Semua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku
Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok'
Permulaanku yang berharga
An ordinary story between their friendship and memory
Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56
...
Huhuuuu sebelum grammy mari obrak abrik sesuatuu wkwk
YANG AMBYAR SAMA DRUMMER JUNGKOOK MERAPATTT
💜Happy Reading💜
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jimin masih terlarut dalam hening. Ia benar-benar tak bisa memikirkan hal apapun untuk memecah suasana dingin ini. Sedang sisi lain Seokjin masih berkecamuk tak yakin haruskah ia menjelaskan semuanya?
Beberapa hari lalu ia terbangun dengan kondisi yang jauh dari kata baik, namun nyatanya sosok yang terkulai lemas di sampingnya saat itu memiliki kondisi lebih buruk darinya. Tubuh Taehyung menggigil hebat. Kepalanya tertunduk lesu di samping tubuh Seokjin diatas sofa dengan tangan yang menggenggam erat lengan Seokjin.
Jelas saja Seokjin bergerak panik. Ia segera mendudukan dirinya dan berusaha mengangkat tubuh Taehyung ke atas sofa tempat sebelumnya dia tertidur. Kepalanya masih sangat pusing terlebih perutnya terasa perih, namun semua itu seakan tak terasa sama sekali saat sekali lagi Seokjin menemukan tubuh Taehyung yang lemah seperti itu, lagi.
Sama persis dengan dua tahun lalu ketika ia memutuskan untuk hidup bersama Taehyung dan mulai mengabaikan Jungkook. Alasannya terdengar egois, demi Taehyung dan Yoongi katanya, tanpa Seokjin sendiri tahu bahwa sosok yang ia tinggalkan ternyata sama membutuhkan dirinya.
Perkataan Taehyung saat itu membuat seluruh dirinya telak lebih hancur dari sebelumnya. Fakta yang baru saja Taehyung ketahui dari Jimin. Fakta bahwa...
"Hyung..." Suara Jimin akhirnya memecah hening juga membuyarkan semua kelebat abu dalam benak Seokjin. Ada jeda sedikit panjang sebelum Jimin melanjutkan kalimatnya, "... kau sudah lebih baik?"
Ini termasuk pertanyaan bodoh. Jimin memiliki mata dan ia bisa melihat sendiri sosok yang kini telah duduk berdampingan dengannya sedang dalam keadaan sangat tak baik. Namun, apa salahnya ia memastikan? Juga memecah hening yang semakin mencekik keduanya ini.
Seokjin mengangkat kepalanya perlahan. Akhirnya ia memiliki keberanian yang cukup untuk menatap wajah Jimin sedekat itu. Ada kelebat rasa bersalah yang kian menggunung pada benaknya begitu mendapati wajah Jimin masih menunjukan raut khawatir yang sejalan dengan pertanyaannya tadi.
Jimin benar-benar masih mengkhawatirkannya setelah semua yang terjadi. Adiknya ini jelas terlalu baik bagi sosoknya yang begitu keji ini. Tetesan air mata tak bisa ia sembunyikan meski secepat kilat lengannya menghapusnya. Jimin segera menyadarinya dan menarik pelan lengan sang kakak. Menahannya sebelum sosok itu kembali berpaling dari pandangannya.
"Hyung, aku... aku tak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. Aku bahkan tak tahu apa yang sebenarnya aku pikirkan tentang semua ini." Suara lirih Jimin berhasil menarik netra Seokjin kembali menatap wajah itu. Ada guncangan perasaan yang tersirat dari kedua manik sipit itu.