MEMORY || 19

1.4K 190 269
                                        

Sepertinya udah jadi kebiasaan baru, nunggu besok susah bangett elahh udah gatel pengen update 😶 Marahin yoo sini marahin biar mingdep bisa tahan sabar sampe sabtu gitu. Tapi yaaa mari sajalah hmm SELAMAT MALAM SABTU
HAPPY WEEKEND

💜💜

*beware! Lebih panjang dari biasanya*

❄️ Happy Reading ❄️

Deru nafas terdengar bersahutan meski satu diantaranya terdengar begitu samar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Deru nafas terdengar bersahutan meski satu diantaranya terdengar begitu samar. Ruangan ini tak pelak hanya berisi dentingan jarum jam di sudut atas yang membaur bersama suara detik monitor pemantau detak jantung. Seokjin tertunduk lesu. Sesekali tarikan nafasnya terdengar begitu berat. Matanya terfokus pada wajah tampan dihadapannya. Jeon Jungkook.

Netranya mungkin seolah fokus pada sosok sang adik. Menatap teduh sambil sesekali merapikan poni Jungkook yang sejatinya tak ada yang perlu dibenahi lagi. Semua gerakan yang Seokjin lakukan kini hanya sebagai pengalihan detak jantungnya yang berpacu tak karuan.

Ia khawatir. Sangat. Membayangkan apa yang akan Jimin lakukan atau bagaimana kondisi Yoongi saat ini. Seokjin tak bisa sedikitpun mengalihkan pikirannya akan hal itu.

Sekali lagi tarikan nafas yang lebih berat kini Seokjin ambil. Ia benar-benar tak bisa tenang. Jimin berhasil meyakinkannya bahwa semua akan baik-baik saja. Bahwa ia bisa membawa Yoongi kembali namun raut yang sosok itu tunjukan saat tadi mereka berpisah di lobi rumah sakit tak sedikitpun menunjukan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Seokjin paham Jimin adalah sosok yang begitu penyabar. Terlampau sabar dan pemaaf sampai Seokjin kadang berpikir apakah sosok itu benar-benar polos atau bodoh. Tapi Seokjin pun terlalu tahu, bahwa dibalik ketenangan seorang Park Jimin, amarahnya tak pernah main-main.

Sebelah tangan Seokjin kini perlahan meraih lengan Jungkook. Memandang perih luka pada pergelangan tangan sang adik yang masih terbalut perban. Hatinya tiba-tiba merasa semakin sakit. Jungkooknya telah menahan sakit sebegitu parah. Adiknya menahan semua luka dan sakitnya itu sendirian.

Kenapa... kenapa saat itu Seokjin tak pernah sadar akan hal ini?

Dan... bagaimana bisa Yoongi masih saja bersikap acuh seperti itu saat berita di televisi bahkan tiada henti terus memberitakan perihal keadaan Jungkook saat ini. Seokjin tak paham. Bagaimana bisa Min Yoongi... masih terus bersikap seolah tak ada apapun yang terjadi?

Apa benar begitu besar rasa benci Yoongi pada sosok rapuh dihadapannya kini?

Apa Yoongi benar-benar telah melenyapkan semua rasa sayang yang hampir sepuluh tahun selalu ia beri pada sosok dihadapannya ini?

Sebelum perdebatannya dengan Jimin berakhir di lokasi syuting tadi, Seokjin akhirnya memilih untuk menanyakan perihal kabar Yoongi pada salah satu staff di agensi yang biasa ada bersama Yoongi. Jika bukan karena Jimin, Seokjin mungkin sudah seperti orang gila berlarian menuju dimanapun Yoongi berada karena terlampau khawatir akan sosoknya. Namun Jimin berhasil menahannya.

기억 MEMORY || BTSWhere stories live. Discover now