MEMORY || 12

1.6K 204 64
                                        

Happy Saturday
Happy Holiday

Kalian sudah bekerja keras minggu ini

Big purple
💜Happy Reading💜

“Hyung!” Suara Jimin terdengar jelas memancarkan kekhawatirannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hyung!” Suara Jimin terdengar jelas memancarkan kekhawatirannya. Seokjin benar-benar tak membuka kembali matanya meski Jimin telah beberapa kali mengguncang tubuhnya.

Hyung! Seokjin hyung!” Jimin kembali mencoba namun masih tak ada pergerakan dari sosoknya. Ia panik. Tubuhnya dengan cepat bangun berdiri untuk segera memanggil seseorang yang bisa memeriksa atau bahkan menolong kakaknya, namun lengan itu tertahan.

Ia berbalik cepat menatap netra sosok yang manahan erat pergelangan tangannya. Menatap heran pada sosok Taehyung yang kini hanya menundukan kepalanya. “Tae—“

“Tidak, Jim. Biarkan Seokjin hyung istirahat.”

Jimin mengerutkan kedua alisnya. Istirahat katanya? “Tae, Seokjin hyung pingsan. Ia sakit. Kau tak melihat betapa pucat bibir itu?” Ini bahkan masih terhitung pertemuan pertama mereka, tapi Jimin tak bisa menghindari pertengkaran pendapat ini jika itu menyangkut keadaan seseorang. Ia tak bermaksud untuk menaikan nada bicaranya. Sungguh. Namun rasa khawatir itu mengalahkan bisikan hatinya.

Taehyung kembali menggeleng. Kini pandangannya mulai naik dan tepat bersibobrok dengan wajah khawatir Jimin. “Aku tahu. Seokjin hyung—“

“Apa yang kau tahu! Dia pingsan, Taehyung. Dia bukan tertidur!” Sumpah Jimin tak sedikitpun berniat menaikan nada bicaranya, namun menyadari waktu bergulir hanya dengan percakapan ini membuatnya semakin khawatir akan kondisi sang kakak yang mungkin akan terlambat untuk ditangani.

Jimin bisa melihat dengan jelas sosok itu begitu terkejut mendengar bentakannya. Namun tak bertahan lama karena raut itu justru dengan cepat berubah menunjukan rasa sakit yang selama ini sepertinya terpendam. Ia menatap netra Jimin yakin dengan sorot perih, “Aku tahu apa yang tidak kau ketahui dua tahun ini, Jim.”

***

Angin berhembus pelan menerpa keduanya. Suasana hening atap rumah sakit memang menjadi tempat yang cocok untuk keduanya meluruskan semua yang terjadi. Namun tenangnya angin memang tak akan berdampak besar saat pusaran mulai datang melirik.

“Jadi... itu hal yang tidak aku ketahui?” Suara Jimin bergetar pelan sesaat setelah Taehyung merampungkan kalimatnya. Entah telah semua ia ceritakan atau hanya itu yang bisa ia ceritakan atau lagi hanya itu yang ingin dia ceritakan, persetan! Jimin bahkan telah sekuat tenaga mencerna semuanya namun tak ada satupun yang masuk pada akalnya.

“Jimin, aku tahu kau akan membenci kami— tidak! Aku tahu kau bahkan akan sangat membenciku, tapi...“ Kalimat Taehyung terhenti. Ia bahkan tak memiliki hak untuk membela diri.

기억 MEMORY || BTSWhere stories live. Discover now