Semua kenangan itu tersimpan rapi di laci sudut kepalaku
Semua kenangan itu seperti huruf korea 'giyeok'
Permulaanku yang berharga
An ordinary story between their friendship and memory
Inspirasi : 💜 Puisi RM di Run BTS eps 56
...
"Orang bilang waktu akan membuktikan semuanya. Dan kini mungkin memang saatnya waktu akan membuktikan, bahwa rasa sakit penyesalan memang tak sebercanda itu."
❄️❄️❄️
💜Happy Reading💜
Ps. Lagu diatas temen Jii nulis part ini, siapa tau kalian juga merasakan sensasinya 🙂👍
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Hyung! Lihatlah aku baik-baik saja!"
Kenapa telinganya berdengung separah ini?
"Hyung! Aku hanya sedikit pusing, tenanglah."
Ada apa sebenarnya dengan dirinya?
"Seokjin hyung!"
Hatinya sakit. Tolong...
"Ia berhasil bertahan, tuan. Beruntung ia bisa dibawa tepat waktu sehingga tidak kehilangan lebih banyak darah."
Suara dokter itu bergema. Sebenarnya masih lebih banyak yang dokter itu katakan padanya. Hanya saja otaknya tak bisa lebih banyak mencerna selain dari sosok yang terbaring lemah dengan berbagai alat penunjang kehidupan itu masih bisa bernafas meski dengan susah payah.
Dokter bilang ia kehilangan terlalu banyak darah. Dokter bilang sosoknya hampir saja menghembuskan nafas terakhirnya karena serangan jantung diatas meja operasi. Dokter bilang... dokter bilang dirinya benar-benar hampir kehilangan sosok itu.
Netranya tak bisa sedikitpun mengalihkan pandangannya dari wajah pucat itu. Mata cantiknya masih terpejam erat. Tubuh yang biasanya tak pernah bisa diam mengganggunya pun kini hanya terkulai lemas tak berdaya di atas kasur itu.
Bukankah semalam sosok itu masih berdiri dihadapannya? Bukankah semalam sosok itu masih menatapnya? Bodoh! Seokjin merasa begitu bodoh. Iya, sosok itu ada dihadapannya namun ia menghindar begitu saja. Iya, sosok itu ada menatapnya. Mata itu masih menatapnya namun lagi Seokjin pula yang memilih untuk memutus kontak mata itu.
Seokjin bodoh. Ini telak kesalahannya. Padahal takdir masih mengizinkannya menatap kedua netra itu terbuka memandangnya, tapi sayang dia yang justru menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia yang membuang kesempatan itu hingga kini hanya bisa menangis dengan bodohnya menatap kedua kelopak yang entah kapan akan bisa kembali terbuka.
"Kami akan memantau terus kondisinya. Anda bisa menemuinya sebentar sebelum kami memindahkannya ke ruang ICU."
Tangan lemasnya perlahan terangkat berusaha menggapai tubuhnya. Sensasi dingin masih bisa Seokjin rasakan akhirnya saat kulitnya bisa bersentuhan langsung. Perlahan ia menggenggam tangan itu semakin erat beriringan dengan tangis yang semakin tak bisa ia bendung. Dadanya naik turun sesak berusaha sekuat mungkin menahan isakannya.