Semua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku
Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok'
Permulaanku yang berharga
An ordinary story between their friendship and memory
Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56
...
Setelah menimang haruskah kubalas penantian dengan double up Hiks Akhirnya ini diaaa
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
💜Happy Reading💜
Pemandangan malam yang menemaninya sedikit terlihat suram. Entah apa yang sejatinya mengacaukan pikirannya malam ini. Perasaan hampa yang mengganggunya seharian ini? Pertemuannya dengan Seokjin? Kata-kata Yoongi? Atau... luka yang kembali ia temukan di mata kedua kakaknya seperti dua tahun lalu?
Rasanya aneh. Jungkook sadar itu. Melihat gumpalan awan hitam diatas sana rasanya seakan ia ingin terbang keatas sana. Melihat apakah benar setitik saja cahaya akan muncul diantara pekat itu atau memang hanya gelap yang melingkupinya. Kepalanya tersandar lemas pada jendela disampingnya, beberapa kali terbentur pun sosoknya masih tak bergeming. Matanya terlalu fokus menatap gumpalan awan hitam itu.
"Hyung," suara yang sedari tadi Sejin tunggu akhirnya berhasil memecah hening yang tercipta. Secepat kilat Sejin merotasikan tatapannya tepat pada Jungkook melalui cermin dihadapannya.
"Eoh, ada apa? Kau ingin mengatakan sesuatu? Atau kau ingin sesuatu? Hyung akan membelikannya sebelum kita sampai."
Beberapa saat Jungkook kembali hening, perkataan manager Sejin justru menyadarkannya akan sesuatu yang selama ini tak ia sadari. "Aku... menyayangi kalian semua. Hyungie... hyungdeul... aku menyayangi kalian semua. Maaf karena terlambat menyadari bahwa aku memang tak pantas untuk memiliki rasa itu lagi."
"Apa maksudmu?" Kedua alis Sejin mengkerut tak paham. Mencoba mencerna apa yang sebenarnya ingin anak asuhnya itu katakan. Namun sosok itu justru kembali terbungkam. Jungkook bahkan kini sengaja menutup kedua matanya dan bersikap seolah tak mendengar atau mengatakan apapun.
Yang tanpa sang manager ketahui, bahwa nyatanya hatinya menangis. Begitu keras bahkan hingga rasanya perasaan yang ia miliki itu hanya sebuah lelucon belaka. Terlalu mustahil hanya untuk dibayangkan. Ia hanya beban. Rasa sayang yang ia miliki untuk orang-orang ternyata hanya menjadi beban. Maka jelaslah seperti apa yang Yoongi katakan, 'ini semua salahnya' telak tak terbantahkan.
Dia memang benar-benar menjadi manusia tak tahu diri karena masih saja mengharapkan kasihnya terbalaskan saat jelas kasih itu hanyalah perasaan semu yang sia-sia.
***
Semuanya bisa saja lebih baik andai aku tak melakukan itu.
Semuanya akan baik saja andaikan aku tidak seperti.
Andaikan dan hanya terus berandai.
Semuanya tak akan menjadi baik hanya dengan kata andai. Semua perlu jalan nyata untuk menjadi langkah perbaikan. Tapi sayang, pemuda berhodie hitam itu masih terus meratapi semua hal yang terjadi pada dirinya.
Mengunci raga dalam kamar tak bercahaya, memenjarakan jiwa dengan kata andai yang tak mengenal harap. Ia terpuruk. Itulah kata yang sering ia dengar dari orang lain jika melihat kondisinya.