Delusion Effect 08- Gadis Bernama Tamara

22.5K 2.1K 95
                                    

-Perhatian! Sebelum membaca klik tombol bintang terlebih dahulu, jangan lupa buat komen!-

H A P P Y R E A D I N G

"Tlah ku bisikan cerita-cerita gelapku." Tata menyanyikan sepenggal lirik lagu, terkekeh saat Laskar yang berada di pangkuannya malah menatapnya bingung. Bayi yang genap berusia empat belas bulan itu mengerjap lucu.

"Tlah ku abaikan mimpi-mimpi dan ambisiku," lanjut Tata. Fokusnya ke arah Laskar, mengusap surai batita mungil itu.

"Amma!" pekiknya, mendusel-duselkan wajah di dada Tata.

"Kenapa sayang?" tanya nya lembut.

"Pa pa pa pa," celotehnya.

Tata menatap keluar jendela mobil, sudah dua puluh lima menit Alan masuk ke dalam minimarket, tapi sampai sekarang laki-laki itu belum juga keluar. "Papa kok lama ya Kar?" gumamnya.

"Ma ni nu ni nu waaaa, dar. Dor dor li li. Pa pa Ma dor dor."

Ah sudahlah, Laskar sudah masuk ke dalam dunianya. Berceloteh seraya memainkan pipi Tata menggunakan tangan mungilnya. Bayi laki-laki itu bahkan bergerak lincah di pangkuan sang Amma seperti cacing kepanasan.

Tata yang sejak tadi menatap keluar jendela menyipitkan matanya. Disana, tepat di depan minimarket tampak Alan yang keluar bersama seorang gadis cantik bertubuh modis. Lelaki itu menenteng dua kantong plastik berukuran besar seraya bersanda gurau dengan lawan bicaranya.

Bukannya cemburu, Tata malah mengukir senyum. Dapat di lihat dari kejauhan bahwa Alan sudah membeli es krim pesanannya.

Alan, bukannya menghampiri mobil yang berisi Tata juga Laskar, lelaki itu malah berjalan menuju mobil putih yang terparkir tepat di sebelah mobil mereka. Dia menyerahkan satu kantung palstik lalu berpamitan pergi.

Cklek

Pintu mobil terbuka dan menampakan sosok Alan. "Maaf lama sayang, tadi antriannya panjang," ujarnya.

"Oh, nggak apa-apa. Mana es krim aku?"

Alan menyerahkan es krim rasa vanilla kesukaan Tata dan cemilan bayi untuk Laskar.

"Habis ini kemana?" tanya Alan.

"Langsung pulang deh," jawab Tata, "kamu kan hari ini ada latihan futsal."

"Appa! Tu lalala Pa! Ri nan ri nan," Laskar berceloteh girang. Dia bergerak ingin di pangku sang Papa.

Alan mengambil alih Laskar, meletakkan bayi laki-laki itu di pangkuannya. Tangan bantet bayi itu langsung menyentuh stir, dia tertawa girang hingga senyumnya menular ke Alan dan Tata. Kedua remaja itu tersenyum senang melihat Laskar, bayi kecil yang selalu bisa membuat orang lain bahagia.

"Ini namanya setir mobil, nanti kalau Laskar udah besar, ke sekolahnya naik mobil, biar keren terus banyak cewek yang suka," ucap Alan ngelantur.

"Heh!" Tata mendelik garang.

"Lihat Kar, Mama berubah jadi macan." Lelaki itu mencari sekongkol.

Laskar mengerjap bingung lalu tak lama tangisnya terdengar. Bayi itu kaget saat melihat Tata yang mendelik seram. Dia bahkan menyembunyikan kepalanya di dada sang Papa.

"Yem! Hiks huaaa" (serem)

---

Saat ini Tata sedang berada di rumah Alan. Gadis itu sedang menimang-nimang Laskar yang hampir terlelap di gendongannya. Sedangkan Alan, lelaki itu belum pulang sejak tiga jam yang lalu berpamitan untuk pergi ke rumah Bima sebentar. Bahkan dia tidak turut membawa handphonenya, membuat Tata kelimpungan sebab sekarang sudah menunjukan pukul 11 malam.

"Bapak mu mana sih Nak?" monolog Tata. Tangannya sesekali menepuk pantat gembul Laskar, membantu bayi itu untuk segera masuk ke alam mimpi.

Ceklek

Pintu kamar terbuka dan menampakan sosok Alan dengan kaos hitamnya. Lelaki itu mengacak rambut asal seraya berjalan mendekat ke arah Tata. Tangannya menenteng kantung plastik, Tata dapat melihat ada makanan berbungkus kertas minyak di dalamnya.

"Laskar udah bobo?" tanya nya.

"Udah, baru aja." Gadis itu menunduk, menatap Laskar yang telah terlelap. Dia memindahkan tubuh mungil itu ke kasur. Memberikan bantal kecil di sisi kanan dan kirinya untuk mempersempit ruang gerak agar bayi itu tidak jatuh dari kasur.

"Tadi aku mampir ke dagang gado-gado, kamu mau?" tawarnya.

Tata menggeleng, gadis itu bangkit dari kasur, "buat kamu aja. Tadi kan kamu belum makan."

"Oh, oke. Aku mau mandi dulu."

"Loh, kamu kan udah mandi tadi."

"Badan aku lengket Ta, tadi di rumah Bima aku ngebabu."

"Hahaha, ada ada aja. Yaudah aku ke bawah dulu."

"Sekalian gado-gadonya bawa ke dapur Ta, nanti aku nyusul."

"Oke."

Tata mengambil kantung plastik itu dan berjalan menuju dapur yang berada di lantai satu. Langkahnya ringan, sesekali gadis itu bersenandung kecil. Menganggap rumah Alan seperti rumahnya sendiri, Tata segara menuju dapur dan menyiapkan piring untuk Alan makan.

Suara dering telfon dari ruang tamu berhasil menghentikan kegiatan Tata yang membuka bungkus gado-gado. Gadis tersebut berjalan menuju sumber suara. Ternyata handphone Alan yang berbunyi. Kening Tata mengerut, siapa gerangan yang menelpon lelaki itu di tengah malam.

Nomor tidak di kenal, susunan angka tersusun rapi di layarnya.

"Halo, assalamualaikum," salamnya setelah menggeser tombol hijau.

"Oh halo, adiknya Alan ya? Hmm, Alan nya ada?"

Suara perempuan. Dan apa tadi? Adik? Oke baiklah, Tata harus mengingat diri bila hubungannya dengan Alan terjalin secara rahasia atau backstreet.

"Kak Alan nya lagi mandi. Ini siapa ya?"

"Gue Tamara,..............pacarnya Alan."

-BERSAMBUNG-

Enjoy my story' ya.

Tenang, konflik nya nggak muluk-muluk, karena aku sendiri nggak pinter bikin feel ngena.

See you next part!

Salam tertera;

Sri Devina Myn

Delusion Effect (Terbit Di Glorious Publisher) Where stories live. Discover now