Hold Me Tight

By Shopiaaa_

352K 19K 878

Denis memilih melepas cintanya karena yang dia cinta tidak sudi membalas cintanya. Diana adalah perempuan per... More

1 | Hold Me Tight
2 | Hold Me Tight
3 | Hold Me Tight
4 | Hold Me Tight
5 | Hold Me Tight
6 | Hold Me Tight
7 | Hold Me Tight
8 | Hold Me Tight
9 | Hold Me Tight
10 | Hold Me Tight
11 | Hold Me Tight
12 | Hold Me Tight
13 | Hold Me Tigth
14 | Hold Me Tight
15 | Hold Me Tight
16 | Hold Me Tight
17 | Hold Me Tight
18 | Hold Me Tight
19 | Hold Me Tight
20 | Hold Me Tight
21 | Hold Me Tight
22 | Hold Me Tight
23 | Hold Me Tight
24 | Hold Me Tight
25 | Hold Me Tight
27 | Hold Me Tight
28 | Hold Me Tight
29 | Hold Me Tight
30 | Hold Me Tight
31 | Hold Me Tight
32 | Hold Me Tight
33 | Hold Me Tight
34 | Hold Me Tight
35 | Hold Me Tight
36 | Hold Me Tight
37 | Hold Me Tight
38 | Hold Me Tight
39 | Hold Me Tight
40 | Hold Me Tight
41 | Hold Me Tight
42 | Hold Me Tight
43 | Hold Me Tight
44 | Hold Me Tight
45 | Hold Me Tight
46 | Hold Me Tight
47 | Hold Me Tight
48 | Hold Me Tight
49 | Hold Me Tight
50 | Hold Me Tight
51 | Hold Me Tight
52 | Hold Me Tight
53 | Hold Me Tight
54 | Hold Me Tight
55 | Hold Me Tight
56 | Hold Me Tight
57 | Hold Me Tight
58 | Hold Me Tight
59 | Hold Me Tight
60 | Hold Me Tight
61 | Hold Me Tight
62 | Hold Me Tight

26 | Hold Me Tight

4.4K 235 5
By Shopiaaa_

Diana telah selesai memasak untuk makan malam tetapi Diana tidak berani memasuki kamar dan mengajak Denis makan malam bersama. Sejak kejadian sore tadi, Diana sama sekali tidak menyusul Denis ke kamar. Diana berada di kamar Chika, menemani putrinya bermain dan belajar. Bahkan baju yang Diana pakai masih sama dengan baju yang tadi sore Diana pakai.

Diana mandi di kamar putrinya tanpa berganti pakaian. Diana takut untuk masuk ke kamar apalagi saat mengingat raut marah Denis. Denis membanting pintu dan Diana yang melihat itu hanya menghela nafas panjang.

Denis marah pada Diana karena Riko dan Renata memihak padanya. Setidaknya itu yang Diana tangkap.

"Mama!"

Diana tersentak kemudian mengembangkan senyumnya mendengar teriakan putrinya. Diana menunduk, hendak menggendong putrinya yang merentangkan kedua tangan, namun belum sempat Diana meraih putrinya, tangan kekar lebih dulu meraih putrinya. Diana terperangah dan menoleh ke sampingnya dan menemukan Denis menatapnya tajam. Diana sontak menunduk, dia telah membuat kesalahan. Denis tidak memperbolehkannya menggendong Chika, takut menyakiti kandungannya.

Padahal, boleh-boleh saja menggendong Chika asalkan tidak terlalu sering. Tapi, Diana bisa apa selain menurut selagi itu demi kebaikannya.

Diana mengikuti Denis menduduki kursi. Dengan telaten Diana menyiapkan makanan untuk Denis dan putrinya. Tak lupa Diana menuangkan air putih untuk Denis dan putrinya. Setelah Denis dan putrinya mulai melahap makanannya, Diana duduk di kursi yang berseberangan dengan Denis.

Diana tidak makan. Nafsu makannya mendadak hilang setelah mengingat kesalahannya yang semakin membuat Denis marah. Tatapan tajam dan wajah datar yang Denis perlihatkan cukup menjawab semuanya. Diana sedih dan menyesali perbuatannya sendiri, seharusnya dia mengingat kondisinya sendiri. Ada satu nyawa yang harus dia jaga.

Menunduk, Diana mengusap perutnya dan membatinkan kata maaf karena dia sempat ceroboh hingga membuat Denis marah. Ketika Diana mengangkat wajahnya, tatapannya bertemu dengan Denis yang masih menatapnya tajam seraya mengunyah makanannya. Dia terpaku dan meremas jemarinya.

Wajahnya kian masam. Diana tidak suka melihat kemarahan Denis. Diana juga tidak suka di kehamilannya ini membuat suasana hatinya cepat berubah. Diana ingin ke kamar, daripada suasana hatinya kian memburuk, lebih baik dia tidur. Namun saat hendak beranjak, tiba-tiba ada yang menekan bahunya membuatnya kembali terduduk.

Diana memekik dan ketika mendongak, tatapannya bertemu dengan Denis. Diana bungkam dan mengalihkan tatapannya.

"Makan."

Diana menatap tidak minat piring berisi makanan yang Denis sodorkan ke hadapannya.

"Chika kalau sudah makan langsung ke kamar, Mama sama Papa masih ada keperluan di sini."

"Chika ke kamar."

Diana menatap kepergian putrinya dan ingin mengikuti putrinya namun keberadaan Denis di sampingnya membuat sekujur tubuhnya kaku.

Diana mendengar gesekan kursi dengan lantai. Melalui ekor matanya, Diana melihat Denis menduduki kursi di sampingnya. Piring yang semula berada di hadapannya kini diraih oleh Denis kemudian Denis mengarahkan satu suapan padanya.

"Buka mulutnya."

Diana melirik sebentar suapan Denis, ingin menggeleng namun tatapan Denis membuat Diana mau tidak mau membuka mulutnya, menerima suapan Denis.

"Setidak nafsu apapun, kamu tetap makan. Pikirkan anak kita yang butuh asupan. Kecuali kalau kamu gak sayang sama ...."

"Aku sayang sama anak aku! Aku gak nafsu makan juga gara-gara kamu. Kalau kamu gak tiba-tiba marah sama aku, aku gak mungkin takut sampai gak nafsu makan."

Denis menghentikan pergerakannya kemudian menatap Diana dengan kening mengerut. Denis berdecak dengan ibu jari mengusap air mata Diana.

"Aku marah ada alasannya," dengan santainya Denis menjawab seraya menyuapi Diana.

Seraya mengunyah makanannya, Diana melengos. Sesak di dadanya kian terasa ketika mengingat perubahan Denis. Berbeda jauh dengan Denis sejak pertama kali bertemu dengannya. Denis tidak lagi bisa mengontrol emosinya. Diana kecewa namun Diana tidak cukup memiliki keberanian untuk meluapkan isi hatinya.

"Alasan kamu bikin aku sakit hati," lirih Diana tanpa menatap Denis.

"Tanya itu ke diri kamu sendiri, Diana!"

Diana menatap Denis dengan tatapan sendunya. "Karena Riko dan Renata?"

"Perlu aku jawab?"

Denis meletakkan piring dan mengurungkan diri untuk kembali menyuapi Diana pada suapan ketiga. Denis mendekarkan kursinya pada Diana kemudian Denis mengarahkan kursi yang Diana duduki hingga menghadapnya. Kedua tangan Diana digenggam erat oleh Denis.

"Mereka bersimpati padamu dan menyalahkanku atas kehamilanmu. Mereka berpikir aku hanya memanfaatkanmu dan segala keburukan lainnya. Kenyataannya, kamu yang selalu ingin dekat denganku dan tidak mau lepas dariku meski aku sudah memberi jalan untuk pergi. Tapi apa? Pergi yang kamu inginkan adalah bunuh diri karena kamu tidak mau jauh dariku. Siapa yang salah, Diana? Aku atau kamu? Kenapa harus aku yang disalahkan sementara kamu sendiri menginginkanku."

Diana menahan ringisannya saat Denis menggenggam cukup erat kedua eratnya, seolah Denis meluapkan amarahnya pada kedua tangannya yang kini mulai memerah.

"Katakan Diana, siapa yang salah? Apa salah aku membuatmu hamil sementara kamu sendiri menikmati penyatuan kita? Kamu melawan rasa takutku untuk menikmati penyatuan kita."

Diana meneguk kasar salivanya. Matanya berkaca-kaca menatap Denis dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Aku. Dari awal memang aku yang salah. Aku yang dari awal meminta untuk bersama kamu, meyakinkan diri kalau kamu bisa menjaga pelindungku, menjadi sandaranku karena ...."

Suara Diana tercekat dan menunduk untuk menyembunyikan tangisnya meski sia-sia karena air matanya menetes di punggung tangan Denis.

"...karena aku sempat berpikir kalau kamu masih cinta sama aku. Kebaikan kamu selama ini mampu membangkitkan kenangan kita. Dimana kamu yang cinta aku, memohon padaku untuk membalas cinta kamu dan berusaha melakukan apapun agar aku menatap kamu. Tapi aku salah, aku bertemu dan kembali dekat dengan kamu di waktu yang salah. Ah, atau lebih tepatnya kita memang tidak seharusnya bertemu kembali karena saat kita kembali bertemu kemudian sedekat ini, aku sudah tahu seperti apa akhirnya. Kita bertukar posisi, Denis. Aku yang mencinta dan memohon balasan, sementara kamu mengejar cintamu yang jelas itu bukan aku. Aku sekedar mengandung darah daging kamu dan berjuang untuk tetap terlihat berharga di mata kamu meski bukan aku lagi yang menempati hati kamu."

Diana terisak dan menatap Denis yang terpaku padanya. Diana sadar dia cukup lancang pada Denis, namun dorongan dalam dirinya membuatnya berani meluapkan isi hatinya. Diana hanya ingin Denis tahu apa yang ada di pikirannya dan tahu apa yang dia rasakan setelah mengetahui jika Denis memiliki kekasih.

"Denis ...."

Grep

Ucapan Diana terhenti ketika Denis memeluknya cukup erat. Diana membenamkan wajahnya di dada Denis dan menghirup dalam aroma tubuh Denis yang sejak tadi dia rindukan. Diana memejamkan matanya kala Denis mengecup keningnya berulang kali sebelum akhirnya menangkup wajahnya.

Denis mengusap air matanya kemudian mengecup singkat bibir Diana.

"Maafkan aku, Diana."

Diana hanya mengangguk. Diana tidak mau memperpanjang masalah. Diana hanya ingin hidup dengan tenang meski merasakan sakit. Diana ingin melupakan sakitnya dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Diana tersenyum saat Denis kembali mengecup keningnya dan menatap Diana lekat.

"Apa aku menyakitimu?"

Diana mengangguk.

"Apa yang harus aku lakukan untuk menebus rasa sakitmu?"

Diana menggeleng. "Gak ada. Cukup kamu jangan membentak Chika dan kontrol emosi kamu di depan Chika. Kalau kamu pengen marah-marah, lampiaskan ke aku, jangan ke Chika. Dia masih kecil dan aku gak mau mentalnya terganggu. Kalau Chika gak mau ketemu Vanya, aku mohon jangan paksa dia. Jangan bikin anak kita menangis dan takut sama kamu. Apa kamu gak sadar kalau Chika akhir-akhir ini selalu ingin bersamaku daripada kamu?"

Denis tertegun dan mengumpat membuat Diana membelai pipinya.

"Kamu mau punya anak dua, biasakan jangan mengumpat. Anak kita yang di sini, denger apa yang kamu bilang," Diana membawa tangan Denis ke perutnya dan tersenyum tipis.

Denis membalas senyuman Diana. Menunduk, Denis mengecupi perut Diana kemudian kembali menatap Diana.

"Denis."

"Hm?"

"Aku gak pernah ngedoktrin Chika buat gak suka Vanya."

Sorot mata Diana memancarkan kesedihan dan Denis kembalo tertegun.

"Aku justru memberitahu Chika buat gak benci siapapun karena kita sesama manusia harus saling menyayangi. Dari dulu, itu yang selalu aku ajarkan untuk Chika meski yang orang tahu aku mendidik Diana tidak benar karena melarang Chika bertemu kamu."

Denis tidak berkata, namun sorot matanya memancarkan keterkejutan. Denis masih ingat bagaimana pandangan orang-oranga terdekatnya mengenai Diana yang dianggap sebagai ibu yang buruk untuk Chika karena mengajarkan Chika memanggil Riko dengan sebutan Papa. Diana menjauhkan Chika darinya.

Denis meraih tangan Diana yang membelai pipinya kemudian dikecupnya dengan lembut.

"Aku melarang Chika bertemu kamu karena aku takut kamu menyakiti Chika. Kamu masih menjadi incaran polisi meski namamu sudah bersih karena bantuan Nenek Renata. Tapi yang aku takutkan, sanksi sosial menimpa putriku."

Denis kehilangan kata-kata mendengar pernyataan Diana. Ternyata benar jika yang buruk belum tentu buruk. Meremas tangan Diana, Denis mengecupi seluruh wajah Diana dan bergumam, "Maaf ... maaf ... maafkan aku, Diana."

Denis tidak mengerti kenapa dadanya terasa sesak mendengar pernyataan Diana. Namun yang bisa dia tangkap adalah, Diana melakukan yang terbaik untuk Chika. Diana menyayangi Chika dan yang harus semua orang tahu adalah, Diana ibu yang baik untuk Chika, putrinya.

...

Upnya berantakan ya:( maaf ya, aku lagi sibuk-sibuknya. Btw, karena beberapa hari lagi ulang tahunku jadi aku mau bagi² rejeki nih ke kalian. Gak banyak sih, tapi ikhlas kok😂

Nah, syaratnya adalah kalian follow akun instagram aku ( @_shopiatn ) terus kalian komentar di postingan terbaru aku dimana kalian sebutkan maksimal 3 ceritaku yang menjadi favorit kalian terus kasih alasannya kenapa kalian suka cerita itu, kasih kritik dan sarannya buat aku dan cerita yang jadi favorit kalian. Untuk cerita yang jadi favorit kalian bebas mau cerita yang dipublish di mana aja (wattpad, Dreame, kbm, hotbuku, novel life). Saranku sih, yang bervariasi ygy😂misalnya yg publish di wp terus yg publish di dreame, dll.
Aku pilih 3 orang pemenang buat aku tf shopeepay😘
Pemenang 1 : 25k Shopeepay
Pemenang 2 : 15k Shopeepay
Pemenang 3 : 10k Shopeepay
Buat yang gak punya Shopee terus terpilih jadi pemenang, kalian bebas mau minta dikirim pulsa, tf ke dana or rekening. (Prioritas shopeepay)
Pemenang aku umumin di tanggal 6 Oktober tepat ulang tahunku.

Yang gak dapet jangan sedih, lain waktu aku adain GA lagi😘

Gak maksa buat ikutan karena hadiahnya juga kecil²an, seenggaknya syukuri apa yang ada ygy😂

Tanya² langsung Dm ke ig ya.

...

See u soon guys!💜

Continue Reading

You'll Also Like

3.5M 38.3K 32
(βš οΈπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žπŸ”žβš οΈ) [MASIH ON GOING] [HATI-HATI MEMILIH BACAAN] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] β€’β€’β€’β€’ punya banyak uang, tapi terlahir dengan satu kecac...
474K 33.3K 68
"Tomi". Panggilan Kania kini merubah pandangan gue menjadi menatap mata beningnya. "Ya?" "Sekarang, kamu tahu kan kalau aku ga pernah main main sama...
84.2K 10.9K 36
Memutuskan pindah ke Rumania rupanya bukan sesuatu yang bisa Sunoo anggap sebagai keputusan paling tepat dalam hidupnya. Karena di sana ia harus berh...
59.8K 2.4K 20
Caleb Braxton terpaksa harus bertunangan dengan seorang gadis desa bernama Bella Chester. Caleb yang merupakan pria arogan, tentu saja menolak rencan...