"Ini semua salahmu!"
"Kau yang membuat mereka seperti ini!"
"Ini salahmu!"
"Tidak hiks..."
"INI SALAHMU!"
"Tidak, kumohon hiks..."
"Tidak!"
"Jungkook!"
"Tidak, kumohon hyung hiks..."
"Jungkook!"
"Maafkan aku, hyung... hiks.."
"INI SEMUA SALAHMU!"
"Jeon Jungkook!"
"HYUNG!"
Kedua netra itu terbuka dengan peluh yang terlihat membasahi sebagian wajahnya. Nafasnya menderu cukup cepat, membuat sosok lain yang sedari tadi memanggil namanya, berusaha membangunkannya, kian menatapnya khawatir.
"Kau baik-baik saja?" Suara lembutnya berhasil mengalihkan tatapan Jungkook yang semula kosong. Dengan sigap ia mengambil segelas air dari meja didekatnya dan memberikan itu pada sosok Jungkook yang masih bergeming.
"Jungkook?" Tatapannya semakin khawatir menyadari sosok Jungkook yang tak juga menyambut uluran gelas air dari tangannya. Bisa ia lihat dengan jelas sirat mata itu masih memancarkan sakit dari luka yang selama ini dia tanggung dan pendam sendiri.
"JK-shii, 5 menit lagi untuk rehersal!" Seorang staff acara tiba-tiba masuk kedalam ruang tunggu yang mereka tempati. Entah harus dikatakan beruntung atau tidak, tapi akhirnya Jungkook berhasil mengambil alih dimensinya kembali.
Sorot itu telah kembali. Tatapan mata berambisi namun masih diliputi rasa sakit yang siapapun tak akan pernah bisa mengerti. Bahkan pada sosoknya sendiri, yang sudah menemaninya, menemani mereka selama hampir 10 tahun ini.
"Kau baik-baik saja?"
Jungkook tersenyum simpul menanggapi pertanyaannya. Sejin, manager Sejin. Jungkook sangat menyadari tatapan khawatir sang manager padanya sedari tadi. Tapi jiwanya kembali rapuh karena mimpi dan suara sialan yang selama ini menganggunya kembali lagi. Ahh tidak. Bahkan mimpi dan suara itu tak pernah barang seharipun meninggalkan Jungkook. Ia seakan membelenggu Jungkook dan mungkin memang itu nyatanya.
"Aku baik-baik saja, hyung. Terima kasih." Akhirnya ia menerima uluran gelas itu. Meneguknya hingga tandas dengan cepat dan mengembalikan kembali gelas kosongnya. Ia berdiri dari duduknya dan mulai meregangkan tubuhnya. Melakukan sedikit pemanasan ringan pada tubuhnya yang sebenarnya jika dipikir-pikir itu sudah tak sepenting dulu lagi.
Tapi... mau bagaimanapun ia harus tetap naik keatas panggung sana. Tempat yang dulu selalu membuat jantungnya berdebar kencang karena teriakan riuh fans nya. Sayang... kini rasanya terlampau jauh berbeda. Karena baginya, sekencang apapun teriakan fans nya diluar sana, panggung itu akan terus terasa sepi. Nyatanya saat mata itu menoleh, tak ia jumpai siapapun diruang tunggu ini selain beberapa stylish noona dan sang manager.
Tak ada lagi teriakan saling menyemangati yang menyambangi inderanya. Tak ada lagi beragam sosok yang tertangkap mata sedang saling bercanda ria. Karena kini... ia sendiri. Benar-benar sendiri. Walau Sejin masih disini, tapi ia sadar bahwa sudah tak ada ada lagi Jungkook dan BTS. Yang ada hanya JK. Sosok penyanyi ballad solo yang baru saja melakukan re-debutnya setahun terakhir ini.
***
Suara gemericik hujan diluar jendela mobil yang ia tumpangi nyatanya tak sedikitpun berhasil membawa jiwanya ikut damai bersama rinai air nya yang sejuk. Kepalanya bersandar lemas pada kaca jendela mobil yang menampakan suasana hujan sore di ibu kota Korea ini. Matanya terpejam sesaat sebelum kembali terbuka saat mendengar suara deheman sang manager.
YOU ARE READING
기억 MEMORY || BTS
FanfictionSemua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok' Permulaanku yang berharga An ordinary story between their friendship and memory Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56 ...
