MARIPOSA : MASA SEANDAINYA

By Luluk_HF

390K 43.8K 6.8K

Mariposa masa seandainya adalah "what if" dari Mariposa Universe. Mengisahkan Iqbal dan Acha dengan alur "SE... More

WAJIB DI BACA
PROLOG
1 - SUARA LONCENG
2 - MARIPOSA TELAH KEMBALI
3 - REUNI SMA ARWANA
4 - DOKTER MAGANG CANTIK
5 - HAI
6 - LONG TIME NO SEE
7 - PERTEMUAN KEDUA
8 - OBROLAN KLISE
9 - STALKER
10 - TIDAK TENANG
11 - JAWABAN JUJUR
12 - MELUPAKAN
13 - PENASARAN
14 - JENDELA MASA LALU
15 - PERTANYAAN
16 - PERMINTAAN TAK TERDUGA
17 - TRAGEDI SANDWICH TUNA
18 - KEBERATAN NGGAK?
MARIPOSA : MASA SEANDAINYA (SPESIAL PART AND EXTEND PART 18)
19 - HARI PERTAMA KERJA
20 - SITUASI
21 - CANGGUNG
22 - KECEROBOHAN
MARIPOSA : MASA SEANDAINYA EXTEND PART 22
23 - UCAPAN TERIMA KASIH
24 - CANTIK
25 - REALIZE
MARIPOSA : MASA SEANDAINYA (SPESIAL PART LAST MEETING & IQBAL P.O.V)
27 - SEBUAH IDE
28 - HARI PEMOTRETAN
29 - AWAL RENCANA
30 - SANDWICH TUNA
31 - PERTANYAAN MENDEBARKAN
32 - MEYAKINKAN
33 - LAKUIN
SPESIAL PART PENOLAKAN IQBAL DAN HUKUM NEWTON III
34 - COWOK GILA
35 - ALERGI
36 - RIVAL
37 - PENOLAKAN TEGAS
38 - BUKTI PERJUANGAN
39 - PERINGATAN
MARIPOSA : MASA SEANDAINYA EXTEND PART 39
40 - PENGORBANAN GILA
41 - KHAWATIR
42 - RUMOR

26 - KALI INI

7.2K 964 198
By Luluk_HF


Iqbal memutar-mutar bolpoin di tangannya, kebiasaan yang tidak ia ia hilangkan jika kepalanya sedang dipenuhi banyak pikiran. Ya, pirikiran tentang seorang gadis bernama Natasha.

Untung saja, sikap profesional Iqbal lebih mendominasi, membuatnya pagi ini bisa mengajar dengan lancar tanpa terganggu oleh bayangan Acha di kepalanya.

Iqbal mengambil ponselnya, kemudian mencari satu kontak nama di sana. Dan, Iqbal baru menyadari bahwa dia belum pernah mengirim pesan sekali pun kepada Acha sejak meminta nomor gadis itu.

"Kalau gue tiba-tiba chat, aneh, nggak?"

Iqbal menghela napas pelan dan kembali menaruh ponselnya. Ia mengurungkan niatnya dan membuat kepalanya semakin penuh.

"Gimana cara gue bilangnya?"

****

Rian dan Glen lagi-lagi hanya bisa bernapas panjang. Iqbal memaksa mereka untuk berkumpul dengan pembahasan yang masih sama, tentang masalah percintaannya. Padahal kemarin malam mereka sudah memebrikan banyak wejangan.

Memang benar, orang jenius pun bisa bodoh dalam sekejap hanya karena cinta.

"Lo nggak ada waktu lain nyuruh kita kumpul? Di siang bolong kayak gini?" protes Rian.

"Gue nggak ada waktu kalau sore."

"Lo kira kita ada waktu?" semprot Rian dan Glen langsung kesal bersamaan.

Iqbal menatap kedua sahabatnya dengan tatapan tanpa berdosa.

"Buktinya lo berdua mau kesini."

Sial! Rian dan Glen mendecak pelan, tak bisa membantah.

"Kita juga sibuk banget Bal. Jadi, buruan lo mau tanya apa lagi tentang Acha?"

Ya, Iqbal memang sengaja ingin menanyai Rian dan Glen sekaligus meminta pendapat mereka. Karena Iqbal yakin selama enam tahun ini, mereka berdua cukup dekat dengan Acha.

"Dia beneran udah nggak suka sama gue?" Iqbal tak ingin basa-basi lagi. Toh kedua sahabatnya sudah tahu tentang perasaannya.

Kali ini Rian dan Glen dibuat tertegun sekaligus takjub. Meskipun mereka sudah mengetahui perasaan Iqbal tetap saja mereka belum terbiasa melihat sikap Iqbal yang seperti ini. Bahkan, sepertinya mereka belum pernah melihatnya.

"Gue lihat sih udah nggak," jawab Glen mewakili.

"Kenapa enggak?" protes Iqbal seolah tak terima.

"Ya lo pikir aja sendiri gimana sikap lo enam tahun yang lalu ke dia!" sewot Glen lebih tak terima.

Iqbal seketika terbungkam, fakta yang tak bisa terelakan. Dia memang cukup kejam ke Acha waktu itu.

"Lo nolak Acha nggak hanya sekali, dua kali, tiga kali bahkan sepuluh kali Bal. Ratusan sepertinya ada," tambah Rian mengingatkan.

"Nggak usah dilanjut," tajam Iqbal.

Rian dan Glen mengangguk menurut, bisa melihat ekspresi tenang Iqbal dalam sekejap berubah lebih suram.

Iqbal perlahan menatap kedua sahabatnya lagi, kali ini lebih serius.

"Gue harus gimana?" tanya Iqbal minta bantuan.

Rian dan Glen mengerutkan kening, belum paham.

"Gimana maksudnya?"

"Gu... Gue harus apa bu..."

Wah! Rian dan Glen dibuat takjub kesekian kalinya. Lagi-lagi untuk pertama kalinya mereka melihat seorang Iqbal sampai tak bisa menjelaskan seperti ini hanya karena seorang gadis.

"Buat bisa dapatin Acha?"

"Buat Acha suka lagi sama lo?"

Senyum Iqbal tanpa sadar langsung mengembang bersamaan dengan anggukan kecilnya setelah mendengar pertanyaan Rian dan Glen yang bergantian.

"Iya," jawabnya seperti anak kecil yang tebakannya dijawab dengan benar.

Rian dan Glen menghela napas panjang. Jujur, mereka sendiri juga tidak memiliki jawaban pasti akan hal itu. Pasalnya, selama enam tahun ini mereka berdua menjadi saksi nyata bagaimana perjuangan Acha melupakan seorang Iqbal.

Dan, mereka juga sangat yakin Acha sudah tak memiliki perasaan ke Iqbal.

Sementara Iqbal menunggu dengan sabar, melihat kedua temannya yang terlihat berpikir serius membuat Iqbal merasa gusar.

"Bal, gue perjelas lagi posisi lo. Biar lo lebih paham. Oke?" Rian membuka suara terlebih dahulu.

Iqbal pun mengangguk, bersiap menyimak dengan baik.

"Gue yakin Acha udah nggak suka lagi sama lo. Dia nggak benci sama lo dan masih mau ketemu sama lo saat ini aja, lo harus sangat bersyukur. Dan lo juga tau, dia gadis yang sangat baik."

"Gue tau."

Rian terdiam sejenak, mengambil napas pelan. Tatapannya berubah lebih serius.

"Kalau udah tahu, jangan sakitin Acha lagi."

"Iya."

"Kalau udah tahu, jangan buat Acha nangis lagi."

"Gue akan berusaha," jawab Iqbal sungguh-sungguh.

"Kalau lo beneran udah tahu, jangan buat Acha ngejar lo lagi."

****

Acha mengikat rambutnya ke belakang, kaki dan kanannya sejak tadi tak bisa diam, pekerjaannya cukup banyak di rumah sakit. Bahkan Acha sampai melewatkan sarapannya karena ia telat bangun dan hampir telat datang ke rumah sakit.

"Dokter Acha, tolong ke kamar 302."

"Baik Dokter."

Acha mengambil stetoskop di mejanya, kemudian berlari kecil menuju ruangan tersebut. Acha menemani Riana sang dokter senior untuk memeriksa seorang pasien yang baru saja dipindahkan dari UGD yang didiagnosis mengalami gagal jantung.

Selagi Dokter Riana memeriksa, Acha membaca laporan diagnosa dari UGD. Setelah Riana memberikan arahan kepada keluarga pasien, mereka berdua keluar dari ruangan tersebut dengan helaan napas berat.

Baik Acha dan Riana sama-sama tau kondisi pasien itu dalam keadaan tidak baik.

"Dokter Tomi sudah datang?" tanya Riana ke Acha.

"Belum Dokter. Sepertinya baru nanti sore datang."

"Kondisi pasien itu..." Riana sampai tidak tega untuk melanjutkan.

Acha mengangguk, paham ucapan seniornya.

"Pasien tadi memang sempat di zona merah dua hari Dok. Keluarganya memilih tidak menaruhnya di ICU karena takut kalau ditinggal sendiri di sana kondisinya semakin memburuk," jelas Acha.

Riana ikut mengangguk, sangat mengerti.

"Memang benar, di kondisi beliau sekarang dukungan dari keluarga lebih berarti."

Riana menghadapkan tubuhnya sepenuhnya ke Acha.

"Kalau Dokter Tomi sudah datang, bantu jelaskan kondisi pasien dan minta Dokter Tomi untuk langsung memeriksa," ucap Riana memberikan perintah.

"Baik Dokter."

Setelah itu, Riana pergi meninggalkan Acha, melanjutkan pekerjaannya. Sementara Acha memilih kembali ke mejanya. Jujur, Acha masih belum sepenuhnya terbiasa jika melihat pasien dengan kondisi yang tidak baik.

Hari Acha akan terasa ikut berat dan rasa kasihan juga akan terus-terusan mengikutinya.

"Semoga beliau bisa bertahan."

****

Acha memukul-mukul bahu dan lehernya yang sedikit pegal. Setelah bertemu dengan Dokter Tomi dan menyelesaikan pekerjaan shift paginya, Acha memilih untuk pulang ke rumah. Tubuhnya sangat butuh istirahat. Jadwalnya benar-benar padat seminggu terakhir ini.

Acha memeriksa ponselnya, ada panggilan dari Amanda. Acha pun segera mengangkatnya.

"Iya Amanda?"

Gadis disebrang sana berteriak dengan gembira, memberikan kabar bahwa laptop Acha sudah ia dapatkan.

Energi dan semangat Acha seketika naik lagi mendengar kabar baik tersebut.

"Amanda di mana sekarang? Acha samperin, ya."

Rasa pegal di tubuhnya seketika hilang. Istirahat dan tidur yang sejak tadi ia impi-impikan sudah Acha lupakan dalam sekejab. Acha hanya ingin memeluk laptopnya kembali. Hidup Acha sangat dipertaruhkan pada laptop tersebut karena banyak sekali laporan penting di sana.

"Amanda jangan kemana-mana. Tunggu Acha."

****

Acha bernapas lega melihat laptopnya sudah berada di pelukannya dan semua data-data di dalamnya pun aman. Acha sangat berterima kasih kepada Amanda dan Rian yang sudah banyak membantunya untuk mendapatkan laptopnya kembali.

"Hari ini cafe cukup ramai, jadinya banyak kue yang sudah habis. Hanya tinggal potato cheese aja," ucap Amanda sembari menaruh potato cheese untuk Acha di meja.

"Makasih Amanda."

Amanda mengangguk singkat, kembali duduk di samping Rian. Tak hanya Acha yang lega, Amanda pun tak kalah lega bisa melihat Acha kembali tersenyum semangat dan tidak cemas lagi.

"Cha, hari minggu lo libur, kan?" tanya Amanda tiba-tiba.

"Iya, Acha libur. Kenapa Amanda?"

Amanda terdiam sebentar, sedikit ragu untuk mengatakannya.

"Amanda mau minta bantuan apa?" tanya Acha seolah sudah hapal ekspresi dari sahabatnya.

Amanda memberikan cengiran lebar.

"Gue lagi cari model untuk bantu buat konten promosi cafe di sosial media. Dan, gue ngerasa lo cocok banget dengan vibes dan konsep yang gue butuhin. Lo mau nggak, Cha, jadi modelnya?"

"Model gimana maksudnya Amanda?" tanya Acha masih bingung.

"Cuma foto sama semua produk-produk yang dijual di cafe dan buat beberapa video waktu lo makan dan minum menu-menu di sini," perjelas Amanda.

Acha berdeham pelan, kemudian mengangguk tanpa ragu.

"Oke, Acha bisa." Tentu saja Acha langsung setuju, ia merasa banyak hutang budi ke Amanda dan berusaha untuk membalas kebaikan itu sekarang.

Kedua mata Amanda melebar, sedikit terkejut.

"Beneran lo mau, Cha?"

"Iya Amanda. Acha mau. Tenang saja, Amanda nggak perlu bayar Acha."

Amanda tersenyum semakin lebar.

"Thank you, Cha."

Acha manggut-manggut, ikut senang.

"Nanti konsep konten dan fotonya seperti apa Amanda? Biar Acha mulai dari serarang siapin outfit-outfit-nya."

Amanda bergumam sebentar, mengingat-ingat kembali konsep yang sudah ia susuk seminggu yang lalu dengan sang fotografer.

"Rencananya sih kayak pasangan yang lagi nge-date di cafe ini. Jadi, konsepnya youth and romantic."

Acha terdiam sejenak, keningnya perlahan mengerut.

"Berarti nanti modelnya bukan cuma Acha aja?"

Amanda mengangguk.

"Iya, sama model cowok. Lo nggak keberatan, kan, Cha dengan konsepnya?" lirih Amanda was-was.

Acha tersenyum, sembari menggeleng.

"Nggak Amanda. Santai aja, yang penting nanti hasil promosinya bisa bagus dan maksimal. Acha bakalan bantu sebisa Acha.

Amanda akhirnya bisa bernapas lega.

"Syukurlah, Cha. Gue sudah agak khawatir lo nggak mau."

"Santai aja Amanda. Emangnya model cowoknya sudah ketemu?"

"Belum, Cha. Gue masih cari yang vibes-nya cocok dengan konsep cafe ini. Lo ada teman model begitu nggak, Cha?"

"Maaf, Acha nggak punya Amanda."

'It's okay. Masih ada waktu. Gue yakin sebelum hari minggu gue pasti bisa dapat model cowoknya. Rian juga dari kemarin terus bantuin cari modelnya.

Acha dan Amanda terus membahas mengenai acara pemotretan dan pembyatan konten di hari Minggu. Sesekali Rian pun menyahuti.

Sejak tadi, Rian terus memperhatikan Acha. Entah mengapa, saat melihat Acha yang terpikirkan di kepala Rian langsung sosok sahabatnya Iqbal. Sampai detik ini pun, kadang Rian tak menyangka seorang Iqbal akhirnya bisa menyukai Acha.

"Cinta memang datang terlambat," lirih Rian sangat pelan dan mungkin hanya dirinya saja yang bisa mendengarnya.

Kepala Rian tiba-tiba terpikirkan sebuah pertanyaan brilian.

"Cha, gue boleh tanya, nggak?" Rian memotong pembicaraan antara Acha dan Amanda, membuat keduanya langsung menoleh.

"Boleh. Mau tanya apa?"

"Lo punya pacar?" Rian langsung mengutarakan pertanyaannya tanpa basa-basi.

Bukan hanya Acha saja yang kaget, Amanda pun tak kalah kagetnya.

"Ngapain lo tanya Acha sudah punya pacar apa belum?"heran Amanda, karena tak biasanya sang pacar penasaran dengan kehidupan pribadi gadis lain.

"Nanya aja. Siapa tahu kalau punya mungkin bisa lo jadiin model cowoknya." Rian berusaha menjawab dengan setenang mungkin, agar tak membuat Amanda mau pun Acha curiga.

Rasa heran Amanda seketika hilang, berganti dengan persetujuan akan ide bagus pacarnya. Amanda langsung kembali menoleh ke Acha.

"Lo diam-diam punya pacar, Cha?" tanya Amanda dengan polosnya.

Acha dibuat melongo, tak menyangka Amanda pun melontarkan pertanyaan yang sama. Detik berikutnya, Acha menggeleng tanpa ragu.

"Acha nggak punya pacar, Amanda," jawab Acha sungguh-sungguh.

"Beneran nggak punya? Mungkin lo tertarik atau suka sama seseorang?" Rian terus memancing Acha.

"Beneran nggak punya Rian. Acha terlalu sibuk dengan kuliah Acha yang buat Acha nggak sempat cari pacar bahkan pacaran," terang Acha lebih panjang.

Amanda mengangguk-angguk percaya.

"Bener itu, gue saksinya," sahutnya membenarkan.

Sementara Rian kembali diam dengan senyum samar. Ia seolah merasa puas dengan jawaban Acha yang sesuai dengan harapannya.

"Iqbal pasti seneng kalau tahu kabar ini."

Entahlah, yang kasmaran siapa yang ikut heboh dan bahagia siapa.

*****

"Jangan buat dia ngejar lo lagi."

Kalimat itu terus berputar di kepala Iqbal. Pernyataan terakhir Rian sangat menghantam dirinya, menyadari betapa kejamnya dia selama ini kepada Acha dan betapa baiknya Acha kepadanya bahkan hingga detik ini.

Benar kata Rian, Acha tidak membencinya dan masih mau bertemu dengannya adalah hal yang harus Iqbal syukuri.

Iqbal melihat foto polaroidnya dengan Acha yang sejak kemarin masih ditaruhnya di atas meja. Iqbal mengambil foto tersebut dan tanpa sadar senyumnya mengembang tipis.

"Kali ini, gue yang akan ngejar lo, Cha."

****

#CuapCuapAuthor

Bagaimana Mariposa : Masa Seandainya part 26? 

SUDAH SIAP LIHAT IQBAL BERJUANG BUAT DAPATIN HATI ACHA?

Sampai jumpa di part 27 ya. Jadwal update Mariposa Masa Seandainya part 27 akan aku infokan di Instagramku @luluk_hf

Teman-teman bisa pantengin instagramku ya biar nggak ketinggalan info update Mariposa : Masa Seandainya.

Dan, maaf ya kalau bab ini banyak typo soalnya nulisnya dengan kondisi mata dan tubuh udah lelah. Semoga tetap suka yaa Aminnn.

Terima kasih banyak sudah baca Mariposa : Masa Seandainya. Semoga teman-teman selalu suka. Sampai jumpa di part selanjutnya dan jangan lupa selalu jaga kesehatan ya. Love u all ❤️


Salam,


Luluk HF

Continue Reading

You'll Also Like

2.4K 316 7
Manusia mana yang tidak mengantongi masalah tatkala hidup masih merengkuh diri? Semua dari kita pasti pernah bersua dengan sang resah, bahkan sampai...
5.2K 86 11
Hidup Naya dan Vie sangatlah bertolak belakang. Naya adalah ibu pekerja yang sibuk membanting tulang menghidupi keluarga dengan suami yang acuh dan t...
236K 13.2K 18
Gimana rasanya putus sama pacar dan saling ngatain, tapi besoknya harus tetap ketemu di kantor? Mengencani teman sekantor jelas keputusan terburuk ya...
1.5M 66.2K 42
Menjadi istri antagonis tidaklah buruk bukan? Namun apa jadinya jika ternyata tubuh yang ia tepati adalah seorang perusak hubungan rumah tangga sese...