MEMORY || 33

1.5K 190 177
                                        


Yuhuuu 😗
Maafkan terlambat karena kemarin ada kendala teknis judulnya 🥺

Sebelumnya, Jii boleh minta tolong baca ocehan Jii dibawah yah. Ada sesuatu yg mau Jii bilang soalnya 🥺🥺

💜 Happy Reading 💜

💜 Happy Reading 💜

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


"Iya, hyung." Sebaik mungkin Seokjin berusaha menetralkan suaranya. Tak ingin ada orang lain yang tahu apa yang kini sedang terjadi meski itu sosok di seberang telpon sana sekalipun. Dalam detik hening berisi suara samar di balik speaker ponsel Seokjin, semuanya menahan nafas walau tak tahu pasti apa yang menjadi alasan.

Tak terkecuali Seokjin, yang rasanya ada sebongkah gumpalan sesak dalam hatinya yang terangkat. Kedua netranya bergulir pelan menatap mata adiknya satu persatu ketika sambungan itu akhirnya terputus. Ada haru yang menyelimuti namun tak dipungkiri ragu tetap ada mengikuti.

"Namjoon sadar." Seokjin berujar pelan bahkan hampir seperti bisikan. Dan sekali lagi, kembali perbedaan respon kentara terlihat dari tiga sosok dihadapannya.

Yoongi terlihat balik menatapnya haru dan tak percaya. Ada bahagia dan lega yang Seokjin dapati terselip dari bagaimana ia menarik nafas untuk lebih menetralkan sisa tangisnya yang sempat tertahan. Namun raut bingung nampak jelas terlihat dari dua orang lainnya.

Jimin menatapnya meminta penjelasan, Seokjin ingin menjelaskan tapi lidahnya tiba-tiba saja terasa kelu ketika mengingat apa yang baru saja Hoseok ungkapkan. Tentang dirinya yang menjadi pihak paling terbodohi. Pihak yang tak mengetahui apapun tentang orang terdekatnya sekalipun.

Dan benar saja, sejurus Seokjin mengalihkan tatapan berfokus pada pemuda itu yang ternyata juga tengah menatapnya, ada senyum samar yang Seokjin paham memiliki arti tak baik dibaliknya.

"Ternyata memang sebanyak itu hal yang kalian sembunyikan." Nada dinginnya terdengar menusuk lebih sakit dari apapun. Kata-katanya menusuk tepat membekukan tubuh ketiganya. Bahkan tanpa bisa mereka cegah Hoseok dengan cepat bangkit dari duduknya dan berjalan tergesa ke arah pintu keluar.

Jimin terkejut bukan main mendapati Hoseok pergi begitu saja dalam keadaan seperti itu. Tubuhnya bahkan sudah ikut bangkit ketika Hoseok hampir mencapai pintu keluar. Bukan. Bukan hanya tentang perasaan Hoseok yang pasti kini sangat kacau, tapi juga tentang kakinya yang masih belum sempurna pulih untuk dibawa berjalan jauh. Dan lagi, kemana kakaknya itu akan pergi?

Seokjin dan Yoongi bahkan sudah bersiap mengejar Hoseok sebelum suara Jimin menginterupsi keduanya.

"Biarkan aku yang mengejar Hoseok hyung."

"Tapi, Jim—"

"Biarkan Jimin saja, Yoongi. Hoseok tak akan bisa mendengarkan kita lagi." Kini giliran suara Seokjin yang berganti menjadi alasan langkah Yoongi tertahan. Raut khawatir jelas tergambar semakin jelas pada wajahnya. Bagaimanapun, sejatinya yang mengetahui lebih baik tentang keadaan fisik Hoseok adalah Yoongi. Dia yang menemani sosok itu untuk terus mengikuti penyembuhannya sebulan kebelakang. Walau akhirnya kenyataan lain menampar ketika ia melihat Jimin sudah menghilang dibalik pintu ruang rawat Jungkook.

기억 MEMORY || BTSOnde histórias criam vida. Descubra agora