Semua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku
Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok'
Permulaanku yang berharga
An ordinary story between their friendship and memory
Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56
...
Atas saran salah satu kawandeul uhukk akhirnya Jii memutuskan update jam segini wkwk katanya pas zona overthinking baca cerita ini cocok hawanya wkwk NIH AKU KABULIN NIHH wkwk
Oke, tanpa banyak berbincang lagi
🌟 Happy Reading 🌟
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Pernahkah merasakan hatimu remuk seolah ada mesin penghancur yang merusaknya?
Atau merasakan sesaknya jalan nafasmu seolah ada batu besar yang menghimpitnya?
Mungkin ada tapi mungkin juga tidak. Tak akan pernah ada yang tahu pasti.
Cerita ini mungkin memang telah begitu menyakitkan sedari awal, tapi bagi Min Yoongi, selama hidupnya ini adalah saat terburuknya. Rasa sakitnya melebihi sakit bahunya karena kecelakaan dulu. Bahkan jika ada sebilah pisau yang merobek perutnya pun, mungkin rasa sakitnya tak akan sebanding dengan bagaimana hatinya tercabik-cabik saat ini.
Bagi sebagian orang mungkin menangis adalah jalan terbaik untuk melupakan rasa sakit itu. Menyamarkan perihnya seolah semua terbasuh bersih oleh tetesan air mata. Tapi sayangnya itu semua tak berlaku bagi Yoongi.
Air matanya justru terasa seperti air garam yang memperparah perih pada lukanya. Miris, bahkan air matanya sendiri pun kini mengkhianatinya. Benar-benar menudingnya menjadi sosok antagonis mengenaskan.
Kedua kelopak sabit itu terbuka begitu pelan. Matanya yang sedari awal memang sipit kini terlihat semakin sipit karena sembab. Tubuhnya masih tergeletak begitu saja pada lantai studionya. Bersama tumpukan kertas yang ia lempar tanpa arah sebelumnya.
Tatapannya kosong, seolah ia tak merasakan apapun lagi padahal jelas paru-parunya kini sedang berjuang begitu keras hanya untuk mendapatkan oksigen. Dadanya sesak namun tangisan itu sudah tak mau lagi membantu Min Yoongi melepaskannya.
"Kau tahu? Semua ini salahmu. Camkan itu dalam dirimu kalau semua ini salahmu. Semua yang terjadi pada kita adalah salahmu. Aku bahkan tak sanggup lagi hanya untuk menyebut namamu itu."
Sebilah pisau kembali menghujamnya tanpa belas kasih. Ingatan malam itu kini melekat begitu erat pada memorinya sendiri. Berputar bagai kaset rusak yang terus menampilkan adegan yang sama.
Wajahnya, tatapannya, bahkan deru nafasnya. Semua hal yang Yoongi lihat pada malam itu kini tergambar lebih jelas dalam ingatannya daripada sebelumnya. Yoongi tak paham tapi juga tak berusaha memahami.
Hatinya kini benar-benar mati karena rasa sakit yang ia dera tak lagi menyadari batas kewarasannya. Yoongi hampir gila karena dalam kupingnya hanya terdengar dengung suara sosoknya memanggil namanya. Menyebutnya 'hyung'.
Mengapa Yoongi begitu bodoh dan egois?
Mengapa Yoongi begitu tak tahu malu karena ini justru mendambakan panggilannya lagi?