Semua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku
Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok'
Permulaanku yang berharga
An ordinary story between their friendship and memory
Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56
...
Hallohaaaa Jii muncul lagi dihari Jum'at wkwk Kalau kali ini alasannya beza kawandeul. Besok Jii harus ke rumah nenek dan disana... Susah sinyal 🙂 jadilah part ini di percepat lagi wkwk buat yang mau double up maaf Jii belum bisa kabulin soalnya libur lebaran dikira bakalan bebas ternyata malah dijadikan asisten pribadi mama 🙂
Soooooo
❄️Happy Reading❄️
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jimin berlarian sepanjang koridor rumah sakit. Ia bahkan tak memperdulikan beberapa orang yang tak sengaja ia tabrak. Dia ada pada batas kewarasannya saat dering teleponnya berbunyi begitu nyaring. Dadanya masih berusaha menetralkan sesak yang sebelumnya sosok Yoongi berikan padanya namun suara bergetar panik di seberang telponnya berhasil merenggut paksa seluruh rasa sakit yang sebelumnya ia rasakan.
Bukan. Bukan menyembuhkannya. Namun justru menambah luka baru yang jauh lebih sakit hingga dirinya tidak bisa merasakan sesak itu lagi.
"Jimin-ah, cepat kembali. Keadaan Jungkook memburuk."
Rasanya sambaran petir yang tiba-tiba saja bergemuruh pada malam yang cerah ini tak bisa menandingi kacaunya Jimin sekarang. Nafasnya terengah, dadanya naik turun tak beraturan saat kedua netranya mendapati Seokjin dan Taehyung yang berdiri tepat di luar ruangan Jungkook.
Peluhnya terlihat jelas bercucuran tapi Jimin sama sekali tak memperdulikan hal itu. Ia terus berlari. Bahkan bersiap menerobos pintu yang masih tertutup itu andai saja Seokjin tak lebih kuat menahan sosoknya.
"Park Jimin!" Seokjin menyentak sosok dihadapannya. Kedua bahu yang Seokjin remat itu bisa ia rasakan bergetar. Pandangan matanya bahkan sama sekali tak bisa fokus. Jimin benar-benar kacau.
"HYUNG, biarkan—"
"Tenangkan dirimu lebih dulu!"
"HYUNG—"
"TENANG PARK JIMIN!" Seokjin kini menaikkan nada suaranya. Jimin benar-benar tak akan mendengarnya disaat seperti ini. Kedua netra yang semula bergerak gusar tak fokus itu kini perlahan menatap Seokjin sendu. Setitik air mata bahkan hampir saja terjatuh dari netranya.
Tak lama tubuh Jimin telah sempurna bersandar pada bahu Seokjin. Kakaknya itu dengan lembut segera menarik Jimin pada dekapan hangatnya. Memeluknya erat berusaha menenangkan Jimin yang sudah tertebak memang mulai menangis. "Tenanglah, hmm. Dia akan baik-baik saja. Jungkook akan baik-baik saja."
***
Ironi. Disisi lain ruangan. Sosok lain yang begitu lama menutup matanya kini perlahan mulai menunjukan gerakan halus. Meski seseorang yang kini ada bersamanya tak menyadari hal berharga itu.
Satu jam yang lalu, Yoongi yang tak bisa menghentikan pikiran buruknya mengenai Jimin akhirnya memutuskan membawa langkahnya keruangan ini. Tak banyak hal yang ia lakukan. Hanya duduk termenung masih dengan memori lamanya yang telah rusak. Memandang kosong ke arah tubuh Hoseok yang masih berbaring begitu nyaman.