Delusion Effect 25- Menyelidiki

20.1K 2K 682
                                    

-untuk kalian yang sudah jatuh cinta dengan cerita ini, terimakasih, jangan lupa vote dan komen-

H A P P Y R E A D I N G

Bangsat (06)

(Bangsa Ksatria Tampan)

Abimanyu : @Alanno Bramastha Sat, lo dmna?

Sandy Karelio : Nggak asik lo Lan

Sandy Karelio : Bolos nggak ngajak ngajak

Maman Wahidin : Bangsat

Maman Wahidin : Anjing

Maman Wahidin : Monyet

Maman Wahidin : Babi

Ferdi Airlangga : Sebut aja semua, sekalian kebun binatangnya di bawa

Maman Wahidin : Goblok anying. Ke rooftop lo semua, sekarang!

Genino Hadayah : Ngapain?

Sandy Karelio : Sat, tadi katanya lo ke toilet, ngapa jadi ke rooftop? @Maman Wahidin

Maman Wahidin : Ada Alan di sini, sedang merenung

Sandy Karelio : Males

Ferdi Airlangga : Kaki gue nggak mau di pakai jalan

Genino Hadayah : Penipu @Maman Wahidin

Genino Hadayah : Alan nggak di sekolah

Abimanyu : Man, lo ngapain di rooftop?

Maman Wahidin : lihat cewek bahenol lagi olahraga

Maman Wahidin : dari atas lebih mantap

Sandy Karelio : otw

Ferdi Airlangga : dalam perjalanan

---

Alanno memilih tidak berangkat sekolah hari ini. Dari pagi hingga petang ia menyibukkan diri di cafe.

"Nggak pulang, Lan?" tanya Wina. Gadis itu sudah bersiap untuk pulang, kekasihnya sudah menunggu di depan.

"Bentar lagi," jawab laki-laki itu.

"Gue duluan, ya?" pamit Wina. Alanno mengangguk sebagai balasan.

"Udah malam, Lan. Ayo pulang," ajak Teh Sinta.

"Iya Teh, ini sisa dikit lagi," jawab Alanno sambil melanjutkan kegiatannya mengelap meja.

"Kamu bolos ya hari ini?" tebak Teh Santi. Sebenarnya wanita itu ingin bertanya dari pagi tadi namun urung saat melihat wajah murung Alanno.

Alanno tertawa pelan. "Iya, sekali-kali bolos."

"Lan, Teteh nggak bermaksud ikut campur, Teteh cuma mau nanya, kamu lagi ada masalah?" tanya Teh Santi.

"Kelihatan jelas ya, Teh?" Alanno malah balik bertanya.

Teh Santi tersenyum lembut. "Mimik wajah kamu kaya orang lagi banyak pikiran," katanya.

"Kepikiran sama pekerjaan aja. Bukan masalah serius," alibi Alanno.

Teh Santi yang tahu bahwa Alanno enggan bercerita lebih lanjut memilih menepuk bahu cowok itu. "Bawa santai aja, kalau terlalu dipikirin nanti cepet tua. Nih rambutnya, bakal berubah jadi putih," kelakarnya.

Alanno tertawa, cukup terhibur dengan gurauan wanita dua anak itu.

"Ayo pulang!" ajak Teh Santi.

Alanno mengangguk. Laki-laki itu merapikan pakaiannya lalu pulang. Bukan pulang ke rumahnya, melainkan ke rumah Arletta. Beberapa menit yang lalu Reka mengirimkannya pesan singkat.

Papi Tata : Bisa ke rumah? Papi mau ngomong sesuatu

---

"Papi merasa ada sesuatu yang janggal tentang Tamara," ucap Reka. Setelah mendengar cerita dari Arletta, ia merasa ada maksud dari tindakan wanita itu. Artinya, ia melakukan itu bukan tanpa sebab.

Alanno diam. Pikirannya berputar kembali pada kejadian kemarin.

'Kalian udah bunuh anak gue.'

'Kalian jahat!'

'Kalian semua harus mati!'

'Dia bahkan belum sempat lihat dunia.'

Alanno memejamkan matanya. Keluarga gue bukan pembunuh!! Batinnya berseru kencang.

"Apa sebelumnya kamu ada masalah sama dia?" tanya Reka.

Alanno tersadar kemudian buru-buru menggeleng. "Alan pertama kali ketemu Tamara beberapa bulan lalu di supermarket," jawabnya.

"Dia nggak mungkin bertindak demikian tanpa alasan," ucap Pria paruh baya itu.

"Apa ini ada hubungannya sama Bram?" monolog Alanno. Entah kenapa tiba-tiba pikirannya tertuju pada Ayah Biologis Laskar itu.

"Bram?" tanya Reka. Keningnya mengernyit, menatap Alanno penuh tanda tanya.

"Bram, Ayah biologis Laskar. Alan rasa ini ada hubungannya sama dia," jelasnya, "nama Tamara terdengar nggak asing sebelumnya."

"Apa artinya, Almarhumah kakak kamu juga ada hubungannya sama Tamara?" tanya Reka.

"Bisa jadi. Tamara pernah cerita kalau dia sama Kak Jody pernah satu kampus sebelumnya," tutur Alanno dengan pikiran melalang buana. Laki-laki itu memijat pelipisnya yang terasa pusing.

"Sepertinya kita harus menemui Bram," ucap Reka membuat Alanno menoleh cepat, menatap pria paruh baya itu. "Bagaimana pun kita harus cepat menyelesaikan masalah ini. Tamara sudah bertindak terlalu jauh, dia nggak segan untuk menggunakan senjata."

Alanno mengangguk, setuju dengan ucapan Papi dari kekasihnya itu. Mungkin kemarin ia bisa selamat tetapi hari besok atau seterusnya siapa yang tahu? Bisa saja Tamara kembali berulah dan itu akan mengancam keselamatan dirinya, Laskar, bahkan Arletta.

-BERSAMBUNG-

Akhirnyaaaa.

Apa yang ingin kalian sampaikan ke tokoh DE?

-Alan

-Tamara

-Tata

-Laskar

-Sandy

-Didi

-Maman

-Bima

-Nino

-Kila

-Uma

-Author:)

Salam tertera;

Sri Devina Myn

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Where stories live. Discover now