OCELADIS || NIKAH MUDA [TERBI...

By Yohananic_

2.1M 311K 167K

TERBIT DI PENERBIT GALAXY [TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE KESUKAAN KAMU] 🚫 SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE; FOLLOW... More

O C E L A D I S : P R O L O G
O C E L A D I S | 1
O C E L A D I S | 2
O C E L A D I S | 3
O C E L A D I S | 4
O C E L A D I S | 5
O C E L A D I S | 6
O C E L A D I S | 7
O C E L A D I S | 8
O C E L A D I S | 9
O C E L A D I S | 10
O C E L A D I S | 11
O C E L A D I S | 12
O C E L A D I S | 13
O C E L A D I S | 14
O C E L A D I S | 15
O C E L A D I S | 16
O C E L A D I S | 17
O C E L A D I S | 18
O C E L A D I S | 19
O C E L A D I S | 20
O C E L A D I S | 21
O C E L A D I S | 22
O C E L A D I S | 23
O C E L A D I S | 24
O C E L A D I S | 25
O C E L A D I S | 26
O C E L A D I S | 27
O C E L A D I S | 28
O C E L A D I S | 29
O C E L A D I S | 30
O C E L A D I S | 31
O C E L A D I S | 32
O C E L A D I S | 33
O C E L A D I S | 34
O C E L A D I S | 35
O C E L A D I S | 36
O C E L A D I S | 37
O C E L A D I S | 38
O C E L A D I S | 39
O C E L A D I S | 40
O C E L A D I S | 41
O C E L A D I S | 42
O C E L A D I S | 43
O C E L A D I S | 44
O C E L A D I S | 45
O C E L A D I S | 46
O C E L A D I S | 47
O C E L A D I S | 48
O C E L A D I S | 50
O C E L A D I S | 51
O C E L A D I S | 52
O C E L A D I S | 53
E P I L O G
ENDING OCELADIS
[OCELADIS]
OCEAN PROJOGO

O C E L A D I S | 49

25.2K 4.5K 1.9K
By Yohananic_

Happy Reading!
Jangan lupa untuk selalu memberikan vote dan komentar!🦋

WAJIB FOLLOW INSTAGRAM :
@yohanacancer
@ceritayohana

UDAH NABUNG BUAT NOVEL OCELADIS BELUM?!

PROMOSIIN CERITA OCELADIS KE INSTAGRAM/TIKTOK/TWITTER KALIAN YA 🥺

Random Question :

1. Sebutin makanan yang kalian gak suka tapi disukain sama orang banyak >>>

2. Kalian baca wattpad sejak kapan? >>>

3. Mau tau tanggal lahir kalian dong >>>

Ocean dan Geladis tiba di restoran yang cukup terkenal di kota Jakarta. Sepasang suami-istri itu berjalan memasuki restoran dengan tangan yang saling bertaut, sesekali tertawa karena pembicaraan tidak jelas.

Geladis menarik nafas panjang, "pokoknya kamu nggak boleh marah ya kalau aku pesan makanan yang pedes."

Ocean memutar bola mata malas, tangannya beralih merangkul Geladis. "Jangan ngeluh kalau sakit perut ya," peringatnya membuat sang istri hanya mengedikkan bahu santai.

Mereka mengambil posisi duduk di dekat jendela sudut, beberapa orang menatap pasangan itu mencemooh. Terutama ketika melihat tanda merah yang berada di leher Geladis.

Geladis membuang wajah mencoba mengabaikan. Ocean tersenyum manis, mereka duduk berhadapan sehingga lebih mudah baginya untuk mengusap pipi putih Geladis. "Sayang..."

"Hm?" jawab Geladis berusaha menyembunyikan kegetiran. Kalau dia tidak salah dengar tadi, keluarga yang duduk dua meja di depan mereka sedang bergosip.

"Lihat ceweknya Pah, kayaknya dia kerja di kelab. Lehernya banyak cupang gitu."

"Nggak usah di pikirin, mereka cuma iri aja. Mereka nggak tahu betapa baiknya istriku ini," hibur Ocean masih dengan senyum yang masih terpatri pada kedua sudut bibir.

Geladis tersenyum getir, "memangnya apa yang salah sama penampilan aku?" ia menatap dirinya dari pantulan kaca. Sejujurnya tidak ada yang salah sama sekali, semuanya normal seperti wanita kebanyakan.

Ocean menggeleng dengan kernyitan didahi, "nggak ada sayang. Seberapa banyak kamu nerima kata-kata kayak gitu?"

"Lebih banyak kalau dibandingin sama kamu. Kita nikah muda aku kena cibir, kamu selingkuh aku kena cibir, kita baikan juga kena cibir. Nasib aku nggak pernah baik." Ujar Geladis getir menahan sakit.

Ocean menelan saliva susah payah, melihat Geladis tak berdaya seperti itu merupakan tamparan besar untuknya bahwa selama ini dia tidak memperhatikan apapun. Hanya melihat dari satu sisi bahwa Geladis selalu tersenyum, tetapi tak menyangka dibalik senyum manis itu banyak cacian yang telah diterima.

"Kelihatan perempuan nggak beres."

Ocean menggertakkan gigi marah ketika mendengarnya. Geladis menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan-lahan. "Nggak apa-apa. Mungkin kita yang salah tempat," pungkasnya mencoba menenangkan.

Ocean tidak menjawab, namun kepalan tangannya mulai terbentuk pertanda tidak terima dengan ucapan keluarga yang berada dua meja sebelum mereka.

Satu cacian lagi maka Ocean akan menghancurkan restoran itu.

"Benar Pah. Seharusnya merah-merah di lehernya bisa di tutupin bedak dulu biar nggak kelihatan jalangnya."

Ocean bangkit berdiri. Geladis tersentak kaget akibat pergerakan yang tiba-tiba itu disaat dia sedang asik melamun. Dengan kepalan tangan yang mengeras, Ocean menghampiri meja yang terdiri dari sepasang orang tua dan dua anak mereka yang tampaknya sama-sama kuliah seperti mereka.

"Brengsek!" Ocean menarik kerah baju pria paruh baya itu, memukul pelipisnya kencang seakan sedang keserupan.

Geladis membulatkan mata, dia beranjak dari posisinya namun langsung di tahan dengan suara kelam Ocean. "Berhenti disana sayang, aku nggak mau nyakitin kamu."

Geladis menahan nafas. Suasana mulai tidak kondusif terutama saat beberapa orang merekam kejadian.

Pria paruh baya itu menyentuh pelipis, menatap bengis pada Ocean. "Apa-apaan kamu?!" teriaknya marah mencoba bangkit.

Anak pria paruh baya itu melangkah maju. "Lo—"

"Abraham Djitro," Ocean menyeringai sinis. "Jadi lo sama keluarga sampah lo ini yang berani gosipin istri gue?"

Geladis menipiskan bibir. Dia sudah tau, pasti Abraham membeberkan tentang pernikahan mereka kepada orang tuanya sehingga tercipta keributan. Dia sakit hati karena perlakuan Ocean dimasa lalu yang menghajarnya habis-habisan.

"Apa maksud kamu ngatain kami?!" Ibu Abraham berteriak marah lantaran tak terima mendapat hinaan itu.

Ocean meregangkan otot, maju selangkah mencengkram leher Abraham hingga terasa terjepit. Sorot kedua bola matanya berubah dingin hingga rasanya Abraham bisa membeku saat itu juga.

"Menghina istri gue sama aja menjemput kematian." Bisik Ocean murka semakin mencekik leher Abraham.

Wajah cowok berkacamata itu memerah, dia berusaha melepaskan cekikan Ocean namun kekuatan mereka berbanding jauh. Teriakan demi teriakan mulai terdengar, Ayah Abraham ingin maju tapi baru saja ingin melangkahkan kaki ancaman Ocean membuatnya takut.

"Maju selangkah lagi, anak lo mati di tangan gue." Ujarnya dengan suara tertahan karena emosi yang tidak lagi dapat digambarkan.

Geladis gemetar, dia takut sematan Pembunuh benar-benar dimiliki Ocean.

"PANGGIL SATPAM!" adik Abraham berteriak panik.

"TOLONG JANGAN BUNUH ANAK SAYA!!" Ibu Abraham berseru ketakutan dengan tangis yang mulai terdengar.

Tak lama dari itu satpam bersama pemilik restoran datang bergerombol. Alhasil Ocean dan Abraham dikelilingi oleh banyak orang. Sedangkan Geladis hanya berdiri di sudut memperhatikan dalam diam. Dia ingin maju melerai tetapi mengingat sakit hati yang diperbuat ke empat orang itu ketika menghinanya membuatnya urung.

"Lepaskan!" ujar Satpam cukup kencang.

Rahang Ocean mengeras, "gue udah bilang jangan ada yang maju atau gue bunuh dia saat ini juga!"

Mereka tak berani bergerak. Takut kalau ancaman itu berubah menjadi kenyataan.

"Ceyan..."

Suara lembut penuh ketakutan itu membuat Ocean memalingkan wajah, ia menatap Geladis yang mengulurkan sebelah tangannya. "Udah, kamu jangan jadi penjahat." Lanjutnya masih dengan suara yang pelan.

Perlahan demi perlahan Geladis mendekati suaminya, mengusap cengkraman pada leher Abraham. "Makasih udah bela aku," bisiknya.

Cengkraman Ocean melemah, masih dengan tatapan yang terpusat penuh pada Geladis dia menurut bagai tersihir. Tatapannya pun berubah dengan cepat menjadi lebih lembut. Menyakiti Geladis adalah hal yang tidak akan pernah Ocean lakukan lagi.

"Sayang," panggil Ocean ketika jemari mereka berhasil ditautkan oleh Geladis.

Suara batuk Abraham terdengar memekakkan telinga, cetakan merah bekas cekikan terlihat jelas pada lehernya. Tampak sekali Ocean tak berpikir panjang ketika melakukannya.

Ibu Abraham beserta adik perempuannya menangis melihat cowok berkacamata itu nyaris kehabisan oksigen. Beramai-ramai orang menghampiri mencoba memberikan bantuan.

Tatapan Ocean hanya berpusat pada Geladis, mengabaikan puluhan pasang mata yang menyaksikan mereka ataupun orang-orang yang sibuk membantu Abraham beserta keluarganya.

"Kita pulang ya?" ajak Geladis tersenyum manis.

"Kamu nggak lapar?" Ocean mendekat, mengusap pelan pipi dingin itu menggunakan jempol.

Geladis menggeleng masih dengan senyum yang terpatri. "Aku mau makan masakan suamiku. Kita pulang ya?"

Ocean mengangguk, membalikkan badan, menyorot tajam pada mereka semua. Dia melangkahkan kaki dalam diam, masih berpegangan tangan dengan sang istri membelah kerumunan yang berbisik-bisik.

Satpam dan pemilik restoran tak bisa berbuat banyak, karena Ocean dan Geladis pun sudah memutuskan untuk pergi dari sana. Jika tadi memilih tinggal, mereka masih bisa melakukan tindakan mengusir.

"Saya bawa ini ke jalur hukum!" teriak Ayah Abraham tiba-tiba membuat langkah Ocean dan Geladis terhenti.

Ocean tertawa sinis, membalik badan menatap keluarga itu menantang. "Silahkan. Gue nggak takut apapun selama itu bukan tentang kehilangan istri gue."

"ANAK MUDA SIALAN KAMU!"

"Kakek-kakek bau tanah lo. Sampah." Kata Ocean terakhir kalinya sebelum membalik badan meneruskan langkah mereka untuk kembali pulang, menyisakan kebisuan di restoran.

Diam-diam Geladis menyunggingkan senyum lebar. Ocean gila tapi dia suka. 

haloo, aku rajin bgt kan updated nya😁

jam berapa kamu baca cerita ini? >>>

tips move on dong😭😭 >>>

oceladis endingnya bener bener kece. Aku Pastikan kalian sukaaaa.

masih kawal sampai ending? >>>

SAD/HAPPY ENDING? >>>

MASIH TIM OCELADIS? >>>

RATE CHAPTER INI 1-10! >>>

SPAM EMOT ☺️ UNTUK HAPPY ENDING! >>>

SPAM NEXT BIAR LANJUT! >>>

AYO SCREENSHOT BAGIAN KESUKAAN TERUS MASUKIN INSTASTORY JANGAN LUPA TAG AKUN INSTAGRAM @yohanacancer DAN @ceritayohana YA!

(KAMIS, 10 DESEMBER 2021)

Tertanda,
Yohana Fiennes-tiffin 😱

Continue Reading

You'll Also Like

6.3M 209K 33
[PART DI PRIVATE, FOLLOW UNTUK MEMBACA 18+] "Apa lo liat-liat, minta di colok tuh mata?!," ketus gadis itu memelototi seorang cowok di hadapannya. "D...
40.8K 3K 67
[END] [TAHAP REVISI] **** Seorang Abrionel, tidak akan memberikan kehangatan tanpa balasan. Dan seorang Lionel, tidak akan membuka lagi hati ketika t...
GENTAR [END] By DISA

Teen Fiction

311K 29.6K 77
"Ganteng beraksi, pantang patah hati!" Salah satu slogan yang dibuat oleh Gentario Dewanggara, pencetus PERGANTA (Perkumpulan Cogan Mahanta). Gentar...
5K 496 16
Tentang para manusia berkekuatan super. Satu keluarga superpowernya bisa beda beda. Kalo ada kakak adek berantem kadang udah kek ujian chunin babak k...