MARIPOSA : MASA SEANDAINYA

By Luluk_HF

391K 43.8K 6.8K

Mariposa masa seandainya adalah "what if" dari Mariposa Universe. Mengisahkan Iqbal dan Acha dengan alur "SE... More

WAJIB DI BACA
PROLOG
1 - SUARA LONCENG
2 - MARIPOSA TELAH KEMBALI
3 - REUNI SMA ARWANA
4 - DOKTER MAGANG CANTIK
5 - HAI
6 - LONG TIME NO SEE
7 - PERTEMUAN KEDUA
8 - OBROLAN KLISE
9 - STALKER
10 - TIDAK TENANG
11 - JAWABAN JUJUR
12 - MELUPAKAN
13 - PENASARAN
14 - JENDELA MASA LALU
15 - PERTANYAAN
16 - PERMINTAAN TAK TERDUGA
17 - TRAGEDI SANDWICH TUNA
18 - KEBERATAN NGGAK?
MARIPOSA : MASA SEANDAINYA (SPESIAL PART AND EXTEND PART 18)
19 - HARI PERTAMA KERJA
20 - SITUASI
21 - CANGGUNG
22 - KECEROBOHAN
MARIPOSA : MASA SEANDAINYA EXTEND PART 22
23 - UCAPAN TERIMA KASIH
24 - CANTIK
25 - REALIZE
MARIPOSA : MASA SEANDAINYA (SPESIAL PART LAST MEETING & IQBAL P.O.V)
26 - KALI INI
27 - SEBUAH IDE
28 - HARI PEMOTRETAN
29 - AWAL RENCANA
30 - SANDWICH TUNA
31 - PERTANYAAN MENDEBARKAN
32 - MEYAKINKAN
33 - LAKUIN
SPESIAL PART PENOLAKAN IQBAL DAN HUKUM NEWTON III
34 - COWOK GILA
35 - ALERGI
37 - PENOLAKAN TEGAS
38 - BUKTI PERJUANGAN
39 - PERINGATAN
MARIPOSA : MASA SEANDAINYA EXTEND PART 39
40 - PENGORBANAN GILA
41 - KHAWATIR
42 - RUMOR

36 - RIVAL

7K 910 205
By Luluk_HF


Acha merebahkan tubuhnya di atas kasur sembari menghela napas panjang. Entah kenapa hari ini terasa begitu berat untuk perasaannya. Dalam satu hari Acha harus bertemu dengan dua cowok yang membuatnya gusar.

Yang pertama, Acha tak sengaja bertemu Iqbal di rumah sakit dan akhirnya menemani cowok itu sebentar hingga meminum obatnya.

Setelah meninggalkan Iqbal, Acha bertemu dengan temannya untuk mengambil catatannya dan Acha tak menyangka jika saat ingin pulang Atlas menunggunya di depan ruang istirahat dokter magang. Akhirnya, Acha menerima tawaran Atlas untuk pulang bersama.

"Apa Acha harus buka hati Acha untuk Kak Atlas?"

Acha tiba-tiba memikirkan hal ini sejak Iqbal menyatakan perasaannya.

"Dengan begitu, Iqbal bisa nyerah suka sama Acha."

Entahlah, Acha sendiri belum yakin dengan keputusannya ini. Apa sebenarnya yang diinginkan hatinya. Jujur, Acha masih sangat bimbang.

Lamunan Acha terbuyarkan saat ada ponselnya bergetar. Acha mengeluarkan ponselnya dari saku celana dan mendapati ada dua pesan bersamaan dari Iqbal dan Atlas.

Acha menghela napas lebih panjang, sungguh timing yang sangat tepat sekali. Acha membuka pesan dari Atlas terlebih dahulu.

Dokter Atlas

Besok sepulang jaga mau nonton bareng, nggak?

Acha tak langsung membalas, kini ia berganti membaca pesan dari Iqbal.

Iqbal Guanna

Thank you for today, Natasha.

Acha berdecak pelan setelah membaca pesan dari Iqbal.

"Emang Acha lakuin apa sampai Iqbal ucapin makasih!"

Acha terdiam sebentar, memikirkan tawaran Atlas. Detik berikutnya, Acha mencoba meyakinkan dirinya.

"Acha hanya perlu mencoba dulu."

Setelah itu, Acha membalas pesan Atlas dan menerima ajakan cowok itu nonton bersama besok. Sementara pesan Iqbal, Acha mengabaikannya dan tak berniat untuk membalasnya.

Acha memejamkan matanya sejenak hingga tanpa sadar ia langsung terlelap. Acha bahkan belum mengganti bajunya terlebih dahulu. Tubuh dan pikirannya mendadak lelah hari ini. Padahal Acha tidak melakukan pekerjaan apapun. Sungguh aneh.

****

Iqbal memeriksa kembali soal-soal yang sudah dibuatnya beberapa hari ini. Minggu depan ujian tengah semester sudah dimulai dan Iqbal harus sudah menyerahkan soal UTS miliknya paling lambat hari ini.

Pengalaman ini sangat baru bagi Iqbal dan tentu saja tidak mudah. Untungnya Iqbal mendapatkan banyak bantuan dari beberapa dosen lainnya. Iqbal sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan universitas maupun dosen dan mahasiswanya.

"Finally, done."

Iqbal menyenderkan tubuhnya di kursi, merasa lega setelah mengirimkan soal tersebut ke bagian fakultas melalui email.

Iqbal cukup puas dengan soal-soal yang dibuatkannya. Menurut Iqbal soal yang ia buat tidak begitu sulit namun juga Iqbal tidak ingin terlalu memudahkan. Iqbal juga ingin memberi pengalaman baru bagi semua mahasiswa dan mahasiswi yang diajarkannya.

Iqbal melirik jam tangannya, menunjukkan pukul sebelas siang. Masih ada dua jam lagi sebelum jadwal mengajar siangnya dimulai.

Iqbal segera berdiri dan mengambil ponselnya ada di meja. Iqbal memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu.

****

Keadaan cafetaria tidak cukup ramai, karena Iqbal memang memilih ke cafetaria kampus yang ada di dekat gedung fakultasnya. Universitas Arwana memiliki dua cafetaria dan yang paling besar berada di dekat gedung rektor.

Mungkin karena masih jam kuliah, para mahasiswa dan mahasiswi tidak terlihat di sekitaran cafetaria.

Iqbal membawa nampan yang berisikan sepiring gado-gado dan jus semangka. Kemudian mengambil duduk di meja paling ujung agar bisa makan lebih tenang.

Iqbal menikmati makan siangnya dengan pemandangan danau buatan yang berukuran kecil di sebelah fakultasnya, angin siang pun terasa cukup sejuk.

"Boleh ikut duduk?"

Perhatian Iqbal langsung teralihkan, ia menatap ke depan dan sedikit kaget melihat sosok Atlas tiba-tiba berdiri di depannya dengan membawa nampan makanan.

Iqbal kemudian mengangguk.

"Sure," jawab Iqbal dengan tenang.

Atlas tersenyum tipis dan segera duduk di hadapan Iqbal. Untuk beberapa saat mereka sama-sama diam dan fokus dengan makanan masing-masing.

Iqbal sendiri tidak terlalu peduli dan tidak terganggu juga. Toh salah satu kelebihannya adalah bersikap dingin ke orang lain.

"Gue Atlas," ucap Atlas tiba-tiba memperkenalkan dirinya.

"Gue tau," balas Iqbal singkat.

"Lo pasti Iqbal, kan?"

"Hm."

Atlas menghentikan aktivitas makannya dan menaruh sendoknya. Kali ini, Atlas sengaja memfokuskan pandangnya ke Iqbal.

"Gue cukup banyak tentang lo."

"Sori, gue nggak tau tentang lo," balas Iqbal dengan wajah tanpa dosanya.

Atlas tersenyum tipis, tidak terlalu kaget dengan sikap dingin Iqbal. Sejak mulai mendekati Acha, Atlas memang sudah mencari tau tentang gadis yang disukainya. Terutama kisah Acha yang mengejar-kejar Iqbal ketika masih SMA.

"Sepertinya lo nggak suka basa-basi, jadi gue akan langsung aja."

"Silahkan."

Atlas menghela napas pelan, menyiapkan rangkaian kalimat yang siap untuk ia luapkan dari kepalanya.

"Gue suka sama Acha sejak lama dan gue lagi ngejar Acha sekarang. Jujur, kedatangan lo yang nggak terduga setelah enam tahun Acha berusaha lupain lo cukup buat gue terganggu. Tapi tenang aja, gue bisa pastikan akan buat Acha sepenuhnya lupain lo."

Iqbal tak menyangka Atlas benar-benar akan sebablakan ini di pertemuan resmi mereka.

"Dan gue juga tau, lo sekarang lagi ngejar Acha. Jadi gue harap kita bisa bersaing dengan adil. Siapa pun yang akhirnya diterima oleh Acha, pihak lain harus bisa menerima keputusan Acha."

Iqbal mengembangkan senyumnya dengan tatapan yang fokus ke Atlas. Detik berikutnya, Iqbal berdiri hendak beranjak. Sebelum itu, Iqbal sempatkan memberikan kalimat terakhirnya untuk Atlas.

"Tenang aja, gue juga bisa pastikan Acha akan terima gue."

Atlas hanya bisa terdiam mendengar pengakuan Iqbal. Ia melihat kepergian Iqbal yang penuh percaya diri. Atlas menghela napas berat, ternyata sosok Iqbal lebih kuat dari yang dikiranya.

"Kita lihat saja."

*****

Mulut Acha terbuka dengan lebar saat melihat deretan kotak berisikan sushi yang cukup banyak di hadapannya. Bahkan sushi sebanyak ini bisa untuk semua orang di IGD.

Acha menarik satu note yang ada di samping paperbag.

Have a good meal, Natasha.

Terlalu jelas bagi Acha siapa pengirim semua makanan yang begitu banyak ini. Tentu saja Iqbal. Acha meremas note tersebut, berusaha untuk sabar.

Pandangan Acha beralih ke teman-teman dokter dan beberapa perawat yang ada di ruang istirahat. Mereka menatap Acha dengan penuh harap, seolah menunggu izin Acha.

Melihat tatapan mereka membuat Acha tidak tega untuk membungkus kembali makanan-makan tersebut. Padahal Acha berencana ingin mengembalikannya.

"Ayo makan," ajak Acha, memaksakan senyumnya.

Suara sorak sorai dan ucapan makasih terdengar memenuhi ruang istirahat. Mereka semua langsung duduk dan menyerbu makanan yang ada di meja.

"Pacar Dokter Acha beneran romantis banget."

"Pacar Dokter Acha terbaik!!!"

"Sudah ganteng, sopan, perhatian banget. Idaman banget pokoknya!"

Acha hanya bisa mengangguk-angguk dan tersenyum paksa ketika mendengar pujian tersebut. Acha yakin, mereka pasti sempat melihat Iqbal saat memberikan sushi-sushi ini.

"Iqbal bukan pacar Acha!!!"

Ingin rasanya Acha meneriakan kalimat itu. Namun, Acha berusaha menahannya karena tak ingin merusak suasana. Acha memilih menjelaskannya saat mereka semua sudah selesai makan.

"Dokter Acha nggak ikut makan? Sini makan bareng."

Rasa lapar Acha sudah hilang sejak ia melihat deretan sushi di atas meja. Acha dengan terpaksa ikut duduk dan menelan sushi tersebut dengan susah payah. Baru kali ini Acha memakan sushi dengan perasaan hampa.

"Sebenarnya apa rencana Iqbal!"

****

Acha merapikan rambutnya, sore ini ia sudah janji akan nonton bersama dengan Atlas. Entahlah, Acha tidak bisa menggambarkan jelas perasaannya sekarang bahkan sampai detik ini pun Acha masih belum memutuskan untuk membuka perasaannya untuk Atlas atau tidak.

Ponsel Acha berdering, ada pesan dari Atlas yang mengabarkan jika cowok itu menunggunya di parkiran lobby rumah sakit.

Acha mempercepat aktivitasnya, ia memasukan ponsel dan dompetnya ke dalam tas. Terakhir, Acha memeriksa kembali riasan tipisnya.

"Cantik," puji Acha untuk dirinya sendiri.

Setelah itu Acha bergegas keluar dari ruang ganti. Ia berjalan menuju parkiran lobby untuk menghampiri Atlas.

Jujur, Acha sangat berharap hari ini akan terasa menyenangkan agar hatinya lebih yakin untuk mengambil keputusan.

Acha melihat Atlas tengah berdiri di depan mobilnya sembari melambaikan tangan, tak lupa senyum hangat cowok itu yang tak pernah hilang saat melihat Acha.

Acha mempercepat langkahnya.

"Kak Atlas nunggu lama? Maaf," ucap Acha sedikit tidak enak.

"Nggak lama kok."

Atlas segera membukakan pintu mobilnya untuk Acha. Setelah memastikan Acha sudah duduk, Atlas menyusul segera ikut masuk mobil.

"Mau nonton apa, Kak?" tanya Acha yang memang tidak tahu film yang ingin ditonton oleh Atlas.

"Ada film horor terbaru yang lagi rame. Gue udah pengin nonton dari minggu lalu," jawab Atlas sembari menjalankan mobilnya.

Acha manggut-manggut.

"Lo nggak takut film horor, kan, Cha?"

Acha tersenyum kaku.

"Sedikit Kak."

"Tenang aja, kalau nanti lo nggak nyaman kita bisa keluar di tengah film."

Acha mengembangkan senyumnya kembali, entah mengapa mendengar ucapan Atlas barusan malah membuat Acha merasa bersalah. Cowok sebaik dan setulus Atlas

Acha terus mempertanyakan dirinya sendiri, bagaimana bisa dia menyia-nyiakan cowok sebaik dan setulus Atlas. Namun, Acha juga tidak ingin memaksakan hatinya yang tidak pernah berdebar saat bersama Atlas.

"Cha serius lo mau sia-siain Kak Atlas?"

***

Dengan segala keberanian yang ia punya, Acha berhasil menonton film horor pilihan Atlas hingga selesai. Sebenarnya filmnya cukup seram, namun Acha menahannya. Acha tidak tega jika meminta keluar di tengah film karena Atlas terlihat sangat ingin menonton film tersebut.

Sementara Atlas, beberapa kali menanyakan Atlas. Cowok itu lebih memperhatikan Acha dibanding keinginannya untuk menyelesaikan film tersebut. Atlas takut jika Acha merasa tak nyaman.

"Aman, kan, Cha?" tanya Atlas memastikan saat mereka baru keluar dari studio.

Acha mengangguk.

"Aman Kak."

"Tapi wajah lo agak pucet."

Acha tertawa pelan.

"Iya sih, lumayan serem soalnya."

"Mau gue beliin minum lagi?"

Acha menggeleng.

"Kita cari restoran saja sekalian makan, gimana?"

Atlas sontak menghentikan langkahnya saat mendengar pertanyaan dari Acha, membuat Acha pun ikut berhenti.

"Kenapa Kak? Ada yang ketinggalan?" tanya Acha bingung.

"Lo barusan bilang apa, Cha?"

"Ada yang ketinggalan?" ulang Acha.

"Sebelum itu."

Acha mengerutkan kening, berusaha mengingat cepat.

"Kita makan dulu gimana?"

Atlas langsung mengembangkan senyumnya. Untuk pertama kali selama dia mengejar Acha, baru kali ini Acha mengajaknya duluan untuk makan. Dan hal itu sangat membuat Atlas senang.

"Boleh. Lo mau makan apa?" tanya Atlas penuh semangat.

Acha berdeham pelan, mencoba memikirkan makanan apa yang ingin disantapnya malam ini.

"Kita makan nasi padang Kak."

*****

Meskipun raut wajahnya nampak tenang, namun sejak tadi Iqbal sudah merasa bosan dan ingin pulang. Sepulang dari kampus harusnya Iqbal bisa langsung pergi, akan tetapi tiba-tiba kepala jurusannya mengajak untuk makan bersama dengan dosen-dosen yang lain.

Iqbal tidak punya pilihan lain selain menerima ajakan tersebut. Bukannya takut untuk menolak, hanya saja Iqbal ingin bersikap sopan dan menghargai. Apalagi dia masih dosen muda baru.

Sejak kuliah di luar negeri, Iqbal belajar banyak tentang relasi yang sangatlah penting. Karena itu, alasan lain Iqbal menerima ajakan tersebut agar bisa lebih mengenal dosen-dosen lainya. Ya, hanya sebatas mengenal, tidak ada keinginan untuk akrab atau pun lainnya.

Iqbal melirik jam tangannya, sudah menunjukkan jam tujuh malam. Kepalanya pun sejak tadi memikirkan alasan untuk pamit duluan.

Dan, penyelamat tak terguga Iqbal akhirnya datang. Ponsel Iqbal berdering, ada panggilan dari Papanya. Tanpa menunggu lama, Iqbal segera menerima panggilan tersebut.

"Iya Pa?"

Iqbal menahan senyumnya. Jalinan darah memang tidak bisa dipungkiri, Papanya menelfon untuk memintanya segera pulang karena wifi di rumah mendadak tidak bisa.

Iqbal segera berdiri dan mendekati kepala jurusannya.

"Maaf Pak, saya izin pamit pulang karena permintaan orang tua yang butuh bantuan."

Dan, alasan tersebut langsung mendapatkan persetujuan tanpa banyak pertanyaan. Bahkan dosen lainnya pun memaklumi dan menitipkan salam ke Papa Iqbal.

Dengan hati senang dan lega, Iqbal akhirnya bisa keluar dari restoran tersebut. Iqbal tak sabar untuk sampai rumah dan berterima kasih kepada sang penyalamat.

Ketika Iqbal berjalan menuju parkiran restoran, langkahnya seketika terhenti. Pandangan Iqbal melekat, Ia melihat jelas sosok Acha sedang bersama dengan Atlas. Mereka berbincang begitu akrab.

Namun bukan itu yang mengejutkan Iqbal, pandangan Iqbal mengarah ke tangan Atlas yang mengenggam tangan Acha.

"Apa mereka sudah pacaran?"

Banyak pertanyaan mulai berputar di kepala Iqbal. Usahanya untuk terlihat tetap tenang, kali ini tidak bisa ia sembunyikan. Iqbal terlihat cukup terkejut dalam diamnya.

Ditengah keterkejutan Iqbal, akhirnya Atlas dan Acha menyadari keberadaan Iqbal. Acha terlihat lebih terkejut. Ia nampak tak menyangka akan bertemu dengan Iqbal dengan keadaan seperti ini.

Saat Acha ingin melepaskan tangannya dari Atlas, dengan cepat Atlas menahannya dan mengenggam tangannya lebih erat membuat Acha semakin gusar. Entah mengapa, Acha terlihat seperti seorang gadis yang ketahuan selingkuh. Padahal jelas-jelas baik Atlas maupun Iqbal tidak ada hubungan apapun dengannya.

Iqbal berusaha mengumpulkan semua kesadarannya dan bersikap kembali tenang. Kemudian, Iqbal berjalan mendekati Atlas dan Acha.

Dengan segala keberaniannya dan entah mendapatkan ide dari mana, tangan Iqbal terulur menyentuh puncak rambut Acha dan mengelusnya pelan.

"Jangan pulang malam-malam."

****

#CuapCuapAuthor

Bagaimana Mariposa : Masa Seandainya part 36? SUKA NGGAAKK?

SATU KATA DONG UNTUK IQBAL!!!

Aku minta maaf banget ya baru bisa update lagi. Aku usahain untuk part 37 bisa update secepatnya. 

Sampai jumpa di Mariposa : Masa Seandainya part 37 semuanya. 

Jadwal update Mariposa Masa Seandainya part 37 akan aku infokan di Instagramku @luluk_hf

Teman-teman bisa pantengin instagramku ya biar nggak ketinggalan info update Mariposa : Masa Seandainya.

Terima kasih banyak sudah baca Mariposa : Masa Seandainya. Semoga teman-teman selalu suka. Sampai jumpa di part selanjutnya dan jangan lupa selalu jaga kesehatan ya. Love u all ❤️


Salam,


Luluk HF

Continue Reading

You'll Also Like

154K 15K 54
Seorang jurnalis berstatus freelance yang berada di ujung tanduk setelah ditinggal nikah oleh sang mantan. Ivana Nabila yang malang, bertemu dengan...
1.3K 943 42
Prita Kanahaya, cewek matre yang berusaha pura-pura kaya untuk mendapat kepopuleran di sekolah. Dengan bermodalkan Kecantikan dan Kepintarannya, ia d...
732K 84.8K 62
Bercerita tentang Renjana Manohara, anak perempuan lugu namun ambisius, yang baru saja masuk ke bangku sekolah menengah atas di tahun 2019. Membawany...
21.5M 159K 5
Bagaimana jadinya jika seorang gadis yang periang, ceria, cerewet, ceroboh dan gak bisa diam, tiba-tiba berubah menjadi sosok yang sangat pendiam, mu...