HARI ini hari Selasa, dan Kiana sedang mencatati materi pelajaran PKN yang entah mengapa selalu menghabiskan lebih kurang 5 lembar kertasnya.
Aish, bukannya pelit akan kertas. Namun, jari unyunya ini serasa akan patah sekarang. Argh! Kalau saja ada robot pembantu atau kalau saja ada Doraemon untuk meminjamkan Kiana kantong ajaib.
"Banyak banget gilaaa!" celetuk Nadine di belakang sana.
"TANGAN GUHEKK!!!"
"Awas lah, Idung! Ini kan udah gue buat batas meja pake kotak pensil, sihh!! Tangan lo jangan lewat batas sini!!" Kini Nera yang bersuara di ujung sana. "Sekali lagi lewat batas, denda goceng, argh!"
Yaampun, nama si Idul di kelas XI IPS 2 ini ternistakan, entah siapa dahulu yang mengubah namanya di kelas menjadi Idung.
"BUUUK, KOK ADA MOSQUITO, SIH!! Oh my Gosh! Semalam gak ada yang piket apaa?Semua yang jadwal piket hari Senin, denda kalian, ya!"
Bu Cimoyi memukul meja. "Heh, jangan ribut-ribut itu. Saya yang keluar atau kalian yang keluar?"
"Ibu lah, siapa lagi?" Entah suara tidak berakhlak siapa yang terdengar di kelas XI IPS 2 ini.
Bu Cimoyi yang sedang melihat-lihat layar ponsel, sekarang malah berdiri. "HEHHH!!! Suara siapa itu?!!"
Kiana tak ikut menimpali pembicaraan. Cewek itu tetap mencatati deretan paragraf yang berada di buku cetak PKN dengan tekun. Bukan karna otaknya korslet maka mendadak rajin, tapi menurutnya jika dalam hal catat-mencatat ini semakin banyak mengeluh, maka semakin tidak siap.
Kiana paling anti membawa tugas yang seharusnya dikerjakan di sekolah, jadi dikerjakan lagi di rumah. Bukannya sok rajin, namun di rumah dia punya banyak anak, huh!
Cipo, Cippy, Reju, Boo, dan beberapa lagi yang Kiana sudah rencanakan untuk adopsi lagi. Kiana itu sangat sibuk, tau!
"Yang udah siap, boleh keluar istirahat. Yang belum, gak boleh! Kerjain sampai selesai, oks." Bu Cimoyi keluar dengan penggaris besi di lengannya.
Sontak seluruh murid kelas XI IPS 2 diam. Seperti ada jin rajin yang merasuki jiwa mereka, bahkan cowok-cowok nakal yang tadi bermalas-malasan saat ini malah serius mencatati di buku mereka.
Bingung karena mereka yang mau mengerjakan itu semua walau Bu Cimoy--maksudnya, Bu Cimoyi sudah keluar?
Tak ada yang perlu dibingungkan. Ada 4 CCTV di setiap sisi atap kelas mereka. Yaampun, siapa yang berani melakukan hal malas-malasan dalam mencatat saat ini, apalagi hukumannya tidak dapat istirahat?
Apalagi pasti kantin sekolah di bawah yang lebih banyak menyiapkan makanan akan sangat ramai antrian. Argh!
Memang, ya, makanan itu bisa membuat makhluk-makhluk hidup di kelas ini jadi rajin.
Kiana dengan cepat menutup buku tulisnya dan keluar dari kelas. Ia selesai dan meletakkan buku itu di meja guru.
Kiana refleks tersenyum melihat Sagara di anakan tangga sepi. "Sagaaa!" Kiana mengejar langkah Sagara yang tengah turun tangga. "Laperrr."
Sepasang sahabat sejak umur 3 tahun itu tidak pernah punya alasan yang logis tentang mengapa jika mereka bertemu sengaja maupun tidak sengaja, ujung bibir Kiana dan Sagara akan melebar refleks.
Sagara menghentikan langkah untuk menuruni anak tangga, cowok itu malah naik lagi ke atas melihat Kiana yang terengah-engah di pembatas tangga.
"Kenapa harus lari-lari, sih? Kalau jatuh, siapa yang susah?" Sagara menarik tangan Kiana untuk memasuki lift saja. Letak lift ada di balik dinding, namun tadi masih ada orang, Sagara malas menunggu lebih lama.
"Ya, lo lah. Masa gue." Kiana melihat tangan Sagara yang menekan-nekan tombol di dalam lift tersebut.
"Iya, iyaa."
Di lift ini sekarang cuma ada mereka berdua. Mungkin orang-orang apalagi para anak cowok sudah duduk manis di kursi kantin entah menggunakan kaki super, berpelosotan di pegangan tangga, atau saja melompat dari atas! Aish, opini ketiga tidak mungkin, soalnya mereka bukan power rangers.
"..."
"..."
Pintu lift terbuka di lantai 2 memperlihatkan seorang siswi bernama Zayara Audy di sana. Beberapa detik berdiam diri, Zara masuk ke sana tanpa mengatakan apa pun.
Kiana menatap dari pantulan kaca lift yang sering digunakan para siswi-siswi kece untuk mirror selfie. Dari pantulan itu bibir Zara tampak pucat, sudah pasti cewek kelas sepuluh IPA itu tidak sehat.
"Eumm ..." Bibir Kiana menggumam sendiri.
"Ayo," ajak Sagara saat pintu lift terbuka di lantai dasar SMA Tunas Bangsa.
Dia itu ... berkata pada siapa, ya?
яєωяιтє му нєαят
Kiana Sharetta
sagaraAA 😟😟
Sagara Aiden
apa
Kiana Sharetta
gw lg sedih 😟😟😿
Panggilan tak terjawab dari Sagara Aiden 📞
Panggilan tak terjawab dari Sagara Aiden 📞
Panggilan tak terjawab dari Sagara Aiden 📞
Sagara Aiden
angkat...
Kiana Sharetta
gamau, i need no call
Sagara Aiden
lo mau gue ke rumah gak? lo kenapa
Kiana Sharetta
gausah 😿
Kiana Sharetta
tadi mama &papa ngomg serious
Kiana Sharetta
kyknya penting bgt
Kiana Sharetta
mereka ngmong di kamar ditempat tdur.. secara mama itu kan cantik bgt kayak gue, papa jg gans kyak sugar daddy, they're married di young age..jangan2 mereka mau..
Kiana Sharetta
gw gamau punya adek, kayak si alyine adeknya itu bandel macam setan😟😟
Kiana Sharetta
adek = setan = iblis = masuk neraka 😟🦶
Sagara Aiden
KIANA SERIOUSLY????
lo sedih cuma gr2 mereka ngomong?? come here and i'll smackdown you 😟
gue udah mau pergi kesana hanya krna ini??
Kiana Sharetta
😏 gw gamau punya adek, gw mau ttp anak tunggal biar mama papa cuma syng gue dan warisan sm gue semua 🤑😎🤑
CMON JOIN ME PARTY SAGA&KIANA ✨ANAK TUNGGAL✨ 🤑😎🤑😎
Sagara Aiden
pengn bngt kayknya lo masuk santan es dawet ya 😉
Itu adalah chat mereka 2 jam lalu setelah pulang sekolah. Memang serandom itu tiap hari makanya mereka tidak pernah bosan berbelas tahun bersama terus.
Panggilan Video Dari Sagara Aiden.
"SAGAGAGAGGAGAGAGAGAGA!!!"
"KIANNAANANANANANANANANA!!"
Sagara menyipitkan mata, dari layar ponsel mulut Kiana seperti ikan yang meminum air saat menyebut dan menambah-nambahi nama Sagara.
"Com ke Senayan! Baju gue gak ada lagi, papa mama lagi pergi, gini-gini gue gamau jelek di foto ultah Tunas Bangsa."
"Baju lo banyak banget di lemari bahkan di rumah pohon. Gue mau tidur." Sagara membawa tidur sang ponsel dengan layar dan wajahnya berhadapan dengan wajah Kiana yang membuat gaya tidak estetik.
"KianaSaga home stay! Bukan rumah pohon, biar keren kenapa sih. Lo gabisa ingat padahal yang tinggal duluan di Aussie lo!" Kiana mengibas-ngibaskan rambutnya.
"Baru nonton Upin-Ipin episode yang tok dalang kan lo? Rumah pohon, rumah pohon, rumah pohon, susah amat." Sagara menguap tak mengindahkan perintah Kiana.
"KIANASAGA HOME STAYYYYYYY!!!! ARGHHHHH!!!"
Sabarkanlah Kiana, ya Tuhan! Huh, kepalanya terasa akan meledak!
Cewek itu kemudian meletakkan sang ponsel dengan menahan benda itu agar tetap menunjukkan wajah Sagara di layar pada sebuah gelas berat bergambar keluarga Kiana.
Kiana membuka lemarinya yang memperlihatkan tumpukan lipatan baju. "Lihat, gada lagi. Gue pergi sendiri kalau lo gak mau nganter, dah lah... yang sabar, ya Kiana."
Bagus, dia sendiri yang terkasihani, dia sendiri juga yang menyabarkan diri.
"Iyaa iyaa iya iya. Tunggu 15 menit." Apa pun masalahnya, bagaimana pun perdebatannya, pada akhirnya Sagara akan tetap berkata iya untuk Kiana.
"10 menit??"
"Iyaaa."
"8 menit yaa???"
"Iyaaaaa."
"5 menitt soalnya banyak yang mau dibeli????"
Sagara berdehem lalu mengiyakan. "Ehum, iyaa Kianaaa...."
Kiana sumringah ia suka sekali jika Sagara akan berada di dekatnya, namun sedetik kemudian ia teringat, jantung Kiana berdegup kencang. Kiana lupa. Hal yang begitu penting, dan Kiana melupakannya.
Tatapan Kiana menatap ke lantai, namun tetap tertangkap oleh Sagara dari layar ponsel, kemudian Kiana berkata lirih, "Emm, Saga jangan ngebut, oke? Mau nyampe jam berapapun gue tunggu, tapi jangan buru-buru, ya??"
Kiana lupa Sagara akan selalu berusaha sedapat mungkin untuk membuat Kiana senang dan tak mau membuat Kiana menunggu.
Yang mereka tidak tahu, yang mereka tidak mengerti, yang mereka tidak paham adalah ...
Kiana dan Sagara berada pada fakta di mana mereka takut kehilangan satu sama lain.
яєωяιтє му нєαят
[ Wattpad esterspy_ ]
nanti/besok update sekali lagi ya
thank you for reading. cerita ini di buat dengan 0 reads, 0 vote, 0 comment
-esterspy