakan?!!" Sumber suara ini berasal dari Mecha besar yang berwarna hitam yang menghadap ke arah kami. Mecha ini berbeda dengan Fuco, tidak bulat tetapi berbentuk seperti manusia dengan persenjataan yang terlihat di sekujur tubuhnya, tampaknya memang dirancang untuk bertempur.

"Eeeeeeh, bukanya aku udah datang lebih cepat yah, kok dimarahin sih."

"Kamu harus sigap kita sedang bertempur, kamu hanya lebih cepat dari biasanya, kamu datang lebih cepat tapi itu belum cukup."

"Sudahlah komandan, dia satu-satunya cewek di sini pasti keperluanya berbeda dengan kita jangan terlalu keraslah kepadanya" Sekarang Mecha berwarna hijau ikut dalam percakapan ini. Mecha ini bentuknya hampir seperti Fuco tapi tidak terlalu bulat dan terlihat lebih lincah. Mecha ini memegang sebuah senjata sejenis senapan dengan laras yang panjang, cocok untuk serangan jarak jauh.

"Terima kasih Curio." Alita berkata seperti berbisik ke arah Mecha hijau itu.

"Ya" Dia tampaknya menerima pesan dari Alita dengan mengacungkan jempol mecha-nya.

"Baiklah semuanya bersiap, Galia berapa lama kira-kira monster itu akan datang." Gildo melihat ke arah Mecha berwarna Orange. Mecha yang berukuran paling besar dan terlihat meriam yang sangat besar terletak di punggungnya, bentuknya sama seperti Fuco tetapi ukuranyalah yang membuatnya berbeda.

"Seharusnya 30 menit lagi monster itu akan datang jika dilihat dari lokasi terakhir kali monster itu terlihat oleh kamera pengintai dan dihitung kecepatan pergerakanya."

"Okay baiklah, Allita periksa keadaan sekitar melalui radar." Giliran Allita yang diberikan komando.

"Baik" Allita menekan tombol berwarna hijau dalam ruang kontrol Mechanya.

Layar di sebelah kiri Allita hidup yang menampilkan warna hijau gelap dan beberapa lingkaran berbeda ukuran di dalamnya.

"Kondisi aman, tidak ada gerakan yang mencurigakan."

"Baik, semua tetap siaga, jaga posisi kalian."

"Siap pak" Semuanya membalas bersamaan dan mengerakkan Mechanya ke posisi siaga.

"Huff" Allita bersantai di kemudi kokpitnya.

"Yah memang begini sih tiap hari kerjaan kami, menunggu serangan musuh kemudian kami bantai mereka sekaligus, meskipun makin lama makin kuat serangan mereka, tapi palingan 30 menit lagi mereka baru datang jadi kita bisa santai-santai dulu."

"Hahaha kamu yakin Allita bisa bersantai-santai." Aku menyengir sedikit kepadanya.

"Hm? Maksudmu apa Radit?" Mimik bingung terlihat pada wajahnya.

"Kamu lihat ada tombol baru berwarna merah di samping tombol hijau yang kamu tekan tadi"

"Hmm iya, aku baru sadar, eh tapi banyak sekali tombol baru apa sih yang kamu lakukan?"

"Sudah, coba tekan dulu tombol merah itu."

'Trring' Layar penunjuk radar itu sekarang berubah dan nampak lingkaran baru beukuran besar di ujung layar itu.

"Hah, apa ini?" Allita terkejut melihatnya.

"Aku sudah memodifikasi radarmu, dari jangkauan jelajah radar yang berjarak 20 kilometer sekarang dapat mengitari seluruh planet ini."

"Aku sudah mengeset jangkauan jelajahnya menjadi 50 kilometer dan menampilkan benda yang berukuran lebih dari 5 meter di radar, kamu lihat kumpulan dari lingkaran besar ini, ini adalah letak monster itu berada dan jumlahnya sekitar 50 ekor, dan tampaknya mereka bergerak di bawah tanah." Aku melanjutkan penjelasan.

"Hah, apa? Tidak mungkin, mereka tidak pernah bergerak sebanyak itu, lagipula radar yang bisa menjelajah mengitari planet ini, kamu pasti berbohong, kamu pasti gila."

"Hmm gila, tampaknya kata itu cocok untukku sekarang, yah tapi sebaiknya kamu percaya denganku."

Aku menyentuh layar radar itu kemudian membuat garis lurus dari kumpulan lingkaran itu menuju lokasi kami berada, muncul angka 140 di samping garis lurus itu.

"Kamu lihat angka yang keluar di samping garis lurus ini, radar ini dapat memperkirakan kecepatan pergerakan monster dengan jarak kita sekarang, mereka akan sampai sekitar 2 menit lagi."

Allita terdiam selama beberapa saat mendengar perkataanku itu.

"Komandan, ada masalah dari penampakan monster di radar , spesies Argio dan kira-kira jumlahnya sekitar 50 menyerang dari bawah tanah, Lalu... tampaknya mereka akan sampai ke arah kita sekitar 2 menit lagi."

Mereka semua terkejut mendengar perkataan Allita.

"Apa maksudmu Allita, tidak pernah Argio bergerak sebanyak ini, 2 menit? Jika memang 2 menit lagi setidaknya jejak mereka akan kelihatan dari sini."

"Hmm..." Allita tampaknya kebingungan menjawabnya.

"Hei Gildo." Aku tiba-tiba memotong percakapanya.

"Suara ini...? Apa yang kau lakukan di sini."

"Hah? Yah hanya bermain-main, dan Allita menjagaku dengan baik-baik, karena itu sebaiknya kau mendengarkan perkataanya."

"Aku tidak butuh bantuanmu dan sebaiknya kau diam saja, daripada harus aku yang membuatmu diam."

Amarah terdengar dari nada ancamanya.

"Ahahahaha, seram sekali, aku tahu meskipun kau dikepung oleh ratusan monster kau akan menang, akan selamat. Tapi sebaiknya kau mendengarkan perkataan Allita jika kau tidak ingin ditinggalkan sendirian oleh temanmu yang mati terbunuh, terbantai. Temanmu yang lain berbeda denganmu Gildo."

Gildo terdiam mendengar perkataanku tadi, dan keaadaan menjadi hening.

"Semuanya bersiap, jaga posisi mereka akan datang." Gildo berteriak mengomando semuanya.

"Siap Pak" Semuanya menjawab serentak.

"Waw aku tidak menyangka kamu bisa membuat komandan diam, kami semua sih pada nyerah kalo udah berdebat denganya."

"Sepandai apapun dia menutup pikiranya, aku tetap dapat melihat hati terdalamnya."

"Ah jadi kau baca pikiranya yah, pantesan aja"

"Sudahlah tidak usah dipikirkan, coba kamu lihat dengan teropong, monster itu sudah mulai terlihat." Aku menunjuk ke depan ke arah padang yang luas yang jaraknya masih cukup jauh dari tempat kami berada.

"Okay,bentar" Allita mengaktifkan sensor layar yang menyambung pada teropong jarak jauh untuk melihat ke arah yang ditunjukkan olehku.

"Eh benar, gumpalan pasir sebesar ini, jumlahnya benar-benar sebanyak 50, aku harus memberitahukan komandan." Dirinya terperanjat melihat pemandangan mengerikan itu, gumpalan pasir yang sangat besar dan bergerak cepat menuju sini.

"Tidak perlu" Aku menahanya.

"Dia tampaknya juga sudah melihatnya, sekarang dia juga sedang bersiap"

"Galia siapkan senjatamu bombardir mereka sebelum sampai ke sini". Suara Gildo terdengar memberi komando untuk berperang.

"Baik pak!"

Mecha Orange milik Galia mulai diaktifkan, moncong meriamnya diarahkan menuju gumpalan pasir yang besar itu.

"Curio jaga monster-monster yang lepas dari serangan Galia."

"Okay" Mecha berwarna hijau itu tampak sudah mempersiapkan senapanya dengan mode merunduk.

"Seraaang!!!"

Serangan demi serangan terus dilancarkan ke arah gumpalan pasir itu yang sekarang bergabung dengan ledakan api yang berwarna merah.

'Gruaaaghh' Terlihat ulat besar yang menggeliat dari gumpalan pasir itu yang diakhiri oleh senapan Curio yang tepat kepada sasaranya

Serangan mereka tampaknya efektif, meskipun ini masih belum cukup, sekitar belasan monster itu mati tetapi jumlah mereka masih banyak dan sudah sangat dekat melewati jarak efektif serangan Galia.

"Komandan kita tidak berhasil menahanya, gerakan mereka lebih cepat dari biasanya mereka sudah sangat dekat." Terdengar nada cemas dari perkataan Curio.

"Baiklah aku akan menghadangnya."

Gildo mempersiapkan Mechanya untuk menghadang monster-monster itu, pisau panjang terlihat di tangan kananya dan senapan laras pendek di tangan kirinya, bentuknya yang ramping dan terlihat lincah tampaknya memang disesuaikan dengan fungsinya untuk bertempur di jarak yang dekat.

"Galia ganti senjatamu untuk pertempuran jarak dekat, Curio cari posisi yang aman lindungi aku."

"Baik pak" Mereka menjawab secara bersamaan.

"Dan Allita jangan bengong-bengong saja, cepat berlindung."

"Eh eh iya." Allita segera menggerakkan mechanya bersembunyi di balik tebing, bergerak dengan gugup.

'Grrrooohhh' Gumpalan pasir itu semakin dekat, beberapa detik lagi akan sampai ke posisi Gildo berada. Gildo mempersiapkan senjata dan posisinya, untuk bertahan terhadap serangan monster-monster itu.

'GRUAAAAHHH' Sekitar 5 cacing besar keluar dari kumpulan pasir itu. Mulutnya menganga yang berdiameter sekitar 5 meter dengan gigi yang tajam yang mengelilingi mulutnya itu. Dan kelima cacing itu semuanya menuju Gildo.

Meski dikepung oleh monster sebanyak itu, mecha yang dikendarai Gildo tetap bergeming. Dia menebas dengan tepat melukai 2 cacing membelah bagian mulutnya, melompat menghindari serangan cacing dari kanan dan membalasnya dengan kecepatan yang sulit diikuti mata, bagaikan menari tapi sangat mematikan.

Gildo mengaktifkan senapan mesinya untuk memastikan cacing-cacing itu mati, darah hijau mengucur deras, tetapi tampaknya pertempuranya masih panjang. Karena ada gerombolan cacing yang datang dengan jumlah yang lebih banyak.

Galia dan Curio mulai membantu dengan meriam dan senapan laras panjangnya. Hal ini membuat tugas Gildo semakin ringan dan dia membantai cacing- cacing itu dengan lebih efisien.

"GRUAAAAHHH" Teriakan penuh kesakitan cacing-cacing itu bergema di tebing yang sempit ini.

"Waw, tampaknya tugasku sekarang sama lagi, cuman menunggu Komandan menghabiskan semuanya. Kukira bakal berbeda karena jumlah monster itu yang lebih banyak dari biasanya, ternyata sama saja." Allita tampak terkesima melihat kemampuan komandanya yang menghalau monster-monster itu.

"Seandainya boleh kurekam adegan ini pasti seru banget." Allita menyilangkan tangannya tampak bosan.

"Yakin nih  mau santai-santai saja?" Aku bertanya dengan nada sedikit misterius kepadanya.

"Apa lagi sih?" Dia terheran mendengar perkataanku.

"Ya aku juga mau ikut berperan, tapi lihatlah jika aku membantu malah aku akan menyusahkan mereka saja." Katanya melanjutkan.

"Bukan, bukan itu maksudku, monster ini adalah jenis Argios, cacing besar berukuran lebih dari 50 meter yang biasanya hidup di padang pasir. Mereka memang berkelompok, tetapi paling banyak hanya sekitar 20 ekor karena akan terjadi persaingan makanan jika lebih dari itu, bukankah hal itu sudah aneh menurutmu."

"Iya itu emang aneh, tapi mungkin saja ini kebetulan mereka menyerang secara bersamaan." Dia meragukan perkataanku.

"Tidak gerakan mereka sudah aneh, mereka sedang bergerak menuju kemari menyerang Mecha ini."

"Hah, apaan sih Radit? Tidak mungkin dia dapat mengetahui keberadaan kita, mereka menyerang mangsa menggunakan pendengaranya, dan saat ini mereka harusnya berfokus kepada Komandan Gildo." Tampangnya terlihat cemas mendengar perkataanku.

"Tidak usah khawatir, hal ini sudah kuperkirakan, kamu lihat ada pegangan kemudi baru yang terlihat di sisi kiri dan kananmu."

"Okay, ini maksudmu?" Dengan ragu-ragu dia memegang kemudi itu.

"Baiklah sekarang saatnya kamu berperan Allita, kita akan kalahkan rekor dari Gildo."

Aku menekan tombol kuning yang berada di bagian atas.

Tiba-tiba ruangan kendali ini menjadi terang benderang seperti mengaktifkan generator dengan energi yang sangat besar.

'AFU-60 Assault Mode Activate'

Continuă lectura

O să-ți placă și

133K 6.1K 36
"Dia seperti mata kuliah yang diampunya. Rumit!" Kalimat itu cukup untuk Zira menggambarkan seorang Zayn Malik Akbar, tidak ada yang tidak mengenal d...
4.3M 300K 47
"gue gak akan nyari masalah, kalau bukan dia mulai duluan!"-S *** Apakah kalian percaya perpindahan jiwa? Ya, hal itu yang dialami oleh Safara! Safar...
6.3K 1.3K 68
[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mere...
2.3M 204K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...