Rewrite My Heart [TERSEDIA DI...

By esterspy

1.7M 163K 22.5K

SUDAH TERBIT DAN DAPAT DITEMUKAN DI TOKO BUKU! @id.akad @id.skuad @esterspy Ikut denganku membuka lembaran ce... More

prolog
01. Kiana-nya Saga
02. Saga-nya Kiana
03. Ada yang Suka
04. Orang Tua Sagara
05. di balik koridor
06. Takut Kehilangan
07. Pertandingan Basket
08. Kamu... lupa
09. Hangat | Drama Perkucingan
10. Rain Girlnya Sagara
11. Perkemahan SMA Tunas Bangsa
rewrite my heart bought some photos 4 u
12. Bus dan Zayara
13. Saga Suka Kiana?
14. Kamu Begitu Abu-Abu
15. Meramal Jadian
16. Kiana dan Pak Tio
17. Sagara, Kiana, dan Kuis
18. Mall
19. Ucapan Semangat
20. Lari Pagi Manis
21. Di Mobil
22. His Name
23. Kita Temanan Lagi, ya?
24. We? Grey.
25. Persiapan HUT SMA Tunas Bangsa
26. HUT SMA Tunas Bangsa
27. Tiga Senyum untuk Snow White-nya Sagara
28. Pulang
29. Tak Pernah dan Tidak Akan Pernah Terucap
30. Menyentuh Dunia Sagara
31. Unconditional
32. Mengalah, ya, Lagi
33. People Pleaser, Mengetahui
35. Ruang Musik || Sagara's Issue?
36. Hai, Ana; dari Saga
37. Zayara's Issue?
38. Young People Fall in Love, with the Wrong People Sometimes
39. Pukul 21.03
40. Menjadi Manusia
41. We All Lie
42. Air Mineral Untuk Sagara
43. Kiana Untuk Sagara
44. Jealousy
45. Delicate
46. Shake it off
47. Who will steal Sagara's last name?
48. Olympics Day | First Letter
49. Olimpiade
50. Visiting Hours
51. Easy on Me
52. Good night, my Rain Girl
fun/sad/whateva facts of...
53. We Can't Handle Anything
54. saga, kiana, and a kiss
55. Sagara is home. Home is Sagara
56. Kiana-nya Saga, Saga-nya Kiana, Selamanya
57. Rewrite
58. My
59. Heart
60. Hai, Rain Girl
A BIG SURPRISE WE BROUGHT TO YOU OMG

34. Apartemen Sagara

23.4K 2.1K 24
By esterspy

"Awan tidak ada.
Langit samar-samar seperti rasa.
Hujan tak tahu ada di mana.
Ini kenapa,
dan kita sebenarnya siapa?"
-Rewrite My Heart-







яєωяιтє му нєαят



SAGARA terkejut, ia menundukkan wajah, tangan kanannya bergerak menyusuri permukaan hidungnya yang dialiri darah segar hingga ke bibir atasnya.

Masih dalam keadaan berdiri di lapangan, Kiana buru-buru mengambil kunci mobil dari kantong celana abu-abu sekolah Sagara.

Tak ada waktu bertanya pada Sagara di mana ia memarkir mobil, Kiana cepat berlari bersama ibu jari kanannya menekan tanda gembok terbuka pada benda itu berulang kali hingga Kiana mendengar bunyi buka tutup kendaraan roda empat milik Sagara yang terlalu ia hapal, terletak di samping depan pagar.

Kiana masuk duduk ke kursi pengemudi. Ia menarik napas dalam lalu mengembuskan pelan, meyakinkan diri bahwa ia tak boleh panik. Kiana memaksa diri untuk ingat ajaran mengemudi Sagara satu tahun lalu. Kiana memegang setir dan menekan gas hingga benda itu bergerak menuju tempat Sagara berdiri.

Pintu penumpang di samping pengemudi benar-benar Kiana hentikan di depan Sagara yang berdiri, namun karena Kiana belum terlalu bisa mengerem mobil maka dari itu beberapa detik yang lalu setelah ia berhenti di depan Sagara, badan Kiana sedikit terlempar ke setir mobil Range Rover itu.

"Masuk cepaattt! Tisu di hidung lo darahnya udah tembus!!!" Kiana yang duduk di kursi kemudi, bergerak ke samping menahan diri untuk tidak ceroboh menekan perseneling guna membuka pintu agar Sagara segera masuk.

Sagara berjalan menuju kursi samping pengemudi yang dimaksud Kiana namun keluar lagi ketika di tangannya sudah ada lima lembar tisu. Sahabat Kiana itu mengitari mobil berjalan menuju kursi pengemudi yang diduduki Kiana.

"Nooo," tolaknya. Kiana yang tidak memakai seat belt memudahkan Sagara untuk memindahkan--menyeberangkan cewek itu ke kursi samping yang seharusnya untuk Sagara dengan cara meletakkan tangan kanannya di belakang lutut Kiana dan yang kiri menahan punggung sahabat masa kecilnya itu agar tak jatuh.

Tindakan yang Sagara lakukan semesta tahu harus terjadi karena pasti Kiana akan menolak dan memaksa agar dirinya yang belum pernah mengemudi di jalan raya yang menjadi supir saat ini.

Kiana memutar bola mata kesal, "Arggg!!" walau begitu tangan Kiana tetap memasang seat beltnya sendiri. "Gue mau nyupirin lo kali ini aja!!"

Hidung Sagara seperti orang mati sebab ia lengketkan dua tisu sekaligus mencegah darah keluar lagi. Entah bagaimana cara cowok itu akan bernapas, Kiana tak mengerti, sahabat masa kecilnya ini sok-sokan, pikirnya.

Sagara menggelengkan kepala, ia mengatur kembali driving position atau footrest mundur ke belakang karena Kiana yang sebelumnya sudah mengubah terlalu ke depan sebab badan cewek itu jauh lebih pendek darinya.

"Gak, lo mau main-main." Ia memasang sabuk pengaman, lalu keempat roda di bawah mobil itu mulai bergerak. "Nanti satu tahun lagi lo boleh nyetir ke mana-mana."

Kiana tak mau melihat wajah Sagara walau ia prihatin juga karena tahu cowok itu pasti sedang sakit kepala... dan pusing itu benar-benar Kiana benci.

"Kita ke apart dulu, lo ya tunggu di mobil jangan ngikut." Sagara memarkirkan mobil di basement, ia tahu kepalanya sangat sakit namun mengantar Kiana sampai rumah dengan selamat adalah yang utama.

"Y!"

Tujuan mereka berhenti di Residence Senopati Apartmen aka tempat tinggal Sagara tak langsung ke rumah Kiana yang beberapa belas menit lagi akan sampai jika diteruskan adalah Sagara yang harus mengambil obat pereda sakit kepala di ruangannya. Karna jarak dari sekolah ke apartemen ini lebih dekat daripada langsung ke rumah Kiana.

Daripada ke apotek dan mengantre lagi lebih baik ia ambil sendiri dari kotak obat yang selalu lengkap di kamarnya untuk jaga-jaga walau Sagara jarang sakit.

Dulu keluarganya seperti itu soalnya.

Kiana memperhatikan punggung Sagara yang hilang tertutup pintu lift. Sebenarnya 'Y' yang dijawabnya ketika sahabat masa kecilnya itu menyuruh untuk diam di mobil bukan benar-benar 'ya' tapi, 'yang benar aja!' itu.

Jadi karena Resindence Senopati yang sudah lama Sagara tempati itu besar, maka lebih dari bisa untuk Kiana sembunyi-sembunyi mengikuti Sagara masuk ke kamar cowok itu.

Lagian mengapa Sagara tidak mengajak dirinya ini, sih?! Apa jika Kiana ikut dalam perjalanan ke lantai 3 maka waktu akan terasa lebih lama?

"Berapa? Dua kosong... Ah!" Bisa-bisanya Kiana lupa sepuluh detik ulang tahun Sagara. Ya, itu adalah pin agar pintu apartemen Sagara yang sudah di depan Kiana ini dapat terbuka dan maka Kiana bisa lebih cepat memberantakinya.

Kiana berjalan masuk ke dalam, oh ya pintu mobil sahabatnya itu belum dikunci dan tidak ada yang menjaga sebab Kiana di sini. Biarin lah. Lagian ada CCTV kan.

Sudah mungkin lebih dua bulan ia tidak mengunjungi (read: merusuhi) apartemen Sagara. Belakangan ini Sagara yang paling sering ke rumah atau mereka ke Kiana Saga Homestay.

Untung saja dirinya yang bijak ini waktu itu menyuruh Sagara untuk mengganti pin untuk masuk sebab dulu--entah sudah berapa lama--membuka apartemen Sagara hanya cukup menekan angka 1 sebanyak enam kali.

Dengan paksaan yang hqq maka Sagara mau mengganti pin yang sangat simple dari 111111 menjadi tanggal lahir cowok itu sendiri. Sebenarnya Kiana meminta supaya tanggal lahirnya, tapi Sagara menolak katanya nanti kalau lupa bisa-bisa Sagara akan tidur di luar.

"Ini klo waktu itu ga diganti pinnya udah dicuri orang foto gue," gumam Kiana sendiri. Geer banget emang.

Cewek itu mendekat ke dinding yang terkena pantulan sinar matahari dari luar—jika siang Sagara membuka tirai untuk cahaya matahari masuk untuk membunuh kuman katanya—di sana terdapat seluruh, ya, seluruh foto Kiana. Sendiri.

Jika ada orang lain yang masuk ke sini mungkin ia kira ruangan Sagara yang menempati seorang perempuan.

Di sisi dinding sebelah terpajang foto-foto Sagara Aiden dan Kiana Sharetta Hauri berdua saja. Kapan coba cowok ini punya waktu membeda-bedakan foto-foto ini dan menggantunginya.

Lama-lama Kiana merasa dirinya bukan di kamar apartemen seorang manusia, namun semakin ke sini semakin seperti mengunjungi tempat pameran saja.

"Kok foto lo sendirian cuma dua sih?" Dari tadi Kiana mondar mandir–seperti guru kesenian yang menilai seni muridnya–mendapati wajah Sagara yang terdapat di dinding cuma dua, ketika masih bayi dan, ya, satunya lagi mungkin ketika umur-umur SMP.

"Gak papaa," jawab Sagara membuat Kiana berbalik dan menemukan bahwa sahabatnya itu barusan mandi ternyata. Cepat sekali. Kiana mengendikkan bahu lalu melihat-lihat hiasan dinding lagi.

Mata Kiana kembali terfokus pada satu foto yang padahal bingkainya warna hitam polos biasa namun menurutnya yang paling terkuar aura kemewahannya.

Foto berbingkai yang  dipajang Sagara di dinding sebelah kanan sendirian yang berisi wajah-wajah keluarga besar Sagara, kedua orang tua Sagara, oma, opa, sepupu, kakak dan adik-adik orang tua Sagara.

Kelihatan sekali wajah Sagara yang benar-benar tidak lokal Indonesia didudukkan di paha omanya. Apalagi dress code yang mereka pakai bernuansa coklat gelap dengan latar belakang foto dark semakin memancarkan aura-aura old money familynya.

Benar-benar ya.

Bau-bau duit.

"Eh ini udah ke mana?????"

"Masih di Aussie lah." Sagara berjalan mengambil lalu meminum dengan air obat sakit kepala yang ia pegang.

Selalu asal Kiana melihat foto keluarga Sagara maka cewek itu akan bertanya; ini udah di mana? Ini udah nikah belom? Yang ini anaknya seumuran kita gak? Yang gak pala pinter ada gak?

"OMGGGG, kalo mama sama tante ini sekarang foto di studio berdua terus rambutnya disasak trus diwarna kecoklatan, mereka bisa nandingin ibu-ibu Penthouse ato Sky Castle jamin."

Sagara malas, ia hanya iya-iya saja biar cepat.

"Ya, ya, ya, suka hati lo lah mau bilang apa."

"OMGGG, nanti gue kalau ibu-ibu harus kayak my mom atau ur mom atau adek-adek ur mom. Gue gamau berdaster-daster, gue harus elit dan tetap cantik plus royal." Kiana mendekat ke arah Sagara yang menunggunya di pintu. Cowok itu tampak excited mendengar penuturan Kiana. Iya, kan?

"Lo harus ingetin gue waktu besar. It's your duty, ok."

"Ok." Bukan, bukan Sagara yang  menjawab. Melainkan cewek itu sendiri menjawab pertanyaannya sendiri.

Suka hatinya lah mau apa. Mereka berdua turun menuju basement, Sagara saat ini hanya mau mengantar Kiana ke rumah, lalu ia balik lagi ke apartemen dan tidur pastinya untuk waktu yang mungkin lama karna saat ini Sagara begitu ngantuk.

"Kepala you sudah bagus belum?"

Penuturan kata Kiana seperti anak TK namun Sagara mengerti. Sagara menjawab dengan gelengan atas pertanyaan Kiana yang bertanya apa kepala Sagara masih sakit atau tidak.

Sagara keluar menjalankan mobil dari gedung bawah tempat berparkirnya kendaraan roda empat yang tidak terkena sinar matahari. Ia memasang sabuk pengaman, begitu juga dengan manusia di sampingnya ini—Kiana—karna kalau tidak Sagara akan seperti polisi.

"You need this." Tangan kanan Kiana terangkat menuju rambut Sagara yang lembut, memegang dan mengurutnya pelan di sana.

Kiana suka sekali memegang rambut Sagara yang tebal, wangi juga. Sagara merasa benar-benar terbantu atas jemari Kiana. Ujung mata Sagara melirik Kiana yang berbicara hal acak, sementara tangan cewek itu setia berada di kepalanya.

"Thank you."


*****

✨💸  Big Family and Sagara Aiden  💸✨

⚜️ looks like royal familia ⚜️

****

komen kalau ada typo ya, follow akun ini supaya dapet notifikasi update.
Aku lagi sakit, keluarga sy juga. Jadi lama ga update. Sekarang udah lumayan bisa nulis, bakal kembali routine update lagi yey!

Yang lagi not fine, percaya kalau kamu bakal baik lagi. sabar semua pasti baik-baik aja

see you. mau lihat akun-akun pembaca cerita ini dong, masa yg vote drastis beda sm komen, but its ok siapa tau lagi sibuk, but kali ini i need y'all here..

napas dulu.


Kiana Sharetta Hauri & Sagara Aiden


esterspy
yang lagi pengen masuk dunia fiksi

Continue Reading

You'll Also Like

18.9K 2K 2
╰ Bagian ketiga [III] dari seri cerita Rewrite My Heart. ╰ Dapat dibaca terpisah dari bagian pertama dan kedua Rewrite My Heart. ╰ Mengandung banyak...
841K 56.9K 40
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
98.8K 16.8K 34
Tujuan Javas hanyalah melihat Janna, sahabat yang dia cintai, senantiasa tersenyum karenanya dan lulus dengan nilai bagus. Namun, semuanya tak berjal...
2.3M 340K 70
(SUDAH TERBIT) TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA "Kita nggak pacaran, tapi Kak Caka punya aku!" Alana tersenyum lebar. la adalah tuan putri di dunia nata...