The Lost Existence

By RizkyT

20.3K 1.5K 280

Adakah mahkluk luar angkasa? Hal itu selalu menjadi pertanyaan di masa kecilku, ada berbagai planet, tata sur... More

Chapter 1, Part 0 - Prologue
Chapter 1 Part 1
Chapter 1 Part 2
Chapter 1 Part 3
Chapter 1 Part 4
End Of Chapter 1, Farewell Earth
Chapter 2 Part 2
Chapter 2 Part 3
Chapter 2 Part 4
Chapter 2 Part 5
Chapter 2 Part 6
Chapter 2 Part 7
Chapter 2 Part 8
End Of Chapter 2, The First Journey
Chapter 2 Notes
Chapter 3 Part 1
Chapter 3 Part 2
Chapter 3 Part 3
Chapter 3 Part 4
Chapter 3 Part 5
Chapter 3 Part 6
Chapter 3 Part 7
Chapter 3 Part 8
Chapter 3 Part 9
Chapter 3 Part 10
Chapter 3 End Fall Of The Empire
Chapter 4 Part 1
Chapter 4 Part 2
Chapter 4 Part 3
Chapter 4 Part 4
Chapter 4 Part 5
Chapter 4 Part 6
Chapter 4 Part 7
Chapter 4 Part 8
Chapter 4 Part 9
Chapter 4 Part 10
Chapter 4 Part 11
Chapter 4 Part 12
Chapter 4 Part 13
Chapter 4 Part 14
Chapter 4 Part 15
Chapter 4 Part 16
Chapter 4 Part 17
End Of Chapter 4, Start Of Tragedy
Last Chapter, Part 1
Last Chapter Part 2
Last Chapter Part 3
Last Chapter Part 4
Last Chapter Part 5
End Of Chapter 5

Chapter 2 Part 1

780 49 7
By RizkyT

Allita

Aaaah males banget deh, udah capek, becek, malah disuruh ke reruntuhan seperti ini. Padahal udah sejam jalan masih belum sampai-sampai juga. Sekarang harus mendaki ke jalanan yang terjal ini. Huh, males-malesan aja deh jalanya.

"Allita, cepet sedikit jalannya kamu, jangan malas-malasan seperti itu." Tiba-tiba komandanku yang berjalan di depanku menghardikku. Aku jadi kaget karena mendengar suaranya yang lantang. Namanya Gildo tubuhnya besar dan tinggi. Dia mengenakan seragam pelindung dan masker berwarna hitam keabu-abuan yang menutupi seluruh tubuh dan wajahnya, seperti yang dikenakan diriku juga. Yah wajar saja dengan kondisi alam seperti ini kulit yang tidak terlindung melupakan hal yang fatal bagi kami.

"Aku tahu kamu malas pergi ke tempat seperti ini, tetapi hanya kamu yang dapat mengidentifikasi benda asing itu, meteor yang tiba-tiba jatuh dari langit."

"Iya aku tahu komandan, tapi kenapa gak naik Mecha aja sih ke tempat itu." Aku membalas hardikan dia.

"Mecha itu terlalu mencolok, aku tidak ingin terjadi hal yang tidak dinginkan sehingga dapat merusak benda asing itu, kita akan bergerak secara diam-diam tanpa menarik perhatian musuh."

"Jika kamu tidak ingin lama-lama di sini, jangan malas-malasan." Dia menghardikku lagi.

"Iya, iya." Ah ngeselin banget deh aku terpaksa mengikuti perkataan komandan, terpaksa aku memanjat batu-batuan yang terjal ini.

"Sini tanganmu Alita." Suara yang ramah itu muncul dari pemuda di sampingku, dia menjulurkan tanganya kepadaku. Untungnya masih ada juga orang baik di sini.

Namanya Curio, dibanding yang lain dia terlihat lebih kurus. Dia sebenernya cukup tampan tapi sayangnya sekarang wajahnya tertutup masker. Oh iya team kami terdiri dari 4 orang, Gildo yang tubuhnya besar dan kekar itu sebagai komandan, Curio yang tadi menolongku bertugas sebagai penunjuk jalan, kemudian Galia tubuhnya gendut tapi instingnya bagus dia yang bertugas mengawasi jika ada musuh di perjalanan ini, yang terakhir adalah aku si cantik ini :D. Tugasku sih mengidentifikasi benda-benda asing, tetapi aah karena itu terpaksa aku ikut ekspedisi ini, sial.

Akhirnya berhasil juga kami lewati tebing yang curam tadi, yang dibaliknya terlihat pemandangan hijau yang membentang dengan pohon yang berwarna warni. Harusnya ini akan menjadi pemandangan yang indah seandainya tidak hujan gerimis seperti ini.

"Berhenti." Tiba-tiba Galia berteriak.

Dia mengeluarkan radar yang berbentuk kotak hitam berukuran kecil dari ranselnya kemudian mengaktifkanya.

'Tiiik... tiiik... tiiik' Radar itu mengeluarkan suara yang kecil dan berulang-ulang, ini pertanda ada sesuatu di dekat sini

"Ada alien jenis Rakonus berada sekitar 3 km dari sini, ukuranya sekitar 20 meter dan dia tipe hunter. Pergerakanya cukup cepat, dan sekarang bergerak menuju arah kita. Sekitar 1 menit lagi akan sampai."

"Baiklah semuanya aktikan Camouflage Suit." Komandan memberi perintah.

"Siap" Kami membalas bersamaan.

Jubah kami bersinar kemudian berganti menyamakan warnanya dengan lingkungan di sekitar kami. Penglihatan,penciuman dapat ditipu karena sudah digantikan sesuai dengan keadaan sekitar. Kami diam menunggu hunter itu tanpa melakukan pergerakan yang tidak penting.

Langkah kaki monster yang berukuran besar terdengar semakin jelas, hunter itu semakin dekat.

"NNGGGHUUUAAAAA" Hunter itu muncul dengan menghancurkan pohon-pohon di sekelilingnya kemudian meraung dengan keras.

Tubuhnya sangat besar berbentuk Reptil berwarna hitam kehijauan. Taringnya besar dan tajam, dan cakar-cakarnya yang panjang tampak di jari-jarinya yang berjumlah 4 pasang. Kemudian dia terdiam, dan pandangannya seperti melihat-lihat ke sekitar mencari kami. Penciumanya sangat tajam dan dia pasti sudah merasakan keberadaan kami tadi, tapi dengan camosuit kami penglihatan dan penciumanya sudah kami buyarkan. Dia tampaknya menyerah mencari kami dan pergi kembali ke semak-semak hutan. Langkah kakinya terdengar semakin kecil dia tampaknya sudah jauh.

"Hunter itu tampaknya sudah pergi, siap-siap untuk berangkat." Komandan berdiri dari tempat persembunyianya dengan masih mengaktifkan Camouflage Suit.

"Tetap aktifkan Camouflage Suit kalian, lokasi benda asing itu sudah dekat tetapi kemungkinan ada sarang Rakonus di sekitar sini, kita akan bergerak perlahan mulai dari sini."

Ah untunglah tampaknya sebentar lagi kita sampai ke benda asing itu, aku tidak ingin bertemu dengan reptil seperti itu lagi. Tapi apakah yang akan kita temukan dari benda asing tersebut? Apakah sesuatu yang lebih menyeramkan dibandingkan dengan predator tadi?

Kami telah berjalan sekitar 30 menit, melewati reruntuhan dan tanah berlumpur yang kurang bersahabat. Jika kami berjalan seperti biasa tanpa mengaktifkan Camouflage Suit mungkin kami akan datang lebih cepat, tapi yang penting kami sudah sampai ke tujuan. Ke benda asing tersebut, yang tidak kusangka adalah sesuatu yang menakjubkan.

Benda apakah ini? Ukuranya sangat besar berbentuk bulat berwarna putih, diameternya mungkin melebihi puluhan kilometer, tetapi hal yang sangat mengagetkan meskipun benda ini turun dengan sangat cepat tapi tidak membentuk ledakan yang sangat besar. Seharusnya ukuranya yang sebesar ini dapat membuat kawah yang sangat luas, tetapi nyatanya tidak ada tanda-tanda ledakan terjadi, sepertinya benda ini mendarat dengan aman. Kembali aku menanyakan apakah benda ini dalam hati? Hal yang paling mungkin untuk disimpulkan, benda ini adalah pesawat ruang angkasa. Tetapi benda ini terlalu aneh untuk menjadi pesawat ruang angkasa, bagaimana cara benda ini dapat terbang, dimanakah pendorongnya, bahkan aku tidak melihat pintu masuk untuk kedalamnya dan aku tidak dapat membayangkan apa yang sebenarnya dibawa benda ini.

"Alita menurutmu benda apa ini?" Komandan bertanya kepadaku.

"Ah, hmm, aku agak ragu benda apa ini sebenarnya, tapi menurutku ini pesawat ruang angkasa meskipun tidak kelihatan bagaimana benda ini dapat terbang." Aku menjawabnya dengan ragu-ragu sambil memegang dahiku.

"Hah, ternyata kau berpikir begitu juga, jika memang benda ini adalah pesawat ruang angkasa pasti ada penumpang yang dibawanya, semua bersiap-siap."

"Kita akan coba mendekati benda tersebut semua tetap berhati-hati, Galia periksa keadaan jika ada monster yang mendekat." Komandan berkata kepada Galia dengan memberi isyarat menggunakan tanganya.

"Baik komandan!" Galia segera menjawabnya.

Kami bergerak dengan hati-hati mendekati benda tersebut. Tidak bisa kubayangkan jika ini memang benar pesawat ruang angkasa. Mendarat secara aman dengan kecepatan yang tinggi pasti penghuninya memiliki teknologi yang sangat canggih. Lalu mengapa mereka datang kesini, planet kami sedang kesusahan karena musibah yang melanda, kami sedang mencari bantuan dari berbagai sumber yang ada bukan masalah lagi yang kami inginkan. Aku terus berpikir kemungkinan yang bisa disimpulkan sambil berjalan. Kemudian tiba-tiba benda itu bergerak setelah kami berada agak dekat. Benda itu memancarkan sinar yang sangat terang yang menyilaukan kami.

"Aaakh"

Dengan reflek aku menutup mataku akibat pancaran sinar tersebut.

'Ckrek'

Sebuah pintu terbuka dari tengah benda asing tersebut kemudian muncul seseorang dari dalamnya. Perawakanya tampak seperti bangsa kami dan dia mengenakan baju lusuh yang berwarna putih dan rambutnya panjang berwarna putih juga. Dia berjalan lambat menuju kami, tetapi aku merasakan hal yang aneh. Tanah terasa seperti bergetar, dia berjalan secara biasa tapi aku merasa seperti suatu badai besar yang menuju kami.

"Jangan bergerak!!" Komandan berteriak kepadanya, tampaknya hanya komandan yang dapat bergerak dengan tekanan besar seperti ini, kami semua hanya bisa terdiam.

"Siapa kau, apa keinginanmu datang ke sini?" Sekali lagi komandan berteriak kepadanya.

Orang itu hanya diam mendengar perkataan komandan, kemudian dia menatap kami, hal pertama yang menarik perhatianku adalah matanya, matanya berwarna hitam pekat dengan bintik putih di tengahnya, tetapi terang bersinar bagaikan berlian yang sangat indah. Tetapi tatapanya semakin membuat kami terdiam,tatapanya sangat menusuk, tubuhku menggigil dan bergetar tiada henti hingga membuat diriku merunduk.

"Bangun kalian semua!" Komandan satu-satunya yang masih bertahan oleh tekanan yang besar ini berteriak kepada kami, membuat kami tersadar dari tekanan besar itu.

"Siapkan senjata kalian, kita akan tembak secara bersamaan."

"Tapi komandan bukankah kita akan meneliti dulu apakah dia berguna untuk kita?" Aku terheran mendengar perkataan komandan.

"Liat apa yang telah dia lakukan, apa menurutmu orang ini dapat diajak bekerja sama."

Aku melihat kesekitar, tanah bukan hanya bergetar tapi bahkan sekarang sudah retak, dan aura tekanan yang kurasakan darinya terasa semakin besar.

"Cepat siapkan senjata kalian, sekarang!!"

"Baik pak!" Kami segera mengambil posisi dan mengarahkan senjata kami ke orang itu.

"TEMBAAAKK!!"

Laser biru ditembakkan melalui senjata kami, laser biru itu dapat melelehkan lempengan baja yang sangat tebal, aku tidak dapat membayangkan jika senjata ini diarahkan ke manusia biasa, mungkin dia akan menguap tidak tersisa lagi.

Tidak ini tidak seperti yang kubayangkan, laser yang kami tembakkan ditahan hanya dengan tangan kanannya, bahkan laser itu menjadi gumpalan cahaya di tanganya. Kami terus menembak ke arahnya tapi tidak berguna, laser yang kami tembakkan tetap ditahan olehnya bahkan hanya membuat gumpalan cahaya itu semakin besar. Dan akhirnya kami berhenti menembaknya karena sadar yang kami lakukan tidak berguna.

Setelah kami berhenti menembak, gumpalan cahaya itu tampak berubah bentuk. Gumpalan cahaya itu terus berubah dan tidak jelas akan menjadi seperti apa.

Gumpalan cahaya itu mengeluarkan sinar yang sangat terang menyilaukan mataku, dan secara reflek aku menutup mata. Setelah sinar itu reda aku mencoba membuka mata dan aku terkejut melihat penampakan baru dari gumpalan cahaya itu.

2 buah pedang besar dipegang di tangan kanan dan kirinya. Pedang itu bergerigi dan tampak sangat tajam. Aku yakin pedang itu dapat membelah kami dalam sekejap meski kami menggunakan jubah terkuat sekalipun.

Dia melihat ke arah kami kemudian bergerak secara pelan. Apakah dia sekarang sudah bersiap untuk membalas kami? Tubuhku gemetar ketakutan membayangkan apa yang akan terjadi.

"Bersiap semua!" Komandan berteriak kemudian bersiaga mempersiapkan senapan di tangan kananya dan pisau belati di tangan kirinya

"Tapi Komandan serangan kita tidak ada yang mempan terhadapnya, menurut saya keputusan yang paling baik adalah mundur dahulu dan mempersiapkan strategi selanjutnya." Kata Curio,  terlihat dia meragukan keputusan komandan.

"Tidak , lihat sekitarmu ada tamu yang tidak diundang yang mau ikut jamuan kita sekarang."

Aku segera meperhatikan sekelilingku dan mempersiapkan senjata, tanah bergetar tanpa henti dan terdengar suara gemuruh yang kencang. Aku teringat bahwa ada sarang Rakonus di sekitar sini, mungkin kegaduhan yang kami buat tadi memancing mereka datang ke sini. Aku memperhatikan orang asing berambut putih itu, dia terlihat diam siaga, tapi pandanganya tajam bukan seperti mangsa yang diburu tapi bagaikan pemburu yang menunggu mangsanya.

Suaranya semakin kencang, mereka tampaknya sudah dekat.

'BRAAAKK'

Dari balik pepohonan muncul Rakonus yang meloncat siap untuk menghujam, Rakonus itu sangat besar Rakonus ini bukanlah hunter tapi soldier, ukuranya lebih besar sekitar 30 meter dan cakar dan taringnya berukuran 2 kali lipat lebih panjang, benar-benar dilahirkan sebagai petarung. Dan taring yang panjangnya sekarang dihujamkan ke orang berambut putih itu . Jaraknya hanya beberapa senti lagi dan itu membuat diriku merinding hingga menutup mataku. Rakonus itu siap mengoyak-ngoyak tubuh orang itu.

"GRUAAAHH"

Apa ini aku merasakan sesuatu yang hangat di sekujur tubuhku. Aku membuka mataku dan melihat tubuhku sudah dilumuri dengan cairan hangat berwarna hijau. Darah!!

"Kyaaa"

Aku histeris melihatnya, Rakonus itu terpenggal kepalanya yang membuat darah bercucuran, tapi bukan hanya kepalanya, tubuhnya terpenggal menjadi 5 bagian, hal apa yang membuat petarung yang ganas itu menjadi seperti ini.

"Atilla jaga posisimu, kita sekarang sedang terkepung, ambil kembali senjatamu!" Komandan memanggilku yang membuat ku tersadar.

Aku segera mengambil senjata yang terjatuh ketika aku teriak tadi kemudian melihat ke sekitar. Ada sekitar 10 Rakonus tipe hunter yang mengepung kami. Tapi pandangan mereka bukan ke arah kami tetapi ke arah orang berambut putih itu.

Rakonus itu berlari menerjang ke arah orang berambut putih itu. Sekitar 5 Rakonus sudah mengepungnya bersiap untuk mengoyak-ngoyak orang itu.

Aku dikejutkan kembali melihat kejadian yang menakjubkan ini. Orang itu hanya mengangkat senjatanya dengan tangan kananya tetapi Rakonus itu sudah terbelah-belah. Bahkan potongan kepala Rakonus itu jatuh ke sebelahku. Aku bergidik melihatnya.

Rakonus-rakonus itu meraung dengan kencang, tampak sangat marah melihat saudara-saudarnya mati secara menggenaskan. Sepuluh bukan tetapi belasan Rakonus menerjangnya secara membabi buta. Normalnya orang biasa akan memohon doa melihat belasan Rakonus yang mengamuk menerjang sebanyak ini. Akan tetapi berbeda dengan dia, dirinya tetap tenang melihatnya malahan dia seperti kebosanan.

Raungan-raungan terus terjadi tapi hanya darah hijau yang mengucur, bahkan sungai hijau terbentuk karenanya, dan di tengah mata air sungai ini terlihat seseorang bagaikan menari. Orang itu bagaikan menari secara lambat dan elegan tetapi sangat mematikan. Gerakanya yang lambat itu telah membuat mayat-mayat bergelimpangan di sekitarnya. Apakah gerakanya mengelabuiku, apakah sebenarnya dia bergerak sangat kencang sehingga membuat ilusi mata. Jarak aku denganya sekitar 50 meter, seandainya aku lebih dekat lagi apakah aku juga akan terbelah-belah seperti Rakonus yang malang itu? Bayangan itu membuat diriku terdiam dan merinding tak berhenti.

'DUARRR'

Terdengar suara tembakan di dekatku. Aku melihat Rakonus yang gosong tampak tertembak di depanku.

"Attila kamu tidak apa-apa?" Curio berkata kepadaku, dirinya tampak khawatir.

"Ya, aku tidak apa-apa." Aku segera membalasnya untuk menghilangkan kekhawatiranya.

"Aku tahu kamu terkagum melihat pemandangan menakjubkan seperti ini, tapi kita tetap harus waspada."

"Tampaknya beberapa Rakonus mulai menyadari keberadaan kita dan mengalihkan perhatianya kepada kita."

Aku bergegas mempersiapkan senjataku dan mempertahankan posisi.

"Okay, tidak usah khawatir."

Aku menembakkan senjataku ke arah Rakonus yang menerjang, tubuh Rakonus itu sekarang gosong terbakar.

"Aku tahu situasi kita sekarang, akan kubantai semua Rakonus yang menyerang." Aku membalasnya dengan mantap.

"Hm baguslah jika kamu sudah semangat." Curio mengucapkanya sambil tersenyum.

Rakonus itu semakin banyak menyerang kami dan gerakanya semakin membabi buta, jumlah Rakonus yang menyerang kami masih lebih sedikit dibandingkan orang berambut putih itu tetapi cukup untuk membuat kami kesusahan.

"Pertahankan posisi kalian, nyawa kita semua ada di tangan kalian semua, jangan melakukan tindakan yang ceroboh." Komandan berseru kepada kami.

Kami membentuk lingkaran yang melindungi dari 4 arah, tiap orang di sini melindungi punggung teman-teman yang lain, tindakan yang ceroboh sedikitpun dapat menghilangkan nyawa dari semua team. Kami semakin lelah akibat serbuan yang semakin brutal ini, untuk merubuhkan Rakonus ini tidak cukup dengan sekali tembakan, harus berkali-kali tembakan baru benar-benar roboh.

Haah, haah, haah. Nyaris saja cakarnya terhujam di wajahku. Aku sudah benar-benar lelah, aku sudah sampai di ambang batas.

Tiba-tiba Rakonus-rakonus itu meraung-raung kecil seperti memberi isyarat. Rakonus yang mengepung kami itu mundur, apakah mereka sudah menyerah? Apakah kita sudah selamat?

"Bersiap-siaplah terhadap serangan terakhir?"

"Apa?!" Aku kaget mendengar kata-kata komandan.

"Rakonus itu bukan tipe yang mengenal kata menyerah, sisa-sisa dari pejuang mereka itu akan menyerbu secara bersamaan"

"Ada sekitar 50 Rakonus yang tersisa dan mereka akan menyerang kita sampai titik darah penghabisanya, tanpa mengenal rasa takut ataupun mati."

"Ini saatnya untuk berdoa, akupun merasa sulit untuk menghadapinya." Komandan mencoba menyemangati kami tapi terdengar nada khawatir dari kata-katanya.

Mereka meraung tanpa henti, bagai meneriakkan semangat untuk rekan-rekanya .

Mereka menyerbu ke arah kami, hentakan kaki mereka membuat tanah bergetar kencang. Cakar dan taring mereka yang panjang membuat mereka terlihat sangat menyeramkan, dan cakar dan taring itulah yang akan mereka hujamkan kepada kami, sekali-kali mereka meraung kencang penuh amarah.

Apakah kami dapat bertahan, melawan sesuatu yang bagaikan badai besar yang dapat mengoyak tubuh kami dalam sekejap.

Aku melihat ke arah pria asing berambut putih itu, dirinya tampak tenang, benar-benar tidak ada kegelisahan yang nampak darinya. Yah dia pasti hanya menganggap sepele hal ini, tapi tidak dengan kami, nyawa kami benar-benar di ujung tombak sekarang.

"Siapkan posisi kalian." Komandan memberi komando kepada kami

"TEMBAAAKK!!"

Kami menembak Rakonus-Rakonus itu yang jaraknya hanya tinggal 50 meter dari kami, tapi Rakonus ini berbeda dari biasanya, mereka semakin kuat semakin susah diruntuhkan.

"GRUAAAHH"

Aku merobohkan salah satu Rakonus itu tapi di belakangnya tiba-tiba muncul Rakonus yang bersiap menyerang diriku. Tidak, tidak,tidak. Rakonus itu berhasil lolos, cakarnya dihujamkan tepat ke arah wajahku, hanya tinggal sekitar satu centimeter lagi. Apakah nyawaku akan berakhir di sini?

Terdengar seperti sabetan pedang di dekat wajahku. Aku melihat tangan yang tampak terbelah dan terpental, cakar Rakonus yang seharusnya dihujamkan kepadaku berganti dengan darah hijau yang bercucuran kencang.

Bukan hanya Rakonus tadi, yang lain juga terbelah-belah dalam sekejap dan aku melihat sekelebat bayangan, orang berambut putih itu, dialah yang telah menolong kami. Tetapi dia nampak tidak sendirian aku melihat seseorang yang mirip denganya, bukan hanya satu tapi beberapa yang menebas Rakonus-Rakonus itu dengan kejam. Ilusikah atau bayangan atau dia bergerak sangat cepat hingga tersisa jejak bayanganya. Meskipun sebenarnya pertanyaan itu tidaklah penting karena diriku sedang terkagum-kagum denganya yang telah menghabisi Rakonus berjumlah 50 itu dalam hitungan beberapa detik.

Kemudian danau berwarna hijau terbentuk dari darah Rakonus yang terbantai tadi, dan di tengahnya terdapat orang berambut putih itu. Apakah dia musuh, atau teman atau mungkin dialah yang akan menjadi penolong kami. Apapun itu aku tidak berani untuk melangkahkan kakiku karena mungkin saja aku yang akan menjadi korbannya selanjutnya. Kami bersiap siaga menunggu apa yang akan dilakukanya selanjutnya tetapi dia hanya terdiam tidak melakukan gerakan apapun.

'Brukk'

Hah? Aku kaget melihatnya, setelah semua ini dia akhirnya terjatuh, pingsan.

---

Terima kasih sudah membaca chapter 2 dari The Lost Existence, mohon kritik dan saranya untuk memperbaiki cerita saya.

Comment dan vote akan sangat saya hargai

Continue Reading

You'll Also Like

1K 168 8
Ayolah, Vader menargetkan misi baru? Lebih konyolnya monster tua itu memerintahkan Lima Leanders Bersaudara yang beringas dan berotak encer untuk men...
34.5K 207 21
π˜Ύπ™€π™π™„π™π˜Ό π™ˆπ™€π™‰π™‚π˜Όπ™‰π˜Ώπ™π™‰π™‚ π™π™‰π™Žπ™π™ 18+, π˜Ώπ˜Όπ™‰ 21+, π˜½π™Šπ˜Ύπ™„π™‡ π˜Ώπ™„ π™‡π˜Όπ™π˜Όπ™‰π™‚ π™ˆπ˜Όπ™ˆπ™‹π™„π™!!! πŸ”žπŸ”žπŸ”ž menceritakan seorang pria bernama A...
12.2K 897 20
Harap maklumi cara mengetik cerita pertamaπŸ’β€β™€οΈ
4.3M 300K 47
"gue gak akan nyari masalah, kalau bukan dia mulai duluan!"-S *** Apakah kalian percaya perpindahan jiwa? Ya, hal itu yang dialami oleh Safara! Safar...