Hold Me Tight

By Shopiaaa_

352K 19K 878

Denis memilih melepas cintanya karena yang dia cinta tidak sudi membalas cintanya. Diana adalah perempuan per... More

1 | Hold Me Tight
2 | Hold Me Tight
3 | Hold Me Tight
4 | Hold Me Tight
5 | Hold Me Tight
6 | Hold Me Tight
7 | Hold Me Tight
9 | Hold Me Tight
10 | Hold Me Tight
11 | Hold Me Tight
12 | Hold Me Tight
13 | Hold Me Tigth
14 | Hold Me Tight
15 | Hold Me Tight
16 | Hold Me Tight
17 | Hold Me Tight
18 | Hold Me Tight
19 | Hold Me Tight
20 | Hold Me Tight
21 | Hold Me Tight
22 | Hold Me Tight
23 | Hold Me Tight
24 | Hold Me Tight
25 | Hold Me Tight
26 | Hold Me Tight
27 | Hold Me Tight
28 | Hold Me Tight
29 | Hold Me Tight
30 | Hold Me Tight
31 | Hold Me Tight
32 | Hold Me Tight
33 | Hold Me Tight
34 | Hold Me Tight
35 | Hold Me Tight
36 | Hold Me Tight
37 | Hold Me Tight
38 | Hold Me Tight
39 | Hold Me Tight
40 | Hold Me Tight
41 | Hold Me Tight
42 | Hold Me Tight
43 | Hold Me Tight
44 | Hold Me Tight
45 | Hold Me Tight
46 | Hold Me Tight
47 | Hold Me Tight
48 | Hold Me Tight
49 | Hold Me Tight
50 | Hold Me Tight
51 | Hold Me Tight
52 | Hold Me Tight
53 | Hold Me Tight
54 | Hold Me Tight
55 | Hold Me Tight
56 | Hold Me Tight
57 | Hold Me Tight
58 | Hold Me Tight
59 | Hold Me Tight
60 | Hold Me Tight
61 | Hold Me Tight
62 | Hold Me Tight

8 | Hold Me Tight

8.1K 476 5
By Shopiaaa_

Denis mengerjap merasa tidurnya terganggu oleh suara berisik di dekatnya. Membuka mata, Denis merasa tempat di sampingnya yang kosong dan sontak membuatnya terlonjak. Denis meringis merasakan pening karena baru bangun tidur langsung duduk sebelum kesadarannya terkumpul.

Tapi, itu tidak penting. Yang terpenting adalah mencari keberadaan Diana dan Chika. Namun sebelum Denis menuruni tempat tidur, suara cempreng putrinya mengalihkan perhatian Denis.

Untuk beberapa saat Denis terperangah melihat putrinya sudah siap dengan seragam sekolahnya. Denis memperhatikan Diana yang menyisir kemudian menguncir rambut putrinya. Tidak jauh berbeda dari putrinya, Diana juga terlihat segar tidak seperti dirinya masih berantakan.

"Chika mandi sendiri?" Denis mendekati dua perempuan yang semalam menemani tidurnya itu.

"Chika mandi sama Mama, Papa."

Jawaban Chika membuat Denis menatap Diana dengan senyuman penuh bahagia. Denis menggerakan tangannya mengusap pipi Diana dan berkata, "Kamu hebat."

"Mamanya Chika memang hebat."

Denis terkekeh saat tangannya yang berada di pipi Diana disingkirkan oleh putrinya. Putrinya itu memeluk Diana setelah memuji Diana.

"Papa bau. Chika sama Mama sudah mandi, cuma Papa yang belum mandi."

Denis mencium pipi putrinya bertubi-tubi membuat bedak sang putri luntur dan berpindah tempat ke bibirnya.

"Papa! Bedaknya Chika pindah ke bibir Papa. Mama, Chika jelek gara-gara Papa."

Diana mengusap surai putrinya yang duduk di pangkuannya setelah mengadukan kekesalannya. Wajah ceria Chika menjadi muram, nyaris menangis dalam pelukan Diana andai Diana tidak berkata, "Jangan nangis nanti semakin jelek."

Pada dasarnya Chika begitu manja dan penurut pada Diana sehingga setelah mendengar perkataan Diana, Chika menghentikan tangisnya.

"Mama, pakaikan Chika bedak lagi. Chika gak mau jelek kayak Papa."

Denis membulatkan matanya mendengar perkataan putrinya. Ingin menyerang putrinya lagi sampai menangis tapi tangan Diana membekap mulutnya dan menggelengkan kepala.

"Mandi," ujar Diana lembut namun mampu membuat Denis menurut.

Beranjak dari duduknya, Denis meraih handuk dan memasuki kamar mandi. Sepertinya bukan hanya putrinya yang menjadi penurut pada Diana, dirinya juga sama seperti putrinya dan entah kenapa sulit untuk mengabaikan perkataan Diana.

...

Hari ini bisa dikatakan hari yang paling berbeda dari hari-hari sebelumnya. Denis yakin Diana bisa sembuh dan mampu melawan rasa takutnya. Semuanya terbukti ketika dia selesai berpakaian kemudian menuju meja makan dan menemukan nasi goreng tersaji di meja makan. Dia melihat Chika disuapi Diana meski dia masih melihat tangan Diana gemetar saat menyuapi putrinya.

Denis mengambil duduk di samping Diana, menjadikan Diana berada di tengah-tengah dirinya dan putrinya. Denis mengembangkan senyumnya ketika Diana menyodorkan sepiring nasi goreng ke hadapannya sebelum kembali menyuapi putrinya. Setelah mengucapkan terima kasih kepada Diana, Denis menyantap sarapan buatan Diana yang sudah masuk ke dalam daftar makanan yang dia sukai.

Denis meraih satu tangan Diana yang bebas dan mengusap punggung Diana lembut. Ketika Diana menatapnya, Denis tersenyum dan mengangguk meyakinkan. Denis melakukan semua ini untuk memberikan dukungan pada Diana. Denis ingin menenangkan Diana untuk bisa melawan rasa takutnya.

Diana harus sembuh.

"Kamu sudah sarapan?" Denis menatap pergerakam Diana yang mengelap bibir putrinya setelah menghabiskan sarapannya. Meski ada kehampaan ketika genggamannya pada Diana terlepas.

"Mama belum makan, Pa. Soalnya Mama suapin Chika."

"Kenapa Chika tidak makan sendiri?"

"Gak mau. Chika maunya disuapin Mama. Chika capek setiap hari makan sendiri. Minta suapin ke Papa, sama Papa diomelin. Kalau sama Mama gak diomelin soalnya Mama sayang sama Chika."

Denis menghentikan sarapannya dan menatap putrinya jengkel.

"Kapan Papa gak sayang Chika? Kalau Papa gak sayang Chika, Papa gak mungkin bawa Chika ketemu Mama. Pulang sekolah Chika ke rumah saja biar Mama sama Papa di sini."

Kejahilan Denis kembali muncul. Dia menjauhkan tangan Diana yang merapikan seragam putrinya membuat putrinya berteriak dan bersusah payah naik ke pangkuan Diana yang sontak membuat Denis beranjak dari duduknya karena tanpa sengaja putrinya menarik infus Diana membuat infus Diana terlepas.

Denis menjauhkan putrinya dari Diana dan meraih tangan Diana yang mengeluarkan darah.

"Chika ke ruang tengah sekarang, Papa mau obati Mama," perintah Denis tegas membuat putrinya menurut dan menatap Diana sebentar sebelum beranjak ke ruang tengah.

Setelah memastikan putrinya menuruti perkataannya, Denis berlari mengambil kotak p3k dan membersihkan darah yang merembes dari punggung tangan Diana. Ringisan yang keluar dari Diana membuat Denis diserang rasa panik.

Denis baru bisa bernafas lega setelah infus kembali terpasang dan menggantikan infus yang hampir habis itu dengan yang baru. Denis memang mengganti infus Diana sendiri karena Diana belum terbiasa berinteraksi dengan orang baru membuat Denis harus serba bisa.

"Maafin aku ya. Kalau aku gak jahil ke Chika, dia gak bakal bikin kamu terluka," Denis memeluk Diana yang terduduk sementara dirinya berdiri sehingga wajah Diana sejajar dengan perutnya.

"Udah gak sakit."

Denis membelai pipi Diana dan mengusap pelan punggung tangan Diana yang tertancap infus. Denis tahu Diana mencoba menenangkannya. Meski tidak pernah merasakannya langsung, dia tahu pasti sakit ketika infus terlepas. Apalagi darah yang merembes membuat Denis bergedik ngeri.

"Kita sarapan bersama, ya?"

Diana terdiam dan Denis mengeratkan genggamannya. Denis kembali duduk di tempatnya dan menyuapi Diana.

"Diana."

Sontak Diana membuka mulutnya, menerima suapan Denis dan membuat Denis tersenyum. Dengan gemas Denis mengacak rambut Diana.

"Kamu harus banyak makan supaya kembali kayak dulu. Kamu sekarang kurusan, aku jadi ngeri lihat kamu gendong Chika takutnya tubuh kamu patah."

Diana sontak menunduk memperhatikan bentuk tubuhnya dan mengangkat tangannya yang terlihat tulang serta uratnya menonjol.

"Kamu sama Chika lebih berisi Chika jadinya," lanjut Denis seraya terkekeh melihat perubahan ekspresi Diana. Denis geli sendiri melihat Diana. Namun dia juga senang karena Diana yang berada di hadapannya tidak seperti Diana sebelumnya yang seperti kehilangan gairah hidupnya.

"Ayo makan lagi, buka mulutnya."

Diana menggeleng menolak suapan Denis seraya menunjuk mulutnya dimana makanan dalam mulutnya masih ada. Diana mengambil alih sendok di tangan Denis dan mengarahkan sendok itu ke mulut Denis.

Dengan senang hati Denis menerima suapan Diana. Ibu jari Denis bergerak mengusap ujung bibir Diana yang berminyak.

Kedua kalinya mereka menghabiskan makanan dalam satu piring yang baru Denis rasakan begitu membahagiakan. Membuat Denis kembali teringat masa lalu sebelum berkata, "Andai dari dulu kamu kayak gini."

Pergerakan Diana yang tengah membereskan meja makan terhenti dan menatap Denis dengan tatapan sayunya.

Denis tertawa melihat perubahan Diana. Dia mendekati Diana dan memeluk Diana dari belakang.

"Jangan dipikirin, aku lagi nostalgia," gumamnya seraya menggerakkan tangan Diana menata piring kotor kemudian membawanya ke wastafel masih dalam posisi dirinya di belakang Diana, menggerakkan tubuh Diana yang mendadak kaku setelah mendengar perkataannya.

Selesai membantu Diana beberes, Denis membawa Diana menghampiri putrinya yang menonton televisi di ruang tengah. Denis sudah siap berangkat ke kantor sekaligus mengantar putrinya ke sekolah.

"Nanti aku jemput Chika sekolah dan bawa dia ke sini lagi. Aku juga bakal makan siang di sini, kalau kamu gak mau masak buat makan siang hubungi aku biar aku belikan makan siang di luar dan kita makan sama-sama lagi," Denis mengusap kepala Diana.

Semalam Denis memberikan ponsel pada Diana. Bukan ponsel baru, melainkan ponselnya yang satu lagi karena dia memiliki dua ponsel. Denis belum sempat membelikan ponsel baru untuk Diana. Mungkin nanti dia menyempatkan waktu membelikan yang baru untuk Diana.

Di ponsel yang Denis berikan pada Diana hanya terisi kontak Denis sehingga memudahkan Diana menghubunginya dan Denis setidaknya tidak terlalu khawatir meninggalkan Diana sendiri di apartemen ketika dia di kantor dan putrinya sekolah.

Saat Denis hendak berangkat, tiba-tiba ponselnya di saku berdering. Meraih ponselnya, Denis sontak mendengus melihat siapa yang menghubunginya dan berhasil merubah moodnya.

Denis hendak menolak panggilan yang masuk, tetapi kalah cepat dengan Diana yang meraih ponselnya dan menonaktifkan ponselnya. Denis terkejut dengan perbuatan Diana. Tapi yang lebih mengejutkan lagi adalah, air mata Diana yang jatuh membuat Denis membawa Diana ke pelukannya.

Denis tidak peduli ponselnya yang Diana jatuhkan sebab tangan perempuan itu bergetar hebat.

"Jangan," lirih Diana mencengkeram kemeja Denis.

"Jangan angkat. Jangan ...," racau Diana membuat Denis mengeratkan pelukannya dan mengumpat dalam hati ketika putrinya melihat Diana menangis. Putrinya hendak membuka suara namun Denis segera memberi isyarat pada putrinya untuk diam.

Bersyukur putrinya penurut sehingga yang putrinya lakukan adalah, memeluk kaki Diana.

"Mama jangan menangis," ujar putrinya membuat Diana menghentikan tangisnya. Tersentak mendengar nada sedih putrinya.

Denis mengusap air mata Diana dan menangkup wajah Diana.

"Aku tidak akan mengangkatnya."

"Jangan."

"Iya, aku tidak akan mengangkatnya, Diana."

"Janji?"

Denis terperangah, menatap terkejut jari kelingking yang Diana sodorkan padanya namun tak ayal membuatnya membalas jari kelingking yang Diana sodorkan. Denis terkekeh geli melihat kelakuan Diana yang tertular putrinya.

"Janji, Diana."

Perlahan senyum Diana terbit dan Denis mendaratkan ciuman di kening Diana.

Tanpa Diana memohon padanya, Denis sudah pasti menolak akses bagi keluarga Diana. Mengetahui Papanya menghubunginya saja sudah membuat Diana seperti ini, apalagi dia memberitahu keberadaan Diana pada keluarganya. Denis tidak tahu lagi sehisteris apa Diana.

Ini semakin membuatnya terganggu. Diana ketakutan melihat Papanya menghubunginya.

Apa yang Diana alami juga terdapat campur tangan Papa Diana?

Tapi ... ah, sudahlah. Denis tidak mau merusak paginya yang perlahan membaik karena adanya Diana dan putrinya.

...

Jangan lupa tinggalkan jejak!💜

...

Hold Me Tight | 2022
Shopiaaa_

Continue Reading

You'll Also Like

84.3K 10.9K 36
Memutuskan pindah ke Rumania rupanya bukan sesuatu yang bisa Sunoo anggap sebagai keputusan paling tepat dalam hidupnya. Karena di sana ia harus berh...
20.1K 1.2K 20
Bagi Anna, MacMillan adalah pria tampan yang sangat mempesona, jangan lupa kaya raya, dan beruntungnya Anna karena MacMillan memilihnya untuk menjadi...
3.5M 26.9K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
33K 4K 56
Spin off UNTOUCHABLE RAIN. Dianjurkan untuk membaca UNTOUCHABLE RAIN terlebih dahulu. Blurb: Nesha Athania Viersa adalah aktris sekaligus model terke...