Delusion Effect 16- Hilangnya Gelar Kapten Futsal

20.5K 1.7K 250
                                    

-100 komen ya?? 100 vote juga! Otw next!-

H A P P Y R E A D I N G

Pak Dodi menatap satu persatu anak muridnya, pria yang menaungi club futsal itu sedang memutuskan siapa yang berhak menggantikan posisi Alan sebagai kapten futsal.

"Hari ini, posisi Alanno sebagai kapten futsal akan tergantikan. Dan sebelumnya kita sudah melakukan seleksi. Saya sudah melihat kemampuan kalian, seberapa baik dan seberapa pantas kalian untuk menduduki posisi kapten," ujar Pak Dodi.

Semua anggota futsal mengangguk mengerti, mereka berdiri dengan kedua tangan di belakang punggung juga kaki sedikit terbuka -istirahat di tempat--.

"Dan saya sudah memutuskan bahwa yang menjadi kapten futsal mengantikan Alanno adalah Alexander," ucapnya.

Suara tepuk tangan terdengar, Mereka memberikan selamat pada Alex yang merupakan siswa kelas X. Alan menghampiri Alex, lelaki itu melakukan tos ala pria seraya mengucapkan selamat.

"Selamat bro," katanya.

Lelaki yang memiliki lesung pipi itu tersenyum, "makasih Bang."

Alan mengambil headband yang memang di siapkan untuk kapten futsal SMA Cakra Buana, memberikan benda itu kepada Alex dan langsung di kenakan oleh sang penerima.

Alex menengadahkan tangannya, diikuti yang lain. Mereka membentuk lingkaran dengan jari kelingking saling bertautan.

"FUTSAL SMA CAKRA BUANA..." teriak Alex.

"WE ARE ONE," jawab yang lain serempak.

---

Setelah resmi hilangnya gelar kapten futsal pada diri Alan, lelaki itu berpamitan untuk pergi lebih dulu. Sedangkan teman-temannya yang lain sudah menuju sebuah restoran untuk merayakan kapten baru. Awalnya mereka memaksa Alan ikut, namun lelaki itu menolak, ia harus mencari pekerjaan sekarang. Jika diundur-undur terus, uang tabungannya akan semakin cepat terkikis.

Ia mengeluarkan handphone dari saku celananya, "Assamualaikum Ta," salamnya.

"Walaikumsalam," jawab gadis di seberang sana.

"Hari ini aku pulang telat, mungkin sampai malam. Titip Laskar ya," ujarnya.

"Kamu mau kemana? Oh, mau ngerayain kapten futsal baru ya?" tanya Tata.

"Aku mau cari kerja," jawab Alan.

"Kamu pulang dulu deh, makan!" titah gadis yang berstatus kekasihnya itu.

"Enggak usah Ta."

"Pulang dulu Lan, pagi tadi kamu belum makan. Cari kerja juga butuh tenaga," tutur Tata.

"Aku nanti beli nasi uduk aja," jawabnya.

Terdengar helaan nafas dari seberang telfon, "ya udah, jangan lupa makan!"

Alan terkekeh, "iya sayang. Doa-in aku ya? Semoga dapet kerjaan."

"Iya, semangat!" seru Tata. Diam sejenak, terdengar grasak-grusuk dari seberang sana, "Laskar, kasih Papa semangat."

"Appa!" Alan sempat kaget mendengar pekikan Laskar, namun tidak lama senyuman terukir di wajah lelaki itu. "Ngat Appa!" (Semangat Papa!)

Senyum remaja berumur 17 tahun itu semakin lebar, "makasih Laskar. Ta, telfonnya aku matiin ya?"

"Iya, bye."

"Da da Appa!" Terakhir yang Alan dengar sebelum sambungan telfon terputus adalah seruan Laskar.

Setelahnya, ia memasuki handphonennya kedalam saku celana. Bersiap menghidupkan mesin mobil, melajukannya dengan kecepatan sedang. Sebelumnya, ia menyempatkan diri mengganti baju olahraganya menjadi kemeja berwarna biru dongker.

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Where stories live. Discover now