Delusion Effect 02- Backstreet

34.7K 3.1K 88
                                    

-kepada kakak-kakak dan adik-adik yang baik hati, sebelum baca vote dan komen dulu yuk, nggak bayar kok-

H A P P Y R E A D I N G

Bell istirahat baru saja berbunyi. Tata yang sejak tadi menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan mendongak. Ternyata guru yang mengajar sudah berlalu keluar kelas. Kedua sahabatnya pun sudah membereskan alat tulis dan siap pergi ke kantin.

"Kantin yuk Ta," ajak Uma, gadis berjilbab asal Malaysia itu menatap Tata yang duduk di belakangnya.

"Duluan deh, gue mau ketemu  Akiyoshi 'Sensei," jawabnya.

Kila dan Uma mengangguk, mereka berdua langsung melesat menuju kantin untuk mengisi kembali energi yang terkuras setelah kurang lebih tiga jam belajar matematika.

Sementara Tata, ia berjalan menuju belakang aula. Tempat dimana ia dan Alan akan bertemu. Tadi dia hanya ber-alibi, Tata tidak mau Uma dan Kila mengetahui hubungannya dengan Alan. Terlalu beresiko.

Begitu sampai, ia bisa melihat Alan yang tengah menyantap bakwan seraya menatap layar ponselnya. Lelaki itu seperti sedang melakukan vidio call.

"Lan," panggil Tata.

"Amma!" pekikan itu berhasil membuat Tata menatap layar ponsel Alan. Ia tersenyum saat melihat wajah Laskar disana.

"Kata Mami dari tadi Laskar rewel. Susah makan juga," jelas Alan.

"Laskar kenapa? Mama 'kan udah bilang, nggak boleh nakal," ujar Tata.

"No..no..no ma...mam Amma," ucap Laskar. Alan mengerutkan keningnya, tidak mengerti dengan ucapan bayi kecil itu.

"Kenapa nggak mau makan?" tanya Tata. Dia mengambil satu bakwan milik Alan dan melahapnya bersama cabe rawit.

"Au Amma," (mau Amma) pekiknya kencang.

"Sttt, Laskar," peringat Alan disertai delikan tajamnya.

"Jangan kebiasaan Lan, nanti Laskar bisa ikutin kamu," kata Tata.

"Iya."

"Laskar nggak boleh rewel. Papa sama Mama masih sekolah. Nurut sama Nenek. Kalau nakal, Mamanya Papa ambil," tutur Alan.

"No no no. No kal." (No nakal)

"Jadi sekarang mau makan?" pancing Tata.

"Au," jawabnya disertai anggukan kecil. Hal itu membuat Tata, Alan, juga Rosi, Mami Tata tertawa gemas.

"Pinter, nanti Papa beliin kue deh," ujar Alan.

"Ue?" tanya Laskar antusias. Bayi yang baru memiliki lima gigi itu tersenyum senang. Ia bertepuk tangan seraya meloncat kecil di pangkuan sang Nenek.

"Iya, red velvet cake? Oke? Tapi nggak boleh nakal, harus nurut kata Nenek," imbuh Tata.

"Te, Amma," (oke Amma) jawabnya senang. Empat gigi depannya terlihat saat batita itu tersenyum lebar membuat Tata dan Alan semakin gemas, ingin mencium pipi gembil bayi itu.

"Mi, maaf ngerepotin," ucap Alan pada calon ibu mertuanya itu.

"Enggak, Laskar lucu gini masa ngerepotin?" balas Rosi, "yaudah Mami tutup ya. Laskar say good bye to Papa and Mama," ucapnya.

"Da da dah," kata bayi gembul itu dengan tangan melambai kearah kamera.

"Bye-bye Laskar," ujar Tata juga Alan.

Setelahnya sambungan telfon terputus dan menampilkan laman utama handphone Alan.

"Ih foto Laskar waktu umur satu bulan," celetuk Tata saat melihat wallpaper handphone Alan. Di sana terdapat dirinya yang sedang menggendong Laskar dengan Alan yang berdiri di samping Tata seraya merangkul pundak gadis itu.

"Iya, waktu itu Laskar belum bisa ganggu kita pacaran, eh sekarang jail banget. Setiap aku deket kamu pasti dia rewel. Akunya kan butuh belaian," curah cowok itu.

"Sini," ucap Tata. Merentangkan tangannya, ia tersenyum ke arah Alan. Dengan cepat Alan memeluk erat kekasihnya, mencium leher jenjang gadis itu. "Jangan ninggalin bekas apapun Lan," peringat Tata.

"Tau aja kamu," ujar Alan disertai kekehan.

"Lan, Lo dicariin ternyata disini. Eh......Tata?"

Keduanya menoleh serempak. Mereka memandang Sandy dengan ekspresi terkejut. Segera Tata melepas pelukan mereka. Memberi jarak antara dirinya dan Alan.

"Kalian?" Ucapan Sandy menggantung karena Alan sudah lebih dulu menyela.

"Gue jelasin, tapi Lo jangan ember," selanya.

"Kalian pacaran?" tanya Sandy pelan.

---

"Lo sama Tata pacaran?"

Ini sudah kesekian kalinya Sandy bertanya demikian. Mereka berdua masih berada di belakang aula, hanya berdua karena Tata sudah kembali ke kelasnya itupun atas perintah Alan.

"Enggak," jawab Alan malas.

"Lo ngomong serius dikit kenapa sih?"

"Ogah gue seriusin lu, gue nggak doyan batang," ucap Alan.

"Ogeb! Eh, kalau bukan pacar berarti apa?" tanya Sandy. Alan tidak menjelaskan apapun tadi, lelaki itu hanya mengatakan bahwa mereka -Tata dan Alan- tidak memiliki hubungan apapun.

"Sepupu," balas cowok itu yang tentu saja berbohong.

"Sepupu?" seru Sandy, "Lo punya sepupu cantik kenapa nggak di kenalin ke kita-kita sih?"

"Buat apa?" Jawab Alan cepat, "Tata cewek baik-baik, nggak cocok sama playboy cap kakap kaya kalian," lanjutnya.

"Bangsat! Gue setia ya!"

"Selingkuh sampe dua puluh kali, itu yang Lo maksud setia?" ucap Alan, "yang jelas jangan kasih tau siapa-siapa kalau gue sama Tata sepupuan."

"Didi, Nino, Bima, Maman?"

"Jangan, nanti gue sendiri yang jelasin ke mereka."

"Terserah Lo deh. Tapi sebagai jaminan, traktir ya?" Sandy menaik turunkan alisnya membuat Alan berdecak kesal.

"Iya."

"Yes, makan gratis."

"Gue beliin lo cilok depan sekolah," kata Alan.

"Monyet, gue mau nya nasi goreng Bu Mayang," jawab Sandy.

"Iya atau nggak sama sekali?"

"Iya, puas Lo?!"

"Nggak, biasa aja."

Alan berjalan meninggalkan Sandy membuat cowok itu mendelik kesal.

"Kampret!"

-BERSAMBUNG-

Aku baru sadar, ternyata cerita ini jarang update.

Tapi dari awal aku sudah pernah bilang, update sesuai mood aku.

Mohon koreksi typo dan tanda baca yang salah.

Terimakasih, dan jangan lupa tersenyum hari ini.

Salam dari Papa Alan yang baik hati juga penyayang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Salam dari Papa Alan yang baik hati juga penyayang.

Salam tertera;

Sri Devina Myn

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Where stories live. Discover now