Hold Me Tight

Od Shopiaaa_

352K 19K 878

Denis memilih melepas cintanya karena yang dia cinta tidak sudi membalas cintanya. Diana adalah perempuan per... Více

1 | Hold Me Tight
2 | Hold Me Tight
3 | Hold Me Tight
4 | Hold Me Tight
5 | Hold Me Tight
6 | Hold Me Tight
8 | Hold Me Tight
9 | Hold Me Tight
10 | Hold Me Tight
11 | Hold Me Tight
12 | Hold Me Tight
13 | Hold Me Tigth
14 | Hold Me Tight
15 | Hold Me Tight
16 | Hold Me Tight
17 | Hold Me Tight
18 | Hold Me Tight
19 | Hold Me Tight
20 | Hold Me Tight
21 | Hold Me Tight
22 | Hold Me Tight
23 | Hold Me Tight
24 | Hold Me Tight
25 | Hold Me Tight
26 | Hold Me Tight
27 | Hold Me Tight
28 | Hold Me Tight
29 | Hold Me Tight
30 | Hold Me Tight
31 | Hold Me Tight
32 | Hold Me Tight
33 | Hold Me Tight
34 | Hold Me Tight
35 | Hold Me Tight
36 | Hold Me Tight
37 | Hold Me Tight
38 | Hold Me Tight
39 | Hold Me Tight
40 | Hold Me Tight
41 | Hold Me Tight
42 | Hold Me Tight
43 | Hold Me Tight
44 | Hold Me Tight
45 | Hold Me Tight
46 | Hold Me Tight
47 | Hold Me Tight
48 | Hold Me Tight
49 | Hold Me Tight
50 | Hold Me Tight
51 | Hold Me Tight
52 | Hold Me Tight
53 | Hold Me Tight
54 | Hold Me Tight
55 | Hold Me Tight
56 | Hold Me Tight
57 | Hold Me Tight
58 | Hold Me Tight
59 | Hold Me Tight
60 | Hold Me Tight
61 | Hold Me Tight
62 | Hold Me Tight

7 | Hold Me Tight

8.5K 515 7
Od Shopiaaa_

Luar biasa.

Denis bahkan tidak bisa berkata-kata melihat perubahan Diana ketika melihat Chika. Wajah yang biasa dia lihat pucat bahkan lesu itu kini berbinar dengan senyum lebar. Sejak kedatangan Chika, Diana terus mengajak putrinya mengobrol. Berbanding jauh sebelum kedatangan Chika.

Dia dan Diana memang mengobrol tapi tidak sepanjang obrolan Diana dan Chika. Dua perempuan di hadapannya itu saling melepas rindu dan meluapkan kasih sayang yang selama ini terpisahkan. Tidak mau melewatkan momen berharga ini, Denis bergabung dengan Diana dan Chika.

"Papa sana!"

Denis mengabaikan teriakan putrinya yang berusaha mendorongnya menjauh, lebih tepatnya berusaha melepas pelukannya pada putrinya dan Diana. Berbeda dengan putrinya yang menolak dipeluk, Diana justru terkekeh melihat putrinya dan menikmati pelukannya. Dia memeluk putrinya dan Diana sekaligus yang merupakan salah satu keinginannya dulu, semasa dia dan Diana menjadi suami istri.

Tidak menyangka jika keinginannya terwujud setelah dia dan Diana berpisah.

"Papa, aku mau sama Mama. Papa jangan ganggu."

Putri cantik Denis itu berhasil melepaskan diri dari pelukan Papanya dan sekarang tengah membantu Mamanya terlepas dari pelukan Papanya.

"Gak mau. Memangnya Chika saja yang mau sama Mama, Papa juga mau sama Mama."

Denis memeluk Diana dan tidak membiarkan putrinya memeluk Diana. Denis membalikkan tubuh Diana hingga membelakanginya kemudian menempatkan Diana diantara kedua kakinya sehingga Diana sepenuhnya berada dalam pelukannya. Kedua kakinya melingkari tubuh Diana, seolah-olah Diana guling. Jangan lupatan tatapan jahil yang dia perlihatkan pada putrinya yang tidak bisa menggapai sang Mama.

"Papa! Chika mau sama Mama," teriak putrinya memukul lengannya yang justru menyembunyikan wajahnya di leher Diana.

Melihat aksi brutal Chika, Diana menahan kedua tangan Chika dan menggeleng pelan.

"Tidak boleh," ujar Diana dengan suara lembutnya yang entah kenapa membuat Denis bahagia. Denis menyukai suara lembut Diana.

Kedua tangan Denis yang melingkari perut Diana perlahan melingkari perut putrinya yang kini berada di pangkuan Diana sehingga sekarang Denis memeluk Diana dan putrinya bersamaan. Kedua kakinya yang melingkari kaki Diana juga berpindah melingkari kaki putrinya. Nyaris mendapat penolakan dari putrinya andai Diana tidak menahan putrinya.

Putrinya sangat penurut pada Diana dan dia baru tahu jika putrinya begitu manja pada Diana. Membuat rasa bersalah kembali hadir karena telah memisahkan putrinya dengan Diana. Ternyata peran Diana dalam kehidupan putrinya begitu berarti.

"Mama gak pergi lagi, kan? Chika gak mau Mama pergi. Chika pengen makan nasi goreng buatan Mama tapi Mama gak ada. Chika juga pengen sekolah ditemenin Mama biar sama kayak temen-temen Chika. Chika juga mau tidurnya dipeluk Mama sama Papa."

Denis mengusap surai putrinya yang menatap Mamanya dengan tatapan polosnya dan kedua tangan melingkari leher Diana.

"Mama di sini. Mama gak akan pergi."

Jawaban sederhana Diana mengembangkan senyum putrinya membuat Denis tidak bisa menahan rasa harunya.

"Chika sudah makan?"

Mendengar pertanyaan Diana membuat Denis sontak menjauhkan wajahnya dari leher Diana dan menatap Diana dengan tatapan antisipasi. Percayalah, Denis dilanda cemas. Diana tidak mau makan dan kalau makan Diana kembali histeris. Dia tidak mau Diana histeris disaat ada putrinya yang membuat putrinya itu ketakutan.

"Belum. Kata Papa makannya setelah Mama tidur, tapi Mama belum tidur jadi Chika sama Papa main dulu sama Mama."

"Mau Mama masakkan nasi goreng kesukaan Chika?"

"Mau, Ma. Chika mau."

Denis menahan nafasnya mendengar perkataan Diana yang sontak membuatnya mengarahkan wajah Diana untuk menghadapnya.

"Diana," nafasnya tercekat menatap Diana terkejut.

"Kenapa?"

"Apa yang kamu lakukan?"

"Memasak untuk anakku."

"Diana ...."

Rahang Denis mengeras. Sulit berkata-kata namun rasa cemas semakin menjadi.

"Denis, aku mau belajar melawan rasa takutku. Aku mau sembuh. Aku gak mau seperti ini. Ini ... ini sakit," Diana mengangkat tangannya yang tertancap jarum infus dan memperlihatkannya pada Denis.

"Benda ini menghalangi pergerakanku. Aku ingin menggendong anakku tapi benda ini bikin tangan aku sakit. Aku mau sembuh."

Mata Diana berkaca-kaca. Kedua tangan Diana merangkum wajah Denis yang terlihat kacau namun tak ayal senyum kecil terbit di bibir tipis Denis membuat Diana turut tersenyum dan memberanikan diri memeluk Denis.

"Bantu aku, Denis."

Denis membalas pelukan Diana tak kalah eratnya. Rasa cemasnya hilang begitu saja dan menghadirkan rasa bahagia sekaligus ketenangan dalam dirinya. Diana ingin sembuh dan Diana membutuhkannya.

"Papa! Chika mau sama Mama."

Denis mengumpat dalam hati dan melepas pelukannya pada Diana ketika putrinya berteriak. Dia hanyut dalam dunianya sendiri dan melupakan sosok putrinya yang masih berada di pangkuan Diana, menyaksikan apa yang dirinya dan Diana lakukan.

Mencubit gemas pipi putrinya, Denis melepas pelukannya dan berdiri.

"Ayo, kita masak, Papa juga lapar pengen makan masakan Mama juga," Denis menurunkan putrinya dari tempat tidur dan membantu Diana berdiri.

Setibanya di dapur, Denis mendudukkan putrinya di meja makan kemudian dia menuntun Diana ke depan kompor. Denis menggenggam kedua tangan Diana yang gemetar. Bahkan raut wajah Diana tidak setenang sebelumnya membuatnya menatap Diana meyakinkan.

"Kamu pasti bisa. Aku akan bantu kamu."

Tanpa menunggu jawaban Diana, Denis berdiri di belakang Diana dan menuntun tangan Diana meraih bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat nasi goreng.

Denis mengeratkan genggamamannya saat merasakan Diana mulai berontak.

"Diana, tenangkan diri kamu. Lawan rasa takut kamu demi anak kita. Aku di sini," bisik Denis tepat di telinga Diana.

Sulit memang dalam menenangkan Diana namun perlahan tapi pasti tangan Diana tidak segemetar sebelumnya. Diana mulai rileks meski sedikit takut-takut ketika melihat nasi.

Denis dibuat terkesan pada Diana. Diana benar-benar mencoba melawan rasa takutnya dan meski masih dibantu olehnya, Diana tidak melupakan nasi goreng yang disukai putrinya. Hingga tidak lama setelahnya, nasi goreng buatan Diana tersaji.

"Mama gak makan?" Tanya putrinya ketika Denis melettakan dua piring nasi goreng di meja makan.

Denis merengkuh Diana dan menahan Diana untuk tidak memundurkan langkahnya. Tatapan Diana mengarah pada nasi goreng. Bukan karena ingin memakannya, melainkan karena ketakutannya pada makanan.

"Papa, piring punya Mama mana? Mama gak makan?"

Denis menatap Diana dan meremas pelan pinggang Diana agar fokus Diana tidak lagi pada nasi goreng di meja makan. Jangan sampai putrinya kembali menanyakan hal yang sama dan menjadi boomerang bagi Diana sendiri.

"Diana, anak kita bertanya," Denis sengaja semakin merapatkan tubuh Diana padanya dan berhasil membuat Diana tersentak.

"Denis."

"Kamu mengabaikan anak kita."

Diana mengarahkan tatapannya pada Chika.

"Anak Mama."

"Mama gak makan?"

Diana menatap Denis yang tersenyum padanya.

"Kamu harus mencobanya Diana."

Diana kembali menatap nasi goreng di meja makan kemudian menatap Denia dan berakhir menatap putrinya.

Kedua tangan Diana bergetar namun tak urung membuat Diana mendudukkan dirinya di kursi yang membuat Denis mengembangkan senyumnya. Denis duduk di samping kanan Diana, sementara putrinya duduk di samping kiri Diana.

"Papa sama Mama bagi-bagi makannya?"

"Iya. Chika juga mau bagi-bagi makanannya ke Papa dan Mama?" Denis menatap putrinya yang menggeleng.

"Gak mau. Chika mau habiskan nasi gorengnya soalnya Mama yang masak."

"Apa hukumannya kalau Chika tidak menghabiskan makanannya."

Terlihat putri Denis dan Diana itu berpikir sebelum berkata, "Kalau Chika tidak menghabiskan makanannya, Papa boleh tidak membacakan dongeng saat Chika mau tidur."

"Baiklah."

Setelahnya putri Denis dan Diana itu melahap nasi gorengnya membuat Denis sumringah.

Dengan sebelah tangan menggenggam tangan Diana, Denis menyendokkan nasi goreng ke mulutnya dan dia kembali dibuat terkesan pada Diana. Masakan Diana enak dan pantas saja putrinya selalu berkata ingin memakan nasi goreng buatan Diana.

"Buka mulutnya," Denis mengarahkan sesendok nasi goreng pada Diana dengan genggaman di tangan Diana kian mengerat.

"Diana, kamu pasti bisa," ujar Denis lagi dan disambut dengan baik oleh Diana meski terlihat takut.

Saat makanan masuk ke mulut Diana dan melihat perubahan Diana sontak Denis menangkup wajah Diana dan menggeleng.

"Kunyah dan telan jika kamu ingin sembuh dan bebas," Denis berbisik dan membelai pipi Diana dengan tatapan meyakinkan sebelum akhirnya mulut Diana bergerak.

Senyum Denis kembali merekah saat Diana berhasil menelan makanannya. Ibu jari Denis bergerak mengusap air mata Diana. Denis tahu tidak mudah bagi Diana untuk melawan rasa takutnya. Tapi jika tidak begini maka Diana terus merasa takut pada makanan dan kedatangan putrinya sungguh membawa kemajuan bagi Diana.

Denis terus menyuapi Diana dan pada suapan keenam Denis terpaksa tidak menyuapi Diana saat melihat Diana membekap mulutnya dengan satu tangan. Setidaknya Diana mau makan sudah lebih dari cukup. Tidak harus dipaksa makan banyak karena semua dilakukan secara perlahan dan Diana memakan lima suapan merupakan kemajuan sangat pesat bagi Diana.

...

Malam harinya Denis, Diana dan Chika menghabiskan waktu di ruang tengah. Bukan menghabiskan waktu, lebih tepatnya Denis dan Diana menemani Chika belajar. Sesekali Chika memperlihatkan nilainya yang didapat di sekolah kepada Diana dan menceritakan bagaimana kegiatannya di sekolah.

Semua hal diceritakan Chika dan Denis merasa hatinya menghangat melihat kedekatan Diana dengan Chika.

"Besok Mama temenin Chika sekolah ya, Ma. Chika belajar ditemenin Mama terus Mama suapin Chika waktu istirahat kayak temen Chika. Terus pulang sekolah Mama gendong Chika dari kelas biar kaki Chika gak kena injak. Kaki Chika sakit Mama diinjak sama temen-temen Chika."

"Chika mau sekolah ajak Mama?" Denis bertanya dan mendapat anggukan kepala dari putrinya.

"Katanya Chika sudah besar kenapa sekolahnya ngajak Mama?"

Chika memberenggut dan mendekati Papanya, meninggalkan buku-bukunya yang berserakan di karpet. Chika duduk di pangkuan Mamanya dan memeluk Mamanya erat.

"Chika gak mau Mama pergi. Kalau Chika gak bawa Mama nanti pas sekolah Mama pergi lagi."

Tubuh Denis menegang mendengar ucapan putrinya, penuh kesedihan dan membuatnya kembali diliputi rasa bersalah. Apa selama ini putrinya tidak bahagi bersamanya?

"Mama di sini. Mama tidak akan pergi."

"Mama jangan bohong. Mama kalau kerja lama pulangnya, gak kayak Papa yang pulang tepat waktu. Padahal Chika kangen banget sama Mama tapi Mama sibuk kerja. Makanan di rumah enak, tapi nasi goreng buatan Mama paling enak."

Diana mengusap surai putrinya yang menyembunyikan wajahnya di dadanya.

"Mama di sini bersama Chika. Setiap hari Mama akan menemani Chika dan membuatkan nasi goreng buat Chika. Chika jangan bersedih, Mama tidak berbohong."

Chika mengangkat jari kelingkingnya dan mendongak menatap Mamanya yang menatapnya lembut.

"Mama janji?"

Diana melingkarkan jari kelingkingnya pada jari kelingking putrinya dan berkata, "Janji."

"Yey! Mama udah janji berarti Mama gak boleh ingkar nanti dosa."

Diana tersenyum dan menoleh pada Denis yang membalas tatapannya.

Tidak mau kalah dengan putrinya, Denis juga memeluk Diana dan menyembunyikan wajahnya di leher Diana. Seolah-olah Diana adalah sumber kebahagiaan dan kehangatan bagi Ayah dan anak itu.

...

Obat buat Diana itu Chika ygy dan Denis kecipratan rejekinya Chika😂

Jangan lupa tinggalkan jejak!💜

...

Hold Me Tight | 2022
Shopiaaa_








Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

1.9M 9K 17
LAPAK DEWASA 21++ JANGAN BACA KALAU MASIH BELUM CUKUP UMUR!! Bagian 21++ Di Karyakarsa beserta gambar giftnya. 🔞🔞 Alden Maheswara. Seorang siswa...
30.8K 2.2K 29
Bukan salahnya jika ia terlahir dari sebuah kesalahan. Kenapa harus seorang anak yang menjadi korban dari kesalahan orang tuanya di masa lalu? Kenapa...
3.4M 51.1K 32
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
533K 4.1K 6
Tahap Revisi, Cerita akan berbeda dari versi asli nya. #Rank1 :Couple (7/11/20) #Rank1 :Penyesalan (28/10/20) #Rank1 :Rujuk (23/11/20) #Rank1 :Wife (...