Kubus es yang melingkupi keempat gadis itu bergerak dengan kecepatan tinggi menjauh. Selama itu tidak ada percakapan yang terjadi di antara mereka. Entah mengapa mereka tidak bergegas membebaskan diri dari kubus es tersebut.
“Berapa lama kita berada di dalam kubus es ini?” tanya Siyeon yang memulai percakapan. Hal itu membuat perhatian ketiganya beralih padanya, saat ini ia sedang enak-enakan memeluk SuA. Yoohyeon dan Dami merasa tidak perlu untuk menjawab seperti itu.
“Em... kurasa satu menit. Eum ... mungkin lebih.” SuA yang menanggapi ucapannya, ia hanya menerka-nerka mengenai waktu yang berlalu. “dan Siyeon, jaga jarak deh, sempit tahu.” Ia juga mendorong Siyeon yang sedang memeluknya.
“Ini sudah terlalu lama tahu, apa yang kita tunggu coba?” balas Siyeon setelah melepaskan pelukannya, meski ia tidak menjaga jarak. Ia berbicara dengan malas dan kehilangan kesabaran.
“Oke, waktunya kita keluar.” Dami yang memutuskan, mendapatkan apa yang dikatakan oleh Dami, Yoohyeon langsung bereaksi tanpa berkata-kata dan memberitahu semuanya.
Dengan mudah, Yoohyeon langsung mengambil tindakan, ia dengan cepat memusnahkan seluruh kubus es itu tanpa melukai mereka.
“Tunggu dulu, apa .... Woaahh!” Siyeon berseru keras, terkejut karena es yang mengelilingi mereka tiba-tiba lenyap.
Akibat apa yang Yoohyeon lakukan, mereka semua jatuh bebas dalam kondisi masih meluncur, lalu menabrak sebuah gedung yang mana menyebabkan gedung itu langsung hancur, hancur dengan mudahnya seolah gedung tersebut terbuat dari bahan sterofoam yang sangat rapuh. Di sini sudah jelas bahwa daya lontar tubuh mereka masih tinggi sehingga benturan itu terjadi cukup keras sampai membuat terjadinya kerusakan tersebut.
Beberapa detik kemudian, mereka melompat ke daratan, lebih tepatnya mendarat di tengah jalan dengan mulus, kondisi mereka baik-baik saja, tidak ada yang terluka akibat benturan itu, yang ada hanya pakaian mereka yang kotor akibat debu dari gedung yang rusak. Maka dari itu, mereka langsung menepuk-nepuk pakaian masing-masing.
“Oke, itu pendaratan yang kotor. Aku tidak menyangka ada gedung yang kita tabrak.” Siyeon berkomentar pelan sebelum beberapa detik kemudian kepalanya terhantam bongkahan kecil dinding.
“Aw. SuA, kepala aku sakit.” Siyeon bersikap manja sambil memeluk SuA.
“Jangan berlebihan deh.” SuA menegur sambil mendorong wajah Siyeon menjauh darinya, hal tersebut membuat Siyeon tersenyum sambil melepaskan pelukannya. “Hal itu tak cukup untuk menyakitimu.”
“Menjijikkan,” gumam Yoohyeon, ia bergidik sambil melepaskan jaketnya meninggalkan baju dalam dengan model seperti miniset dan syal di leher, ia mengibas-ngibaskan jaket hitam itu seolah terdapat banyak kotoran yang menempel. Akibat gumamannya, kini SuA dan Siyeon beralih padanya,
“Salahmu sendiri langsung bertindak tanpa memberitahu kami terlebih dulu,” ujar Siyeon yang menegur Yoohyeon, sedangkan Yoohyeon sendiri tidak menanggapi, ia hanya fokus membersihkan jaketnya.
SuA fokus memperhatikan Yoohyeon, sekali lagi, gadis itu mengeluarkan kemampuan yang belum ditunjukkan selama ini. Hal ini sekali lagi membuat SuA berpikir kalau selama ini Yoohyeon tidak menunjukkan keseriusan dan tidak menunjukkan kekuatan sepenuhnya.
Bisa dikatakan, Yoohyeon hanya menggunakan kekuatan pedang katananya yang dapat menebas apa pun, hal kedua adalah Yoohyeon juga mengandalkan kecepatannya. Kedua hal ini yang selama ini Yoohyeon tunjukan dan gunakan untuk melawan musuh, sedangkan kekuatannya yang sebenarnya, itu belum ditunjukkan.
Bahkan identitasnya sebagai vampir baru terungkap akhir-akhir ini, hal itu pun karena kondisi mendesak, Yoohyeon tidak memiliki pilihan selain menunjukkan dirinya, meski itu tidak secara langsung dan tidak secara terbuka.
Meski sudah merasa curiga dengan ini, SuA sama sekali tidak membahas akan hal ini, ia hanya percaya bahwa kalau sudah waktunya, Yoohyeon akan mengungkapkan semua dengan sendirinya kalau itu memang diperlukan. SuA hanya berpikir kalau Yoohyeon merasa semua belum waktunya untuk mengungkapkan semuanya.
“Nah, sepertinya kita sudah mendarat dengan kurang bagus.” SuA mengedarkan pandangan ke sekeliling, memeriksa kondisi kota yang saat itu tidak memiliki pandangan yang terlalu jelas, pasalnya di sana juga memang memiliki banyak kabut, sama seperti yang ada di tempat-tempat lain.
“Daerah ini juga terlihat gelap dan banyak kabutnya.” Siyeon mengibas-ngibaskan tangan di depan wajah. Kemudian ia melanjutkan bicara sambil bertanya. “Omong-omong, ini di mana?”
“Entahlah, kurasa kita cukup jauh dari lokasi terakhir.” Dami menjawab sambil mengedarkan pandangan ke sekitar, ia mengaktifkan penglihatannya untuk mencari tahu kondisi lingkungan sekitar, hasilnya di dalam radius itu tidak ada siapa pun atau makhluk apa pun di sekitar sana, setelah memastikan tidak ada apa pun, ia menonaktifkan penglihatannya lagi.
“Hm, sepertinya Handong melemparkan kita cukup jauh.” SuA berasumsi.
“Dan ini bukan lokasi pesawat kita berada,” ucap Siyeon menimpali, ia teringat mengenai apa yang Handong katakan sebelumnya, yaitu gadis itu akan melemparkan mereka menuju pesawat berada dan kenyataannya, saat ini mereka berada di tempat asing, di daerah kota yang terlihat sudah ditinggalkan dalam waktu yang lama.
Sebagai informasi yang mungkin belum dibahas, pusat kota yang dimaksud adalah Trafalgar Square, di luar bangunan memang terdapat jam yang menunjukkan waktu, entah siapa yang menaruh jam di dinding lantai atas bangunan gedung museum. Yang dimaksud jam di sini bukan jam Big Ben. Lalu untuk daerah yang dilindungi dinding, itu adalah 3 sampai 5 km radiusnya dari pusat kota dalam bentuk lingkaran sempurna, dan ini mencakup beberapa daerah termasuk sebagian sungai dan sisi seberang sungai sendiri..
Dalam radius ini, seluruh benda dan bangunan tampak masih baru tak tersentuh waktu, mengingat menurut para penduduk kota mereka baru beberapa bulan melewati hari-hari setelah era kehancuran bumi. Sedangkan yang ada di luar dinding, kondisinya sama persis seperti kota-kota dan daerah yang sudah pernah para gadis itu lalui, yaitu kondisinya sudah hancur, banyak bangunan lapuk dan waktu sudah memakan semuanya. Bahkan ada pepohonan dengan bentuk aneh dan asing yang tumbuh, di luar dinding ini juga mulai banyak tanaman yang menghasilkan buah dan sayur secara alami seolah tumbuh sendiri.
“Omong-omong, apa yang sebelumnya Handong lakukan?” tanya SuA penasaran. Ia yang penasaran dengan apa yang sebelumnya telah Handong lakukan, ini pertama kalinya ia melihat hal tersebut.
“Dia mengurai dan menyusun ulang es itu.” Dami membalas dengan nada yang acuh tak acuh.
“Kamu tahu soal itu? Aku belum pernah melihat ini selama ini loh.” SuA kini menghadap Dami. “Kapan kamu tahu? Bagaimana caranya?”
Dami pun menggeleng menyangkal. “Sebenarnya, dia sudah pernah melakukannya. Sekali.”
“Kapan?” tanya Siyeon.
“Saat aku dan dia terperangkap di dalam pesawat milik para lelaki beberapa waktu lalu. Dia melumerkan dinding logam.” Dami menjawab, kembali diulang mengenai kejadian beberapa waktu yang lalu, ketika tim menemukan bangunan bawah tanah di sebuah kota, Dami dan Handong melakukan pertarungan demi alasan yang tidak penting sama sekali.
Akibat pertarungan itu, mereka tertangkap, masuk ke dalam pesawat yang saat itu muncul. Dami dan Handong berhasil keluar dari pesawat dengan cara melelehkan dinding lorong pesawat, hal tersebut hanya diketahui oleh Dami dan keduanya sama sekali tidak menceritakan semua ini pada siapa pun.
“Apa? Kamu tahu ini dan tidak menceritakannya pada kami?” tanya SuA yang terlihat menyalahkan kebungkaman Dami.
“Karena itu memang tidak penting.” Dami membalas dengan acuh tak acuh. Kemudian ia pun melanjutkan ucapannya. “Sejak saat itu, ini kedua kalinya dia melakukan ini.”
Pada saat itulah, Yoohyeon sudah menyelesaikan kegiatannya, kemudian ia menoleh ke sekitar untuk mencari tahu kondisi sekitar sana. Ia pun melangkah berjalan, akibatnya, Siyeon, SuA dan Dami melangkah mengikutinya.
Siyeon kemudian menerka-nerka. “Apa itu kekuatan Handong? Ini aneh, bukankah dia hanya memiliki kekuatan penghancuran.”
“Itu juga yang menjadi masalah, sejauh ini kita masih belum tahu kekuatan Handong itu apa. Kita masih belum memahami kekuatannya bukan?” balas SuA, sejauh yang dirinya dan anggota tim lain tahu, Handong hanya menggunakan pukulan dan tendangan sebagai serangan, terlihat sederhana, tapi yang terjadi sebenarnya adalah Handong memang terbisa dengan pertarungan pukulan dan tendangan akibat masa lalunya. Sesuatu yang tidak siapa pun sadari, kecuali sosok JiU yang kedua yang mana mengaku memiliki ingatan yang utuh dan tahu semuanya.
“Ya, selama ini dia hanya menggunakan kekuatannya untuk menghancurkan segala hal. Aku belum pernah melihat Handong menggunakan metode berbeda saat bertarung dan menyerang siapa pun.” Siyeon menimpali.
Mereka kembali membayangkan apa yang selama ini Handong lakukan, kalau tidak membuat sesuatu yang diserang hancur berantakan, serangan Handong menghasilkan tekanan udara yang tinggi dan ledakan udara besar. Bahkan dengan kekuatan itu ia bisa melontarkan benda-benda besar termasuk dirinya sendiri.
Kesampingkan dulu soal tubuhnya yang sangat kuat dan memiliki kekuatan fisik luar biasa. Karena itu adalah efek samping atau syarat utama wadah untuk menerima dan menampung sesuatu yang besar dan kuat, wadah itu juga harus kuat agar cukup mampu menampung sesuatu tersebut. Ini adalah konsep utama yang menjadi penyebab fisik Handong jauh lebih kuat dari keenam gadis lainnya.
Yang menjadi pertanyaan sekarang, apa kekuatan Handong yang sebenarnya? Apa nama dan seperti apa cara kerjanya? Sayang sekali mereka kekurangan informasi karena Handong tidak menggunakan banyak variasi dalam memanfaatkan kekuatannya ini. (Jangan-jangan kekuatan Handong adalah One for All, ya enggaklah, siapa pendahulu yang merupakan pewarisnya coba?
Gak ya, gak kayak One for All, apalagi kekuatan One for All gak akan bisa dicuri dan dikopi. Sedangkan di cerita sebelumnya, ada salah satu kloning Jongho yang memiliki kekuatan sama seperti Handong, meski tetap saja Handong menang sih.)
“Omong-omong, itu bukan kekuatan tubuhnya, itu salah satu fungsi dari sarung tangannya.” Dami langsung mengungkapkan membuat Siyeon dan SuA menoleh ke arahnya.
“Sungguh?” tanya SuA dan Siyeon serempak.
Dami mengangguk, kemudian menjelaskan kembali mengenai apa yang beberapa waktu lalu sudah dikatakan oleh Handong padanya. “Ya. Dia mengaku punya enam atau lebih kemampuan senjatanya, dia mengaku senjatanya paling banyak fungsinya daripada milik kita yang hanya satu atau dua.”
SuA pun mengangguk mengerti, ia akhirnya tahu apa yang kini menjadi kemampuan perlengkapan Handong. “Ah, begitu rupanya. Jadi kekuatan Handong masih tetap penghancuran, sisanya adalah berasal dari sarung tangannya.”
“Jadi, pada intinya adalah Handong sebenarnya punya banyak kartu andalan dari senjatanya. Bagaimana bisa kemampuan senjata Handong ada begitu banyak?”
“Kamu tidak berhak mengatakan itu mengingat jenis-jenis yang dapat senjata kamu tembakkan juga cukup banyak.” Siyeon langsung menegur, mengingatkan mengenai senjata SuA yang memang memiliki banyak variasi serangan.
“Ehehehe.”
“Kesampingkan itu, omong-omong ada yang tahu di mana kita berada?” tanya Siyeon, kembali mengajukan pertanyaan yang sama. Saat itu mereka masih berjalan tanpa arah mengikuti Yoohyeon, tidak ada yang mempertanyakan mereka akan pergi ke arah mana.
“Kurasa droneku sudah menemukan lokasi kita.” Dami menunjukkan layar hologram yang mana sudah memperlihatkan lokasi mereka saat itu. Tidak diketahui kapan drone miliknya dimunculkan.