Delusion Effect 32- Mas Albar

17.7K 1.8K 164
                                    

-shere cerita ini yuk! biar aunty online nya Laskar makin banyak!-

H A P P Y R E A D I N G

"Halo Tata, apa kabar?"

Suara yang familiar namun sudah jarang ia dengar. Sosoknya bagai mahluk gaib yang hilang begitu saja. Seperti di telan bumi. Dan sekarang dia berdiri di depan Tata dengan senyum manis berkarisma miliknya.

"Kabar baik, Mas Albar."

"Lama tidak bertemu," kata Albar. Sorot matanya memancarkan kerinduan.

"Mas Albar yang menghilang, kaya di telan bumi," sahut Tata di balas tawa renyah Albar.

Albar menggaruk tengkuknya, "saya ada perjalanan bisnis ke Belanda. Sekaligus memantapkan diri," ujarnya.

"Hm?" Sebelah alisnya terangkat, "memantapkan diri untuk apa, Mas?"

Diam sesaat. Albar tak kunjung menjawab. "Bagaimana kalau kita mengobrol sambil menikmati makan siang?" tawarnya.

Tata tidak langsung menjawab, dia memikirkan Laskar yang menunggunya di rumah. Namun tidak ada salahnya meng-iya-kan ajakan Albar, tidak enak juga bila menolak.

"Oke."

"Ayo, mobil saya di sana."

---

Menempuh beberapa menit perjalanan, mereka tiba di salah satu cafe dekat kampus Admaja. Albar juga Tata memasuki cafe, mereka memilih duduk di bangku pojok dekat jendela.

"Jadi, memantapkan diri jenis apa yang Mas Albar maksud?" tanya Tata begitu bokongnya mendarat di kursi.

"Bisa kita memesan makanan terlebih dahulu? Saya sudah lapar, Tata," ucap Albar.

Arletta terkekeh pelan, sepertinya dia terlalu terburu-buru. Gadis itu mengangguk. Albar mengangkat tangannya, memanggil pelayan cafe.

"Mau pesan apa, Mas?"

"Kamu mau pesan apa, Ta?" tanya Albar.

"Aku vanilla milkshake aja Mas," jawabnya.

"Nggak pesan makanan sekalian?"

Tata menggeleng kecil, "Tata udah makan tadi, di rumah." Menolak secara halus.

"Oke. Nasi goreng satu, ice lemon tea satu, sama vanilla milkshake satu."

"Itu saja? Baik, tunggu sebentar." Waiters tersebut berlalu pergi.

"Hampir empat bulan tidak bertemu, kamu mengalami banyak perubahan, ya?" kata Albar, mengamati setiap lekuk wajah Arletta dengan seksama.

"Oh ya? Kayaknya gini-gini aja deh," sahut Tata.

"Kamu kurusan," ungkap Albar.

"Mungkin karena keseringan begadang buat persiapan ujian," katanya.

"Lalu bagaimana ujian kamu? Lancar?"

"Alhamdulilah, lancar. Tinggal nunggu hari kelulusan," jawab Tata.

"Heumm, apa rencana kamu setelah lulus?"

Arletta berpikir sejenak, ia sendiri belum merangkai rencana masa depannya, semua terlalu kelabu, "belum tau. Kuliah, mungkin?" ujarnya, ragu.

"Kalau menikah?" tanya Albar tiba-tiba, "eh, maksud saya, apa kamu sudah kepikiran untuk menikah?" ralat nya cepat.

"Menikah ya? Belum sih, Tata juga masih muda. Belum mikir sampai ke sana, masih mau main-main."

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Where stories live. Discover now